6

10.8K 499 39
                                    

Aku comeback guyss...
Jangan lupa tekan bintang pojok kiri, dan kolom komentarnya diisi.

Anisa Pov

Aku dan om dokter terlalu banyak menghabiskan waktu berdua hari ini. Sebenarnya bukan berdua, karna hanya aku yang sibuk ingin berdua dengannya sementara ia hanya sibuk dengan laptopnya, entah apa yang ia kerjakan aku pun tak mengerti.

Ok dokter terlalu dingin dan seperti malas dengan kehadiran ku. Aku tau mungkin ia merasa kesal karna aku terlalu banyak tingkah dan banyak pertanyaan padanya hari ini. Ditambah lagi aku malah tetus merecokinya dengan pertanyaan kapan menikah. Hahaha, sebenarnya aku sangat sengaja melakukan semua itu karna aku suka menggodanya dan suka melihat wajah kesalnya. Aku bosan melihat wajahnya yang terus datar dan dingin. Itu menyebalkan, persis seperti kak Hanz.

Dan saat ini, aku sedang berada di sebuah ruangan yang di penuhi buku-buku yang berususun rapih di rak-rak besar yang menjulang tinggi. Aku tak menyangka, ternyata apartemen om dokter sangat luas dan ada ruangan perpustakaan ini. Seharusnya dari tadi aku kesini.

Dengan sumringah akupun segera memilih buku yang ingin ku baca. Namun sekian lama aku mencari, aku tak menemukan buku fiksi sama sekali. Semua hanya buku biologi dan ensiklopedia dan berbagai jenis buku yang mungkin akan sangat menguras otak untuk membacanya. Membosankan.

"Apa yang kamu lakukan disini?" suara dingin nan maskulin om dokter membuat ku menghentikan kegiatan ku yang sedang membolak-balik sebuah buku yang cukup menarik perhatian ku dari sampulnya, namun saat ku baca tadi sekilas, isinya sungguh tak masuk di akal ku.

"Om dokter, ini buku om dokter semua?" tanya ku penasaran. Karna bagaimanapun buku ini sangat banyak, aku heran bagaimana bisa ia mengoleksi buku sebanyak ini seorang diri, seperti sebuah perpustakaan.

"Hmm," jawabnya singkat membuat ku menutup mulut tak percaya.

"Untuk apa om dokter koleksi buku sebanyak ini? Kan sayang om kalau nggak di baca."

"Siapa bilang aku nggak baca? Aku sudah membaca semuanya," ucapnya membuat ku membola terkejut. Membaca semua? What?

"Om dokter serius? Buku-buku ini banyak banget loh om, mungkin jika aku membaca 3 buku setebal-tebal ini dari lahir pun sampe sekarang pasti nggak akan selesai," ucap ku sembari menggeleng-geleng tak percaya, tapi ia malah terlihat biasa aja dengan wajah datar menatap ku sembari memasukkan kedua tangannya di saku celana.

"Aku mulai suka membaca dari kecil saat aku mulai tau huruf dan bisa menyambungkannya jadi sebuah bacaan, dan mulai hari itu akupun mengumpulkan berbagai jenis buku untuk dibaca termasuk ini semua," jelasnya membuat ku kini malah ternganga.

Mulai mengumpulkan semua jenis buku ini dari mulai ia tau membaca? Tidak salah tuh?

"Om dokter serius? Ini kan buku-buku untuk orang dewasa semua, bagaimana bisa anak-anak membaca ini? Om dokter emangnya ngerti?" tanya ku beruntun. Dan ku lihat ia tampak menghela nafas malas.

"Membaca artinya belajar. Karna aku baca artinya aku pelajari, karna aku pelajari akhirnya aku mengerti," jelasnya kemudian menoer kening ku dengan ekspresi gemas. Benarkah ekspresi yang kulihat tadi?

Akhh tunggu dulu, bukan itu yang terpenting. Saat ini yang masih jadi fokus ku adalah, ternyata om dokter ku ini sangat pintar. Bagaimana bisa anak kecil mengerti untuk bacaan ini semua? Sementara aku yang sudah dewasa pun saat ini kalau di berikan membaca itu mungkin mataku seketika akan berkunang-kunang sampe juling. Huftt...

"Om dokter hebat banget deh. Pantas aja om dokter koleksinya udah banyak, ternyata udah mulai baca dari kecil," puji ku bangga.

"Oh ya, om dokter masih hapal nggak tuh isi-isinya?"

Om Dokter, Nikahin Aku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang