Anisa pov
Dengan langkah kecil dan lunglai aku menyusuri jalan kota yang ramai di siang hari seperti ini dengan lemas. Mungkin suasana hati yang tak baik akibat dari patah hati semalam karna di selingkuhi membuat mood ku tak baik, di tambah lagi terik matahari yang begitu panas semakin menambah kadar lemas ku.
Jika saja kalau bukan karna suntuk di kamar akibat tiduran seharian, sudah pasti aku tak akan berjalan tak tentu arah seperti ini. Aku jadi menyesal memutuskan tak sekolah hanya karna patah hati, setidaknya kalau tadi aku sekolah, aku bisa curhat dengan ketiga teman ku Sila, Nanda dan Ara. Aishh sudahlah, lebih baik sekarang aku pulang saja.
Ku langkahkan kaki ku menuju ke arah jalan pulang, aku tak bawa mobil karna tujuan ku tadi memang untuk berjalan menikmati keramaian di jalan. Lagian rumah ku belum terlalu jauh dari sini, berjalan sekitar 15 menit sudah pasti aku sampai di rumah.
Namun tiba-tiba rasa pusing mendera kepala ku membuat semuanya tampak kabur dan semuanya terasa seperti berputar. Aku tidak tau kenapa, tapi setelahnya aku rasa semuanya menjadi gelap.
^^^
Aku mengerjabkan mata berulang kali untuk menyesuikan pencahayaan yang memasuki mata ku. Kenapa rasanya bangun tidur lemas sekali? Dan dimana aku ini? Kenapa langit-langitnya tidak seperti langit-langit kamar ku? Lalu di mana aku?
Tiba-tiba aku sadar seperti ada sebuah tangan yang merayap menyentuh-nyentuh perut ku, otomatis aku langsung bangkit untuk duduk dan mendorong si pelaku yang berani-beraninya menyentuh perut ku.
"Ka-kamu siapa? Apa yang kamu lakukan pada ku? Kamu mau macam-macam kan?" tanya ku panik.
Ya Tuhan, mengapa aku ada di suatu ruangan yang aku tau ini kamar bersama seorang pria? Aku tidak diperkosa kan?
Dan pria ini..., dia adalah jenis pria dewasa, mungkin ia seumuran kakak laki-laki ku atau bahkan lebih tua darinya.
Tampak pria ini mendengus kesal mendengar pertanyaan menuduh ku. Tapi tunggu....
Dia tampan.
Ternyata dia sangat tampan, lekukan wajahnya, rahang tegasnya, warna matanya, hidung mancung, bentuk alis, hingga bulu matanya yang lentik, semuanya sangat menggoda membuat ku terdiam dengan pandangan terpesona.
Ya Tuhan, baru kali ini aku bertemu pria setampan ini. Entah mengapa jantung ku tiba-tiba berdegub kencang dan dada ku berdesir aneh. Jangan bilang aku begitu konyolnya hingga jatuh cinta pada pandangan pertama.
Pria ini bangkit dari posisinya yang sedari tadi duduk di pinggiran ranjang kemudian berdiri tegap. Astagaa...
Bahkan saat berdiri dia semakin terlihat seksi, tubuhnya tampak kokoh dan pasti enak jika bersandar di dada bidang yang tampak berotot itu. Ia tak akan bisa di bandingkan dengan mantan kekasihku yang masih seumuran dengan ku. Pria dewasa memang selalu lebih menggoda.
Ahh, apa yang aku pikirkan? Bodoh.
"Kamu akhirnya sadar gadis kecil," ucapnya dengan suara serak yang membuatnya terdengar seksi di telinga ku.
Tapi tunggu dulu, dia memanggilku gadis kecil? Ahh bodo amat lah, lihat saja om ganteng, akan ku buat kau menjadi milikku.
"Om ngapain nyentuh-nyentuh perut aku?" tanya ku seraya ber'akting seperti membentak membuatnya menatap ku terkejut. Namun beberapa saat kemudian ku sadari kalau tatapannya berubah menjadi menatap ku tajam.
"Kamu pingsan di pinggir jalan, aku hanya membantu mu saja. Aku ini seorang dokter, jadi aku membawa mu ke apartemen ku untuk memeriksa mu karna rumah sakit lumayan jauh dari sini," jelasnya membuat ku menatapnya takjub. Dia dokter? Mengapa jadi terasa semakin seksi?
Tapi kemudian aku berusaha menormalkan kembali ekspresi ku agar tak menghancurkan rencana.
"Aku nggak percaya, pasti om dokter juga sekalian mau modusin aku kan?" tuduh ku membuatnya membola kaget. Haha, aku senang melihat ekspresinya.
"Aku tidak seperti itu, aku nggak ngelakuin apa-apa sama kamu, aku cuma nyentuh perut kamu buat ngecek apa perut kamu sedang kosong atau tidak? Siapa tau kamu kelaparan makanya sampai pingsan di jalanan."
Aku mendengus sebal mendengar ucapannya. Tidak kah ia bisa melihat dari tampang ku, apakah aku cocok dengan tampang kelaparan?
"Pokoknya aku nggak mau tau, om dokter harus tanggung jawab, om harus nikahin aku," ucap ku membuat wajahnya seketika semakin membola.
Sepertinya ia terkejut luar biasa dengan permintaan ku. Sebenarnya sama, akupun tak percaya aku bisa mengatakan itu pada pria tak di kenal. Tapi entah mengapa mulut ku licin sekali mengatakan itu padanya. Aku tak tau apa yang akan papa lakukan pada ku jika tau putri bungsunya sudah berani terang-terangan meminta di nikahi oleh pria bahkan sebelum menduduki bangku kelas akhir di SMA.
"Kenapa aku harus tanggung jawab? Aku hanya membantu, aku tidak melakukan sesuatu yang salah sama kamu."
"Aku nggak mau tau, tetap aja om udah nyentuh-nyentuh perut aku, aku nggak mau hamil. Pokoknya om harus nikahin aku," kekeh ku membuat om itu menatap ku jengah.
"Kamu nggak akan hamil."
"Aku nggak mau tau, om pasti kan cuma bodoh-bodohin aku biar om lari dari tanggung jawab? Om jahat, Hiks... Hiks... Hiks..."
Om dokter tampan mendesah frustasi, sepertinya ia sangat kesal sekarang. Tapi aku tak peduli. Aku ingin memiliki om tampan ku ini.
"Siapa nama mu?" tanya nya tampak kesal. Dan seketika itu juga air mata di wajah ku berhenti dan ku lap dengan punggung tangan kemudian tersenyum lebar padanya. Aku senang karna dia ingin tau nama ku.
"Anisa Zeino, om bisa panggil aku Icha." ucap ku dengan semangat.
Tapi kulihat ia seperti mendesah kasar dan terdengar seperti mengumpat. Apa? Apa ada yang salah dengan nama ku?
"Kalau nama om dokter siapa?" tanya ku mencoba mengalihkan suasana. Dan kulihat ia tampak berfikir, apa ia ragu memberitahu ku namanya?
"Arion Delano."
Akupun tersenyum lebar kembali. Nama om tampan ku pun setampan orangnya.
"Om Dokter Arion tampan deh, mulai hari ini aku resmi mencintai om." ucap ku lugas membuatnya membelalak lebar.
Om Arion tampan, mulai hari ini aku akan mengejar cinta om.
...
Gimana? Tertarik nggak buat di lanjutin kisah cinta Anisa yang ngejar cinta om dokter tampan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Dokter, Nikahin Aku!
General FictionSebelum baca ini, harap baca Pernikahan Paksa (Istri Rahasia) dulu, biar paham alurnya. "Om dokter harus nikahin aku, nanti kalau aku hamil gimana? Om dokter harus tanggung jawab." Arion memutar bola matanya kesal kemudian dalam sekali gerakan ring...