🌼7🌼

250 25 0
                                    


Korea sangat berduka atas tenggelamnya kapal ferry Jin. Kapten dan para staf kapal tersebut, saat ini ditahan. Karena meeka lalai dalam bertugas, mereka menyelamatkan dirinya terlebih dahulu. Sedangkan didalam kapal tersebut ratusan siswa terperangkap. Mereka tidak melaksanakan peraturan dalam pekerjaannya.

Orang tua Jungkook mendengar kabar tentang yang terjadi pada anaknya, mereka langsung ke Korea hari itu juga. Mereka sangat terpukul, mereka tidak mempunyai waktu untuk Jungkook. Mereka sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Sekarang rasa penyesalanlah yang memenuhi pikiran mereka. Bahkan Jungkook sempat menelvon mereka, tetapi mereka tak menghiraukannya. Dan rasa bersalah seumur hidup tak akan pernah hilang padamereka.

Sudah ratusan jenazah para siswa dievakuasi, tetapi Jungkook belum juga ditemukan. Jenazah Bambam sudah ditemukan, Lisa, Rose dan Jimin sangat terpukul melihat wajah sahabatnya yang sangat pucat tanpa darah. Hoodie yang tadinya cerah berubah menjadi basah dan bernoda. Senyum bahagia ketika dia menaiki kapal berubah menjadi wajah yang pucat tanpa ekspresi. Jimin menitikkan air matanya, ia teringat foto yang dikirim Bambam bersama Jungkook tadi pagi. Tetapi dihari yang sama, semuanya berubah menjadi hari yang sangat suram. Jimin belum siap untuk semua ini, rasanya sangat menyakitkan.

Lisa masih dipelukkan ibunya, ya ibu Lisa juga menyusul anaknya itu. Dia tidak juga terjadi apa-apa pada Lisa.

Eomma, kenapa mereka belum menemukan Jungkook? Mereka harus cepat menemukannya, bukan? Jungkook tidak bisa berenang eomma. Suruh mereka menolong Jungkook secepatnya, eomma.” Lirih Lisa. Ibu Lisa hanya mengangguk-angguk dan menepuk punggung Lisa untuk menenangkannya.

-

-

-

-

Beberapa jam kemudian, tim yang bertugas membawa beberapa jenazah lagi. Mereka langsung memeriksa semua jenazah tersebut. Lisa sudah membuka satu persatu pentup jenazah tersebut, tetapi dia belum menemukan Jungkook. Sekarang tinggal satu jenazah lagi yang belum dia periksa. Tangan Lisa begitu gemetar, dia sangat cemas. Dia membuka perlahan resleting penutup jenazah tersebut.

Bumi terasa berhenti berputar dan matahari terasa berhenti terbakar. Nafas Lisa tercekat, siapapun tolong berikan dia oksigen. Bagaimana tidak, jenazah yang terakhir itu adalah Jungkook. Setelah terdiam beberapa detik, tangis Lisa pun pecah. Dia langsung memeluk tubuh yang sudah tak bernyawa itu sekuat mungkin seakan tak ingin berpisah.

“Jungkook, bangunlah. Bukankah kita sudah berjanji untuk pergi jalan-jalan, hmm?! Aku tidak akan membawa Rose, kita akan pergi berdua saja. Cepat bangunlah, atau aku akan memarahimu. Bangun... hiks.. bangunlah... hiks... kumohon!” Lisa berbicara dalam tangisnya dengan sesegukkan. Semua yang melihat itu sangat merasa hancur.

Tuan Jeon dan nyonya Jeon sangat terpukul. Tidak pernah terfikirkan oleh benak mereka bahwa mereka menemui anaknya dengan keadaan sudah tak bernyawa lagi.

“Saya menemukan kamera ini yang masih tergantung dileher anak ini tadi.” Ucap seorang bapak paruh baya, yang tidak lain adalah salah satu tim penyelamat. Ibu Jungkook menerima kamera tersebut, karena tuan dan nyonya Jeon masih menangis melihat anaknya tersebut.

Rose dan Jimin memeluk Lisa. Mereka menangis bersama, dengan hati yang sangat hancur. Mereka kehilangan sahabatnya dua sekaligus.

-

-

-

-

Jungkook dimakamkan keesokkan harinya.

Lisa masih belum bisa menerima kepergian Jungkook. Dia menangis didepan batu nisan tersebut.

“Kau tau, denganmu aku merasa hidup. Dan sekarang tanpamu aku merasa hancur. Tanpamu, aku hanayalah separuh dari semua yang ada. Sekarang tak ada tangan yang akan kugenggam lagi. Kau curang Jungkook, kenapa kau meninggalkanku, huh?! Aku ingin kau mengatakan kau mencintaiku, katakan sekali lagi. Aku akan menjawabnya. Aku juga mencintaimu Jungkook. A-aku... hiks... sangat mencintaimu Jeon Jungkook.. hiks.” Ucap Lisa meratapi semuanya.

Rose memeluk sahabatnya itu, dia tahu Lisa sangat terpukul.

“Lisa, ayo kitapulang, nak!” ajak ibu Lisa.

“Tidak eomma, jika aku pulang, siapa yang akan menemani Jungkook. Nanti kalau petir datang bagaimana? Dia akan ketakutan, eomma.” Jawab Lisa seperti orang kehilangan arah.

Ibu Jungkook tak tahan mendengar ucapan Lisa, haatinya terasa tercubit. Selama ini dia tak pernah ada untuk anaknya. Dia tahu anaknya sangat takut pada petir, tetapi tak pernah terlintas dibenaknya bagaimanakah keadaan anaknya tanpa ada dia dan suaminya. Sekarang tangisan penyesalan untuk semuanya yang terjadi.

“Sayang, biarkan Jungkook tenang disana. Dia akan sedih melihatmu seperti ini.” Ucap Ibu Lisa menenangkan anaknya itu.

“Benar Lisa, kau harus mengikhlaskan semuanya, jika kau begini Jungkook akan marah padamu. Kau tak mau Jungkook marah padamu, bukan?” Tambah Rose.

Lisa menggeleng cepat, dia tak mau Jungkooknya marah. Akhirnya Lisa pun mau diajak kembali pulang.

-

-

-

-

Sudah beberapa hari kepergian Jungkook. Lisa selalu merenungdikamarnya, dia tak pernah keluar dari kamarnya. Badannya sudah kurus, karena dia tak pernah makan setiap ibunya mengantar makanan. Ibu Lisa juga cemas dengan keadaan anaknya ini.

Rose pun setiap hari datang kerumah Lisa, tetapi dia tak pernah mendapat respon dari Lisa. Rose merasa hancur melihat keadaan sahabatnya ini. Ini bukan Lisa yang dia kenal. Lisa yang ceria, yang selalu membawa kebahagiaan. Kini berubah menjadi manusia yang hidup tapi tak memiliki tujuan hidup, Lisa sudah seperti mayat hidup.

Setiap hari Lisa hanya menangis. Hatinya terkoyak, dia seperti berlayar ditengah badai. Tanpa Jungkook Lisa hanyalah sebuah lagu sedih, Jungkook adalah melodi yang sempurna. Harmoni yang hanya ingin Lisa dengar. Jungkook adalah bagian kesukaannya, saat Jungkook bersamanya tak ada yang ia takutkan.

Ini adalah awal kehidupan Lisa yang baru tanpa Jungkook. Tapi rasanya seolah semuanya berakhir. Semua kehidupan Lisa sudah mati bersama kepergian Jungkook. Jungkook membawa semua kebahagiaan Lisa.

“Kenapa kau tak membawaku juga, Jungkook?” ucap Lisa Lirih memejamkan matanya.

Why am I always late?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang