Siang menjelang sore itu bahkan masih saja terik bukan main, cahaya kemilau mentari masih menantang seolah enggan kalah dan mengalah pada senja yang mulai bergegas menujunya
"Ah harinya mengapa bisa sepanas ini sampai sore"
GLUKK
GLUKK
Dahaga seseorang terasa mendingin sekarang, tetes demi tetes air menuruni tenggorokannya sampai menuruni kemeja biru yang ia pakai dengan lengan tergulung sebatas siku
Berjarak lima kaki dari posisi duduknya, seseorang tersenyum - hari ini telinganya sudah mendengar puluhan orang mengeluh soal teriknyan matahari, namun baginya tidak sepanas itu. Matahari adalah favoritnya, ingatannya selalu memunculkan sosok penuh sinar yang riang berlari ke arahnya dengan rambut bergoyang menjatuhi kening
"Mobil sialan!! Kenapa juga harus mogok, aku tidak suka menaiki bus"
UHUKK
UHUKKK
"Sial semakin bertambah saja, bajuku basah sekarang - menyebalkan, hari yang sial!"
"Gunakan sapu tanganku" Suara lembut menyapu telinganya
Pria itu menoleh pada sosok di sebelahnya, sampai ia menyadari bahwa orang itu tidak bisa melihatnya dengan baik
"Terima kasih"
Sapu tangan itu ia ambil dari tangan lembut milik seseorang yang menyodorkan di sisi kanannya, padahal ia duduk di sisi kiri
Tampak sekali ekspresinya kalau ia merasa tak enak karena salah "Ah maaf - aku tidak tahu kalau kau disitu. Gunakan saja itu dan tidak perlu dikembalikan"
Pria itu terperangah dengan senyum lembut dari bibirnya, namun perhatiannya teralih pada tongkat dan sebuah payung berwarna kuning di tangan orang itu
"Kenapa membawa payung? Hari ini sangat terik"
"Adikku tidak suka panas, kalau kulitnya terkena panas ia bisa gatal-gatal dan merasa panas" Jawabnya dengan senyuman
"Adikmu dimana?"
"Masih bersekolah, tiga belas menit lagi kemungkinan akan keluar"
Oh - orang ini sedang menunggu adiknya
"Sekolahnya di seberang itu?"
Kepalanya mengangguk pelan "Huumm ... ini hari kamis, dia akan pulang lebih cepat"
"Kau menghafalnya, apa setiap hari kau datang menjemput?"
"Aku mengantarnya sebelum bekerja dan menjemputnya setelah pulang bekerja"
"Kau bekerja?"
"Iya, di toko bunga - ini, mampirlah jika membutuhkan bunga, rangkaian bunga kami yang terbaik" Mengeluarkan sebuah kartu dan menyerahkan kepada pria itu, sebuah kartu nama toko bunga tempatnya bekerja
Sepi tidak ada suara, namun ia masih bisa mendengar deru nafas pria itu
"Apa aneh karena orang buta sepertiku bekerja?"
"Ah tidak - astaga, apa yang kau bicarakan. Besok aku akan datang memesan bunga. Apa kalian menjual wisteria?"
"Kami menyediakannya, aku akan menunggu kedatanganmu" Jawabnya ramah nan sopan
Dan pria itu bukan diam karena menatapnya aneh, tapi memandangnya tanpa mau berpaling dan keluhnya tentang kesialan hari ini menjadi salah satu keberuntungan lain yang ingin ia syukuri
🔐
Welcome to my new project!
Akan mulai chapter pertama sesegera mungkin atau setelah selesai BIL
Seperti biasa, kuy tebak-tebakan pemeran utama - ada empat pemeran utama 😪
See you ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
WISTERIA - The SEQUEL of CAESIM AIDANA
FanfictionThere is much to be said for cherry blossoms, but they seem so flighty. They are so quick to run off and leave you. And then just when you regrets are the strongest the Wisteria comes into bloom, and it blooms on into the summer. There is nothing qu...