4

11.7K 501 27
                                    

Banyak typo, Jangan lupa vote, komen, dan follow....

Anisa Pov

Hari ini aku ke rumah sakit lagi bersama kak Alea dan si kembar. Sebenarnya tadi aku sangat malas buat bangun pagi-pagi, tapi karna kak Alea mengatakan ingin mengajak ku menjenguk kak Hanz, dengan semangat akupun segera bersiap dan akhirnya tibalah kami disini, di koridor rumah sakit tempat kak Hanz di rawat sekaligus rumah sakit om dokter kerja.

Sekarang aku sedang mencari cara agar aku bisa menemui om dokter tanpa membuat semua orang curiga, tapi apa?

"Dek, kakak mau keruangan Gery dulu ya, tolong kamu bawa aja dulu Reno dan Rena ke ruangan Hanz. Kalian duluan aja."

Nah,  itu dia.

Dengan senang hati pun aku mengangguk setuju. Pergilah kakak ku sayang, aku sangat mendukung mu, jangan merasa sungkan pada ku. Hihihi...

"Sayang, mama ke ruangan papah dulu ya, Rena dan Reno jangan nyusahin aunty, dan jangan berisik di ruangan uncle nanti. Uncle masih sakit, jangan di ganggu ok?" ucap kak Alea pada si kembar.

"Ok mama," jawab si kembar kompak bersamaan.

Setelahnya kak Alea pun pergi meninggalkan aku dengan si kembar yang kini sama-sama menatap ku.

"Kenapa liatin aunty?"

"Ayook auntyy, aunty kok nggak jalan sih?" ucap Rena membuat ku segera tersadar. Dasar bodoh aku.

"Ya udah ayo ikut aunty," ucap ku sembari menarik tangan keduanya dengan tangan kiri dan kanan ku.

Sesampainya di depan ruang rawat VIP tempat kak Hanz di rawat, aku menyuru si kembar masuk terlebih dahulu, ini kesempatan ku untuk kabur menemui om dokter sebentar.

"Sayang, aunty ada urusan bentar. Kalian masuk aja duluan ke dalam ya," ucap ku membuat mereka menatap ku penuh tanya.

"Ulusan apa aunty?"

Aduh bocah banyak tanya banget sih kalian? Aunty mau pacaran tau nggak?

"Kalian nggak usah tau. Kalian kangen uncle dan tante Ara kan? Kalo gitu kalian masuk sekarang!" perintah ku membuat keduanya pun akhirnya mengangguk lalu segera masuk.

Dengan senang hati dan langkah riang akupun segera bergegas menuju ke ruangan om dokter ku sayang, aku sudah merindukannya walaupun baru semalam kami bertemu. Hahaha...

^^^

"Om dokterrrr....," panggil ku membuatnya yang sedang sibuk entah membaca kertas apa aku tak tau segera mendongak melihat ku. Hati ku langsung adem pagi-pagi melihat wajah tampannya.

Syukur om dokter ku temukan di ruangannya, atu tidak aku akan keliling-keliling seperti orang bego nanti mencarinya.

"Kamu ngapain lagi sih datang? Kamu nggak bosan gangguin aku?" loh, kenapa harus bosan om dokter sayang? Aku senang banget malah.

"Aku rindu sama om dokter," rengek ku membuatnya memutar bola mata malas. Walau begitupun om dokter tetap aja tampan dimataku, walaupun ia tampak sebal sekali dengan ku.

"Tapi aku malas liat wajah kamu," ucapnya sembari menggeretakkan gigi kesal.

"Kenapa? Bukannya semalam om dokter bilang terserah aku aja? Kenapa sekarang berubah pikiran sih om?" ucap ku sembari mengerucut sebal.

Apa-apan sih om dokter? Aku sudah sangat bahagia karna mendengar kata terserah darinya tadi malam, aku kira dia sudah bisa membuka hati padaku, tapi sekarang dia malah mengatakan malas melihat ku.

"Aku ini mau kerja dek, kalau kamu gini berarti kamu akan ganggu kerjaan aku. Kamu lebih baik pulang ya sekarang," kini dia membujuk ku menjadi lebih lembut. Dan satu lagi, aku sangat suka kalau dia memanggil ku dek, dengan panggilan itu hati ku pasti akan semakin luluh dan semakin mencintainya.

"Om dokter udah sarapan?" tanya ku ceria kembali.

"Sudah," jawabnya singkat. Dan aku lega mendengarnya, aku tak mau om dokter terlalu sibuk kerja sampai lupa makan, syukur dia bisa membagi waktu dengan baik.

"Ok deh kalau gitu, aku gak akan ganggu om dokter, aku akan pergi. Tapi aku mau minta no ponsel om dokter," ucap ku hingga membuatnya memincing curiga. Sudah lama aku ingin nomornya tapi selalu lupa memintanya.

"Untuk apa?" tanya nya, suaranya sangat dingin dan datar, tapi itu membuatnya malah semakin tampak seksi dan cool di mata ku. Laki-laki dewasa seperti inilah yang cocok untuk ku.

"Biar aku bisa hubungin om dokter dan aku bisa tanya apa om dokter sibuk apa enggak."

"Shit, sialan!"

Ku dengar om dokter mengumpat membuat ku menatapnya terkejut. Apa dia mengumpat ku? Apa dia marah? Kenapa? Aku kan hanya minta nomor ponselnya agar aku berkunjung tak mengganggu pekerjaannya.

"Om dokter marah," tanya ku dengan mata berkaca-kaca menahan tangis. Entah mengapa kalau om dokter marah aku sangat ketakutan. Aku tak mau om dokter marah sama aku, aku nggak kuat.

"Aku nggak marah, tapi kamu harus pulang yaa," kini ia mengatakannya menjadi lebih lembut membuat mataku berbinar-binar senang menatapnya. Sumpah dia ganteng banget.

"Nomornya om?"

Kulihat ia menghela nafas pasrah kemudian segera mengambil ponselnya dan memberikannya pada ku dengan wajah malas.

Segera ku raih ponsel itu dengan senang hati kemudian ku tekan tombol dial untuk menghubungi nomor ku setelah tadi sempat ku save sendiri.

Panggilan masuk di ponsel ku dan senyum kemenangan terukir di wajah ku. Om dokter, setelah ini kita akan semakin dekat, batin ku menyeringai.

Ku serahkan kembali ponselnya dengan wajah sumringah, namun ku lihat berkebalikan dengannya. Setelah ia memeriksa ponsel itu, ku lihat ia malah membelalak terkejut.

"Kenapa om?" tanya ku pura-pura tak tau padahal dalam hati aku terkikik senang sekali melihat ekspresinya.

"Sayang kuu?" ucapnya dengan penekanan dan menatap ku horror. Hehehe, aku menaruh namaku di kontaknya seperti itu.

"Ia om dokter, supaya om dokter cepat-cepat jatuh cinta sama aku," ucap ku tak nyambung. Aku tau gak ada kaitannya, tapi selama itu membuat ku senang melihat ekspresinya maka akan ku katakan apa saja sekalipun tak nyambung.

Kulihat ia lagi-lagi menghela nafas, kasihan juga sih om dokter selalu ku isengin, tapi gak papa, nanti dia juga terbiasa dan akhirnya jatuh cinta pada ku.

"Sudah sana sana, kamu cepat pergi," usirnya dan akupun mengangguk saja. Aku juga tak mau ia semakin stres dan akhirnya tak konsentrasi kerja hanya karna ku.

"Kalau gitu aku pergi dulu ya om dokter. Oh ya, om dokter jangan lupa telfon aku ya saat om dokter senggang."

"Hmm.."

Tapi sebelum pergi, tak lupa ku tanyakan pertanyaan yang sudah lama di otak ku.

"Oh ya om dokter, kapan kita ke dokter kandungan buat cek kehamilan aku? Siapa tau udah ada baby di perut aku."

Dan saat itu juga ia malah keselek air liurnya sendiri mendengar pertanyaan ku, hahaha...

"KAMU NGGAK AKAN HAMILL."

Aku meneguk salivaku dengan paksa, kalimat om dokter begitu tegas dan tampak marah, wajahnya memerah menahan emosi dan suaranya begitu di tekan.

Apa kali ini dia benar-benar marah? Aku bergidig menatapnya yang kini tampak menyeramkan dengan tatapan tajam seperti ingin membunuhku.

"Ak-aku pergi ya om," ucap ku gugup kemudian segera berlari cepat meninggalkannya sebelum ia menerkam ku.

Om dokter, walaupun om dokter tampak menyeramkan tadi, tapi tetap saja wajah om dokter sangat tampan mempesona. Dan cinta ku semakin besar menggunung untuk om dokter.

...

Lanjut???

Om Dokter, Nikahin Aku!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang