1

17K 595 45
                                    

Arion pov

Aku mengerang sembari menjambak rambut ku frustasi. Sudah 2 jam aku berada di mobil dan berputar-putar tak tentu arah bersama gadis kecil nakal ini. Setelah seharian ia membuat ku frustasi di apartemen karna tak mau pulang, akhirnya tadi ia mau pulang namun dengan satu syarat, aku harus mengantarnya.

Daripada semakin kesal apalagi di buat emosi karna ancamannya yang ingin menginap kalau tidak di antar, akupun mengalah dan bersedia mengantarnya pulang. Namun gadis ini memang kelewatan nakal, ia sudah membuat ku stres tak habis pikir, dari tadi ia mengarahkan ku ke arah jalan yang salah. Dan pada akhirnya saat ku tanya apakah itu rumahnya, ia akan menggeleng seakan bingung, lalu kemudian ia mengatakan kalau ia lupa karna pingsan. Bodoh dan sangat tak masuk akal.

"Sekarang katakan yang benar, alamat rumah kamu dimana? Kamu nggak usah kasi tau jalannya, cukup kasi tau alamatnya saja," ucap ku tegas dan tajam membuatnya menatap ku gugup. Mungkin ia ketakutan karna melihat ku seperti sudah marah sungguhan.

"Katakan dimana alamat kamu!" ucap ku lagi yang akhirnya membuatnya membuka mulut dan mengatakan alamatnya pada ku. Huftt..., harusnya dari tadi seperti ini.

Kembali aku fokus pada kemudi dan menjalankan mobil membelah jalan menuju alamat yang tadi ia sebutkan.

"Om dokter marah ya?" tanya nya membuat ku menoleh sekilas padanya dan menatapnya tajam. Masih bertanya kamu gadis nakal?

"Om dokter maafin aku, om dokter jangan marah ya," bujuknya namun tak membuat ku bergeming.

Aku heran pada bocah gadis ini, ada apa dengannya? Tadi aku menemukannya pingsan dan wajahnya pucat, tampak lemah, ringkih dan aku sangat kasihan. Tapi kemudian setelah sadar ia malah berubah seperti iblis kecil yang menyebalkan. Aku harus ekstra sabar menghadapi sikapnya yang absurd.

Aku masih teringat dia tadi meminta ku menikahinya, apakah dia ini waras? Dia bahkan baru kenal dengan ku, dia belum tau sifat ku namun semudah itu mengklaim kalau dia mencintai ku. Seandainya dia tau bagaimana aku sebenarnya, apakah ia masih bisa seyakin itu untuk menyatakan cinta pada ku? Aku rasa tidak.

Gadis kecil sepertinya mana paham apa arti cinta yang sesungguhnya. Setiap rasa kagum yang ia rasa pasti akan ia artikan cinta.

"Om dokter, om dokter jangan marah ya," bujuknya lagi dan kini diiringi suara manjanya yang penuh permohonan. Seketika aku teringat dengan adikku yang dulu selalu manja pada ku.

"Hmm...," gumam ku singkat menjawab pertanyaannya.

"Makasih om dokter, om dokter baik deh," ucapnya riang membuat ku terkekeh dalam hati. Walaupun ia menyebalkan tapi ia memang sedikit lucu.

Arghhh, sialan! Apa-apaan sih aku?

"Om dokter, om dokter udah punya pacar belum?" tanya nya serius.

Aku mengernyit bingung harus menjawab apa pertanyaannya. Pacar? Berhubungan dengan banyak wanita hanya untuk memenuhi kepuasan biologis semata apakah bisa masuk ketegori pacaran?

"Banyak," jawab ku singkat namun berhasil membuatnya menatap ku tajam. Tidak, aku tak melihat tatapannya itu karna mata ku tetap fokus pada jalanan di depan ku, tapi aku bisa merasakan bagaimana kini sebelah wajah ku seperti di tusuk-tusuk akibat tajamnya tatapannya itu.

"Om dokter aku serius, om dokter punya pacar atau nggak?" aku memutar bola mata malas. Sebenarnya aku tak suka menanggapi bocah ini, tapi aku juga tak suka di recoki terus dengan pertanyaan yang sama kalau sampai aku tak menjawab.

"Kalau partner sex bilang di bilang pacar nggak?" tanya ku gamblang membuat matanya membola terkejut menatap ku. Ya, kali ini aku mengucapkan itu dengan menatap wajahnya. Aku hanya penasaran melihat ekspresinya, dan aku cukup puas melihatnya tampak terkejut seperti itu. Mungkin otak cantiknya itu dapat mencerna ucapan ku dengan mudah.

"Om dokter ternyata sudah punya istri," ucapnya lesu membuat ku meringis. Ku kira tadi ia paham maksud ku. Ternyata ia menganggap partner sex yang aku katakan itu istri. Heh, lucu sekali bocah ini.

"Partner sex aku banyak, bukan cuma satu," ucap ku membuatnya semakin membola terkejut.

"Mak-maksud om dokter, om dokter punya banyak istri?" tanya nya lagi semakin tak habis pikir. Aku hampir saja tertawa kuat melihat ekspresinya.

"Bukan istri, karna aku belum pernah menikah. Lebih tepatnya partner sex aja, just hubungan sex, gak lebih."

Dan kali ini aku berhasil membuatnya terbatuk-batuk keselek air liurnya sendiri. Bodoh amat, siapa suru dia menanyakan itu pada ku. Dan aku harap dengan begitu ia kecewa pada ku dan melupakan niatnya yang ingin ku nikahi.

"Om....om dokter ngelakuim sex bebas?" tanya nya dengan mata memerah dan suara bergetar. Apakah ia akan menangis?

"Hu-um, buat kesenangan aja."

"Tapi kan om, itu nggak baik om. Lagian om juga dokter, om harusnya lebih tau dong konsekuensi nya?" heh, aku ingin tertawa anak kecil ini mengajari ku.

"Karna aku tau konsekuensinya makanya aku juga tau cara mengatasinya," jawab ku santai. Aku tau dia pasti sangat syok mendengar ucapan ku. Bahkan orang-orang di luaran sana pun pasti akan berekspresi sama dengannya jika mereka tau seorang dokter melakukan sex bebas.

Tapi bagaimana lagi? Aku ini juga seorang pria dewasa berusia hampir 29 tahun, aku butuh pelampiasan hasrat ku. Tapi aku selalu mengutamakan aman setiap kali melakukan itu, setiap perempuan yang ku sentuh harus ku pastikan bersih dan tidak penyakitan. Jadi, sex bukan hal tabu bagi ku walaupun aku belum menikah.

Kulihat wajah gadis nakal ini yang sekarang tampak kecewa pada ku. Aku pun terkekeh dalam hati. Sudah ku bilang, dia hanya kagum pada ku, bukan cinta. Dan sekarang, rasa kagumnya pada ku tadi pasti sudah menghilang karna sudah mengetahui bagaimana bejatnya diri ku yang sebenarnya.

"Makanya dek, kalau ketemu sama orang lain seperti ku, kamu jangan sembarangan mengatakan cinta apalagi mengajaknya menikah ya. Karna kamu tak pernah tau seperti apa orang itu, bisa saja dia akan memanfaatkan kepolosan mu," nasehat ku seperti seorang kakak yang baik. Karna walau seberengsek apapun aku, aku tak akan tega membiarkan gadis sepolos dirinya di rusak oleh orang tak bertanggung jawab.

Gadis ini masih punya masa depan yang panjang. Dan melihatnya entah mengapa selalu membuat ku teringat pada Clarissa adikku yang sudah meninggal 4 tahun lalu tepat di hari pernikahannya.

Clarissa dulu sepolos dan terkadang seteledor ini. Tapi juga disaat yang bersamaan ia akan sangat manja. Clarissa suka mengklaim sesuatu yang ia senangi sesuka hati dan ia harus mendapatkan itu walaupun ia tak tau kalau itu belum tentu baik untuknya. Tapi Clarissa adalah gadis yang lucu dan menggemaskan. Ia juga baik dan berhati lembut. Siapapun akan mudah jatuh cinta padanya, termasuk Hanzen Zeino, mantan calon suaminya dan juga Kakak laki-laki dari gadis kecil nakal ini.

"Om dokter, aku tetap nggak akan nyerah," ucapnya membuat ku mengernyit bingung.

"Maksud kamu?"

"Aku tetap mencintai om dokter, dan aku akan tetap ngejar cinta om dokter."

Oh Shit, brengsek! Sialan! Arghhhh....

....



Lanjut gak ini?

Om Dokter, Nikahin Aku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang