Part 14

1.4K 253 143
                                    

Wajah Yonghwa berubah pucat, tidak menyangka akan mendengar itu dari mulut Shinhye. Tangan Yonghwa mengepal erat, berusaha menahan rasa takut dan cemas yang kini merayapinya. Shinhye, wanita itu sudah mengetahui hubungan terlarangnya dengan Taerin. Sial!

Yonghwa meneguk kasar ludahnya sebelum menatap Shinhye, mencoba mengintimidasi wanita itu melalui tatapannya, namun itu tidak berhasil. Malah kini Shinhye-lah yang menatap sinis padanya.

"Pergi dari sini. Jangan pernah mengatur hidupku lagi. Dan cepat urus surat cerai itu." Shinhye berujar tegas. Shinhye harus menjadi wanita kuat dan tidak boleh menjadi lemah dan rapuh di hadapan pria brengsek seperti Yonghwa. Shinhye ingin menunjukkan pada Yonghwa bahwa ia juga bisa bersikap tegas dan tidak bisa ditindas sesuka hati oleh pria itu.

Wajah Yonghwa memerah, terlihat menahan amarah saat mendengar kata cerai itu lagi dari Shinhye. Demi Tuhan, Yonghwa tidak akan pernah mau mengurus surat cerai itu apalagi memberikannya pada Shinhye. Sampai kapan pun Yonghwa tidak ingin berpisah dengan Shinhye. Yonghwa hanya ingin menikah satu kali dan itu jelas dengan Shinhye. Ia tidak ingin mengingkari sumpahnya pada Tuhan saat menggenggam tangan Shinhye di gereja dulu.

Yonghwa membuang nafas kasar, "berhenti menyebut kata itu, Shinhye. Kita tidak akan pernah berpisah."

Shinhye menautkan alisnya. "Kau tahu, kau adalah pria paling egois yang pernah aku kenal. Bagaimana bisa kau tidak ingin berpisah denganku sementara kau sudah mempunyai wanita lain?" Shinhye menggeleng tak percaya dengan sikap Yonghwa. "Jangan mempersulit keadaan ini, Yonghwa-ssi. Jika kau benar-benar mencintai wanita itu, maka kau harus melepaskan aku. Sudah aku bilang aku tidak menerima penghianatan apalagi di dalam pernikahan. Jadi, jalan satu-satunya adalah bercerai."

"Dan sayangnya aku tidak akan pernah mau mengurus surat sialan itu." Yonghwa mendengus, "pulang sekarang!" Yonghwa baru akan menarik tangan Shinhye, tapi Shinhye dengan cepat menepis tangannya.

"Aku bisa pulang sendiri." Shinhye segera turun dari atas ranjang itu, lalu berjalan menuju pintu. Namun, langkahnya seketika terhenti saat mendapati Ansell berdiri di depan pintu kamar dengan wajah sedikit lebam. Shinhye terkejut.

"Yya, apa yang terjadi pada wajahmu?" Shinhye berseru panik,  melangkah cepat ke arah Ansell dan menatap lekat wajah pria itu.

Ansell tersenyum, tapi matanya melirik ke arah Yonghwa. "Bukan apa-apa. Apa kau mau makan? Aku bisa menyiapkannya kalau kau mau."

Yonghwa mengeraskan rahangnya. Pria tinggi itu tidak bisa dibiarkan terus-menerus mendekati Shinhye dan membuat Shinhye terpengaruh olehnya.

Shinhye menggeleng, "Terima kasih, Ansell. Tapi aku harus pulang sekarang. Aku sangat lelah." Bohong Shinhye, ia hanya tidak ingin Yonghwa berulah di rumah pria itu.

Ansell mengangguk walau sebenarnya ia enggan melepaskan Shinhye. "Baiklah, lain kali kau harus datang lagi ke sini."

"Tentu!" Shinhye tersenyum dan menepuk bahu Ansell sebelum berlalu dari sana, tanpa mangajak Yonghwa. Shinhye hanya malas melihat wajah pria brengsek itu. Bayangan menjijikkan itu bahkan belum hilang dari benaknya.

Yonghwa berjalan mengekori Shinhye. Saat melewati Ansell, pria tinggi itu segera menahan lengannya.

Yonghwa menatap Ansell dengan raut kesalnya. "Apa?" Ucapnya ketus.

Ansell mencebik. "Lepaskan dia. Shinhye tidak pantas hidup dengan pria seperti dirimu."

BUK!

Dengan cepat Yonghwa melayangkan pukulannya di wajah Ansell.

"Kau tidak punya hak memintaku untuk melepaskan Shinhye. Karena sampai kapan pun aku tidak akan mau melepaskannya. Dia adalah ISTRIKU, ingat itu. Jangan pernah dekati dia lagi." Yonghwa berlalu begitu saja, meninggalkan Ansell yang tersenyum masam sambil memegang bibirnya.

Handsome Doctor! ✔ (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang