selasar angin meniup tipis menerpa wajahku
hembusku menemaniku menelisik sudut gerbang
tak henti pun terlewat satu suara mesin yang berlalu lalang dalam pandanganku
sayang,
dari ratusan motor dibawah sana, milikmu adalah yang selalu aku tahu dengan baik
Tak usai aku menyorot ujung gerbang selatan hingaa ujung gerbang utara
pukul setengah tujuh, dan aku lupa
kamu tidak akan datang sepagi itu.
sudah usang, sudah berlalu
hanya puisi yang aku tulis di akhir masa SMAku
tapi masihkah bisa aku sematkan tanya dalam penantianku,
bolehkah aku miliki hatimu?
sekali lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANANTARA
PoetryDiantara batas-batas negeri, perasaan ini tak pernah punya batas. Aku hanya secarik mantra yang tak banyak orang percaya, hanya seonggok rasa yang tak punya rasa percaya. Melalui sajak ini, aku siratkan perasaan yang malu-malu untuk diutarakan. @vii...