🌼6🌼

254 26 0
                                    


Lisa sudah sampai dirumahnya satu jam yang lalu. Dia lebih memilih merebahkan badannya diranjang. Baru beberapa jam saja ditinggal Jungkook, dia sudah merasa kesepian. Dia merindukan ocehan bayi kelincinya itu.

Baru saja dia memikirkan Jungkook, tiba-tiba pria itu menelvonnya. Lisa tersenyum melihat panggilan itu, dia langsung mengangkatnya.

“Kenapa kau menelvonku? Pasti kau merindukanku, aku tahu itu.”

Kau selalu tahu isi hatiku, Lisa. Tapi kau tak permah membalas cintaku.”

Lisa mematung mendengarkan perkataan Jungkook. Kenapa Jungkook berkata seperti itu. Apa yang terjadi padanya sekarang. Semua bercampur aduk dipikiran Lisa.

Hei, Lisa. Apa kau masih disana? Hallo?

Lisa tersadar dari lamunannya.

“Y-ya. Ada apa?”

Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu, bahkan hingga aku mati.

Hya! kenapa kau berkata seolah-olah kau akan mati? Jangan bercanda, Jungkook.”

Tak ada jawaban dari Jungkook. Tiba-tiba sambungannya terputus.

“Halo! Jungkook! Aish! Bocah sialan, kenapa dia mematikannya. Awas saja kau menelvonku, aku mengabaikannya.” Lisa kesal dengan Jungkook yang tiba memutuskan sambungannya.

“Lisa! Lisa!” teriak ibunya dari ruangan televisi.

Lisa keluar dari kamarnya menuju suara teriakkan ibunya yang memekakkan telinga.

“Kenapa eomma? Kenapa teriak-teriak?” ucap Lisa yang kesal karena ibunnya berteriak.

“Lihatlah ini, bukankah Jungkook menaikki kapal ini?” ucap Ibunya yang menunjuk berita ditelevisi.

Lisa sangat terkejut melihat berita itu. Dia bahkan merasa tidak bisa bernafas. Kapal yang ditumpangi para murid SMA Jeola High School kecelakaan. Posisi kapal Ferry Jin itu sekarang miring, bahkan sangat miring. Banyak penumpang yang sudah dievakuasi, tetapi tak satupun terlihat murid SMA.

Lisa melangkah mundur dari televisi tersebut, matanya sudah mulai kabur oleh airmata. Dia langsung berlari meninggalkan ibunya.

“Lisa! Kau mau kemana? Lisa!” ucap ibunya yang tak dihiraukan Lisa.

-

-

-

-

Dilain sisi Jimin sedang terbaring mengistirahatkan badannya. Dia sudah mulai merasa sedikit lebih sehat dari kemaren. Tetapi dia dibuat sakit hati oleh Jungkook dan Bambam yang mengirim Foto Selfie mereka berdua yang menikmati perjalanan menuju pulau Jeju kepada Jimin. Jimin hanya bisa mendengus kesal melihat kelakuan sahabatnya itu.

Tiba-tiba HP Jimin berdering, panggilan masuk dari Jungkook. Manusia yang membuat Jimin kesal.

“Apa?! Kau mau mengatakan sesuatu yang membuatku panas lagi? Tidak usah repot, nikmati saja perjalananmu yang membosankan itu, Pabo!”

Hei, kau jangan terlalu cepat marah. Aku tak akan memanas-manasimu lagi, tenang saja.

“Lalu apa yang ingin kau katakan padaku? Apakah sangat penting?”

Hya! Park Pabo Jimin! Kapan kau akan mengungkapkan perasaanmu pada Rose?apa kau mau didahului oleh Park Chanyeol brengsek itu? Jangan membuat perempuan menunggu terlalu lama, segera ungkapkan perasaanmu. Aku tidak mau kau mati bunuh diri karena tiba-tiba perempuan idamanmu pergi bersama orang lain.

Hya! apa maksudmu? Kenapa kau berkata seperti itu?”

Lakukan saja apa yang kukatakan. Aku mengatakannya sekarang karena aku takut kita tak akan bertemu lagi.”

Jimin tak mengerti kata terakhir Jungkook yang tak akan bertemu lagi. Dia melihat televisi yang sedang menyala dikamarnya, yang memberitakan tentang kapal Ferry Jin.

Jimin terkejut melihat berita tersebut, dia ingat bahwa Jungkook menaiki kapal tersebut.

“Jungkook! K-kau apa kapalmu yang diberita ini?”

Mungkin iya, haha. Bahkan posisiku dan Bambam sudang miring. Sudahlah, aku ingin menelvon gadisku dulu. Bye!”

Jungkook memutuskan sambungannya, tanpa peduli pada Jimin.

Jimin langsung bangkit dari ranjangnya. Badannya langsung terasa ringan. Jimin pergi menuju pelabuhan dan menelvon Rose.

-

-

-

-

Lisa sudah sampai dipelabuhan, disana sudah banyak orang yang menunggu kabar dari Ferry Jin. Lisa sudah menangis karena takut akan terjadi apa-apa pada Jungkook.

Rose dan Jimin pun sampai disana, Rose langsung berlari kearah Lisa dan memeluknya. Tangis Lisa pecah.

“Rose.. hiks.. aku takut Jungkook kenapa-napa. A-aku.. hiks.. sangat takut Rose.” Ucap Lisa sesegukkan.

Rose mengusap punggung Lisa menenagkannya. “Jangan menangis, Jungkook dan yang lainnya pasti akan baik-baik saja. kau tenanglah, hm!” Rose berusaha terlihat tenang dihadapan Lisa. Padahal dia tak kalah cemasnya saat ini.

-

-

-

-

Sudah satu jam lebih mereka menunggu dipelabuhan. Sudah banya yang dievakuasi, tetapi tak satupun dari mereka yang bernama Jungkook. Bahkan kapten dan staf-staf kapal sudah dievakuasi. Ini sangat aneh, bukankah seharusnya penumpanglah yang diutamakan.

“Kapalnya sudah tenggelam.” Ucap tim penyelamat pada semua orang yang berada dipelabuhan.

Lisa, Rose dan Jimin terkejut mendengar pengumuman itu. Tenggelam bagaimana? Sedangkan teman-temannya masih berada dikapal.

“Apa maksudmu? Tenggelam? Anakku masih didalam sana. Apa kalian tidak menyelamatkannya? Apa kalian membunuhnya?” ucap salah satu orang tua murid yang menunggu kabar anaknya. Dia sangat emosi dan hampir memukul petugas tersebut jika tidak dilerai oleh orang-orang disana.

Lisa langsung tersimpuh mendengarnya, kakinya bahkan sudah tidak kuat menahan badannya. Semuanya terasa lemas, bahkan bumi terasa berhenti berputar. Pandangannya kabur tertutupi oleh air mata yang sekian detik siap jatuh membasahi pipinya. Rose langsung memeluk Lisa, dia juga tak tahan melihat keadaan Lisa.

“Rose... tadi kau mengatakan Jungkook akan baik-baik saja, bukan? Kau tidak berbohong padakukan?” ucap Lisa seperti orang yang sudah kehilangan arah.

Rose sudah tak bisa menahan tangisnya. Dia menagis memeluk Lisa, dia mengusap-usap kepala Lisa untuk menguatkan Lisa dari kenyataan yang sangat pahit ini.

“Kau berbohong padaku Rose. J-jungkook... hiks... Jungkook tidak baik-baik saja... hiks... Jungkook... hiks.. Jungkook.” Lisa menangis sejadi-jadinya. Siapapun yang mendengarnya akan merasa pilu. Tangisan yang sangat memilukan dari seorang gadis yang sudah kehilangan separuh hidupnya.

Why am I always late?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang