Part 10

1.2K 231 108
                                    

Yonghwa gelisah, sebab Taerin terus
menggerayangi tubuhnya di saat ada Shinhye di samping mereka. Yonghwa hanya takut Shinhye melihat apa yang Taerin perbuat padanya. Taerin terlalu berani menurut Yonghwa. Tadi saja, ketika Shinhye pergi ke dapur, Taerin tanpa rasa takut mencium kilat bibir Yonghwa.

"Kau tidak pulang, Taerin-ah?" Tanya Yonghwa, terlihat jelas ingin mengusir wanita itu dari rumahnya. Yonghwa hanya merasa kurang nyaman jika ada Taerin di rumah ini.

Taerin yang berada di samping Yonghwa cemberut. "Aku masih ingin mengobrol dengan Shinhye. Apa boleh aku menginap di sini sa-"

"Jangan!" Yonghwa cepat menyela perkataan Taerin. Ia tidak mungkin membiarkan Taerin tidur di rumahnya. Itu akan sangat berbahaya dan Yonghwa tidak ingin menanggung risikonya nanti. "Pulang saja, aku dan Shinhye ingin istirahat. Shinhye juga tidak boleh tidur terlalu malam." Yonghwa mencoba peruntungannya lagi untuk mengusir Taerin.

"Dia bisa menginap di sini, Yong." Ucap Shinhye tiba-tiba, fokus wanita itu kini tertuju pada Yonghwa dan Taerin.

Yonghwa menatap Shinhye yang ada di samping kanannya, lalu mengecup pipi wanita itu. "Dia tidak bisa menginap di sini, Shinhye." Tekan Yonghwa, kemudian mengalihkan tatapannya pada Taerin. "Pulanglah!" Pinta Yonghwa, tampak memelas.

Taerin mencebik, dengan terpaksa berdiri dari duduknya. "Baiklah, aku pulang sekarang." Taerin bergegas menuju pintu rumah dan pergi begitu saja. Tampak jelas jika wanita itu sangat marah, menilik dari langkah kakinya yang dientakkan ketika keluar dari rumah itu.

"Dia pasti marah pada kita, Yonghwa-ya." Ujar Shinhye merasa tak enak.

Yonghwa merangkul bahu Shinhye dan membawa tubuh Shinhye mendekatinya. "Biarkan saja. Dia tidak akan marah lama. Ayo, kita tidur sekarang." Masih merangkul bahu Shinhye, Yonghwa pun membawa wanita itu ke lantai atas menuju kamar mereka.

"Kenapa kau masuk ke kamarku?" Shinhye mengernyit heran saat Yonghwa ikut masuk ke kamarnya. Padahal pria itu bilang ingin segera tidur karena lelah.

Yonghwa mengangkat bahunya acuh tak acuh. "Aku ingin tidur di sini malam ini." Yonghwa menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang Shinhye, lalu menautkan alisnya saat mendapati Shinhye masih berdiri terpaku di sisi ranjang. "Apa yang kau tunggu? Kemarilah!" Yonghwa menepuk ranjang di sisi tubuhnya.

Shinhye mengerjapkan mata, merasa canggung seketika. Walau mereka pernah tidur bersama, tapi tetap saja ia merasa gugup. Lain halnya dengan Yonghwa, pria itu tampak biasa saja kala meminta Shinhye tidur di sampingnya. Jika boleh, Shinhye lebih memilih tidur di sofa saja.

"Shinhye?!" Geraman Yonghwa membuat Shinhye tersadar dari lamunannya. Shinhye meneguk ludahnya dalam, dan perlahan berjalan mendekati ranjang lalu naik ke atasnya. Begitu sampai di tengah ranjang, Yonghwa langsung menariknya dan menempatkan tubuh Shinhye di atas dadanya. "Kau sangat lama." Ujar Yonghwa kesal. Tangannya memeluk erat Shinhye dan menempatkan dagunya di atas kepala Shinhye.

Shinhye memegang dadanya, jantungnya berdetak sangat cepat dan Shinhye takut sakitnya akan kambuh lagi akibat ulah Yonghwa. Demi Tuhan, kenapa pria itu selalu bisa menjungkirbalikkan perasaannya?

"Apa kau bahagia sekarang karena bisa terus tinggal di rumah tanpa menginap di rumah sakit lagi?" Yonghwa membuka percakapan di antara mereka. Percakapan yang jauh dari perkiraan Shinhye.

Shinhye mengangguk di atas dada Yonghwa. "Sangat bahagia, dan ini memang impianku sejak lama."

"Aku malah berpikir kau lebih aman tinggal di rumah sakit, Shinhye. Aku hanya takut sakitmu kambuh saat aku sedang tidak ada di rumah. Sementara di rumah sakit ada banyak orang yang akan memantau kesehatanmu."

Handsome Doctor! ✔ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang