Author POV
Tujuh tahun berlalu….
Seperti biasa, rutinitas sarapan pagi bersama tidak pernah terlewatkan oleh sebuah keluarga. Ya, Jesica, Alika, serta papanya sedang menikmati makanan di meja makan. Mereka bercengkrama, sesekali tertawa. Suasananya begitu hangat, sampai…..
“Prill, ayo sarapan bareng.” ucap Jesica, ketika melihat Prilly berjalan menuruni anak tangga.
Prilly berhenti diujung tangga, ketika mendengar sendok berdenting diatas piring menandakan papanya telah menyelesaikan sarapannya pagi ini.
“Papa berangkat duluannya, kamu hati-hati bawa mobilnya. Antar Alika dulu, baru ke kampus.” Ucap papanya setelah menghabiskan segelas air putih, lalu berdiri mendekati jesica dan alika, mecium kening mereka secara bergantian. Kemudian berlalu pergi keluar rumah.
Prilly hanya bisa menatap nanar kepergian sang papa, kemudian memalingkan wajahnya kearah lain ketika dirasa matanya mulai memanas dan dadanya pun sesak. Ya, selalu seperti ini keadaan setiap pagi yang dirasakan oleh Prilly.
“Prill ayo sini, keburu telat. Hari ini berangkat bareng sama kakak yuk. Sekali-kali kamu gak naik angkot.” Ajak mila ke prilly ketika ia melihat prilly termenung diujung tangga.
“Kakak apa-apa an sih. Ini udah jam berapa, kalau nunggu dia bisa-bisa telat. Lagian kakak udah selesai kan makan nya. Udah deh biarin aja dia berangkat naik angkot. Kan udah biasa kayak gitu.” Protes Alika kepada sang kakak seraya berdiri.
Ketika dilihat Jesica mau berbicara, alika langsung menyela, “Aku mau siap-siap bentar sama ambil tas di kamar, kakak juga. Habis itu kita berangkat tanpa Prilly!!” ucapnya langsung berjalan menuju kamarnya tanpa mau mendengar suara jesica yang memanggil namanya.
“Gak papa kak, kakak berangkat duluan aja sama kak Alika. Lagipula kan aku emang udah biasa berangkat sendiri naik angkot.” Prilly mendekati jesica seraya membereskan meja makan.
“Tapi kan Prill….”
“Udah kak, kakak siap-siap aja. Ntar kak Alika ngomel-ngomel lagi, biar aku aja yang beresin ini.” Kata Prilly memotong perkataan jesica.
“Kakak udah siap kok, nunggu Alika aja ini. Kamu gak makan dulu? Kok mau beresin ini? Ntar kalau kamu sakit gimana, kamu sering banget loh gak sarapan akhir-akhir ini.” Tanya Jesica sambil menatap sang adik yang sedang membawa sisa-sisa makanan kearah dapur .
“Enggak deh kak, takutnya gak dapat angkot. Nanti aja makan di kantin sekolah.” Jawab Prilly sambil menatap gemas kakaknya yang sudah sangat bawel jika menyangkut makan
“Kak ayo buruan berangkat.” Alika yang tiba-tiba datang langsung menarik lengan Jesica. Prilly yang melihat itu hanya bisa menghela nafas untuk menghilangkan sesak yang tiba-tiba dirasakannya.
************
Prilly mengatur nafasnya sambil menyeka peluh di dahinya setelah berhasil memasuki pekarangan sekolah. Hampir saja ia terlambat, kalau tidak berlari setelah turun dari angkot. Bagaimana tidak terlambat, hampir 15 menit ia menunggu angkot di halte.
“Woiii!!!” Teriak Bagas mengejutkan Prilly.
“Apaan sih gas, lo tuh ya suka banget ngagetin gue” ucap Prilly dengan nada geram sambil memukul bahu bagas, yang membuat empunya memekik,
“sakit tau prill… ah elah masih pagi udah kena timpukan aja gue,” gerutu Bagas mengusap bahunya yang terkena pukulan prilly.
“Salah lo sih, kalau ngomong gausah teriak juga nyet. Lo gak liat apa Prilly udah kayak habis lari marathon. Nih prill minum, kebetulan banget gue dari kantin beli minuman.” Aby memberikan botol minum ke Prilly yang dibawa nya dari kantin.
Setelah Prilly langsung meminum airnya, “Tumben lo baru dateng jam segini?” Tanya Alvin ketika mereka mulai berjalan menuju kelas.
“Kemarin gue pulangnya kemalem an, terus belajar juga buat persiapan olim minggu depan. Terus tadi dapet angkot nya lama banget.” Jawab Prilly ketika mereka sudah sampai dikelas.
“Untung aja lo gak telat, bisa gempar nih sekolah ada gosip 'wakil ketua OSIS melanggar peraturan sekolah'.” Celetuk Bagas dengan nada yang mendramatisir membuat Prilly hampir saja melempar buku yang baru saja ia keluarkan dari tas nya.
“Eitsss, lo kira kira dong Prill, mas gue ditimpuk sama buku se-tebel itu. Udah hampir dua kali ya lo kekerasan sama gue!!” Pekikan Bagas yang membuat teman sekelas menoleh kearahnya. Iya cuma hampir, karena langsung dicegah sama Bagas. Salah sendiri sih membuat Prilly kesal.
“Lo sih lebay banget jadi orang. Pagi-pagi bikin gue emosi jiwa mulu.” Kesal prilly
“iye dah iyeeee… maap nyonyaaa”
Jika kalian berfikir bagas adalah anak kecil yang bertemu Prilly tujuh tahun yang lalu, kalian sangatlah benar. Prilly dan Bagas mulai berteman semenjak sekolah dasar, sedangkan prilly berteman dengan aby dan alvin saat SMP.
Sejak saat itu mereka berempat bersahabat dan memutuskan untuk masuk di SMA yang sama. Diantara mereka bertiga, Bagas yang paling jail dan suka bikin Prilly emosi. Sebenarnya Prilly adik tingkat mereka, tapi karena kepintarannya yang entah diturunkan oleh siapa, membuat ia bisa seangkatan dengan Bagas, Aby, dan Alvin.
Prilly ingat betul, betapa bahagianya ia bisa mengikuti kelas akselerasi waktu SMP. Pulang tergesa-gesa ingin memberitahukan hal tersebut kepada papanya. Tapi yang ia dapatkan hanyalah sikap acuh tak acuh dari papanya. Ia menekan perasaan sesaknya, mencoba berpikiran positif, ‘mungkin ini cuma hal biasa bagi papa.’ Batin Prilly.
Dan sejak saat itu ia selalu berusaha terus-membuat papanya bangga, contohnya mengikuti dan memenangkan berbagai olimpiade. Walaupun entah sampai kapan papanya bersikap acuh tak acuh.
************
Holaaa….
Jangan lupa vote+komen yaaaaa, aku usahain cerita ini bakal lancar tapi aku juga butuh dukungan dari kalian hehehe
Semangat yaa, walaupun masih #dirumahajaSidoarjo, 16 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
MELODY🍁
Dla nastolatkówkeluarga, cinta, persahabatan.... semuanya bisa berubah seiring berjalannya waktu... hidup seperti melodi, yang tercipta dari nada tinggi dan rendah... ada tangis dan tawa~ "Aku berusaha menciptakan melodi indah di tengah kehidupan yang sesungguhn...