🌼8🌼

246 23 1
                                    


Lisa sudah bersiap-siap untuk pergi sekolah. Ya, dia memutuskan untuk kesekolah kembali. Tetapi kali ini dia tidak pergi dengan sepeda, Lisa tidak bisa menggunakan sepeda lagi. Dia akan menangis jika melihat sepeda, karena itu hanya akan mengingatkannya pada Jungkook. Kenangan bersama Jungkook terlalu banyak, Lisa mencoba menjauhkan segala hal yang mengingatkannya bersama Jungkook.

Lisa sudah sampai dikelasnya, Rose yang melihat keberadaan Lisa sangat terkejut. Rose langsung berlari dan memeluk Lisa.

“Akhirnya sahabatku kembali, aku sangat merindukanmu.” Ucap Rose dengan mata yang berkaca-kaca. Lisa hanya tersenyum.

Mereka duduk di kursinya, Lisa heran dengan adanya Jimin dikelasnya. Dia memandang Rose seolah-olah bertanya. Rose yang paham dengan gelagat Lisa, dia menjelaskannya pada Lisa.

“Dia dipindahkan kekelas kita, karena...” ucapan Rose terhenti, rose takut Lisa akan terluka.

“Aku mengerti, dia memang harus dipindahkan, bukan? Kalau dia tetap dikelasnya siapa temannya.mereka semua sudah pergi.” Jawab Lisa tersenyum pilu.

“Lisa...” Lirih Rose, dia tahu sahabatnya itu sangat terluka.

“Aku tidak apa-apa, Rose.” Jawab Lisa tersenyum lembut.

-

-

-

-

Lisa, Rose dan Jimin sedang menikmati makan siangnya. Jimin berbicara ditengah-tengah kegiatana makan mereka.

“Temanku dari Amerika akan pindah kesini.” Ucap Jimin.

“Apa dia perempuan?” tanya Rose sedikit ketus. Lisa yang melihat reaksi Rose sedikit bingung.

“Tentu saja...” jawab Jimin, Rose langsung melotot pada Jimin dengan mengangkat garpu seolah-olah ingin membunuh Jimin. “Tidak” lanjut Jimin dengan wajah sedikit cemas melihat Rose.

“Ada apa denganmu, Rose? Memangnya kenapa kalau perempuan? Bukankah kau senang dengan orang baru?” tanya Lisa yang heran pada Rose.

“Jika itu temannya bocah ini, aku akan membunuhnya.” Ucap Rose ketus sambil melihat kearah Jimin.

Lisa heran dengan perkataan Rose, biasanya Rose akan bertingkah lemah lembut didepan Jimin, tetapi sekarang dia bahkan memanggil Jimin dengan kata bocah.

“Tunggu dulu!” ucap Lisa sambil melihat kearah Rose dan Jimin bergantian.

“Apa kalian sudah menjadi pasangan kekasih?” tanya Lisa. Rose tersipu malu, sedangkan Jimin menyengir seperti orang bodoh.

“Oh ya Tuhan. Sepertinya sudah banyak yang kulewatkan. Kalian harus mentraktirku, dan kau Rose. Kau berhutang cerita padaku.” Ucap Lisa tegas. Rose mengangguk mengiyakan ucapan Lisa. Sedangkan Jimin memutar bola matanya malas, mendengar Lisa yang meminta pajak jadian.

“O iya Jimin, apa temanmu tampan?” tanya Rose.

“Tentu saja, tetapi dia tidak bisa mengalahkan ketampananku.” Ucap Jimin sombong. Lisa dan Rose merasa sangat geli yang mendengarkan perkataan Jimin. Mereka beranjak dan meninggalkan Jimin sendirian.

“Hya! kalian mau kemana? Aish.” Ucap Jimin kesal.

-

-

-

-

“Kau sudah pulang, sayang?” ucap Ibu Lisa yang sedang menyiapkan makan siang.

“Hmm.” Jawab Lisa lesu.

“Ayo kita makan.” Ajak Ibu Lisa.

“Aku sedang tak ingin makan eomma. Eomma saja yang makan, aku kekamar dulu.” Jawab Lisa lalu pergi kekamarnya. Ibu Lisa hanya diam, dia paham bagaimana keadaan anaknya. Dia tak akan memaksakan kehendak pada putri semata wayangnya itu.

Lisa mengganti pakaiannya dan duduk dibalkon kamarnya. Lisa melihat kearah rumah Jungkook, dia ingat betul bagaimana Jungkook melambaikan tangannya kearah Lisa. Tetapi sekarang tak ada lagi, tak ada yang akan melambaikan tangan dengan raut bahagia. Bahkan rumah itu tak berpenghuni lagi. Semenjak kepergian Jungkook, orang  tuanya memilih pindah keluar negeri. Tetapi mereka tidak menjual ataupun menyewakan rumah itu. Terlalu banayak kenangan dirumah tersebut. Tetapi agaknya terlalu sakit untuk tinggal dirumah yang banyak meninggalkan semua kenangan tentang Jungkook.

“Kookie, aku merindukanmu. Kenapa kau meninggalkanku tiba-tiba begini? Kau jahat, kau jahat Kookie.” Ucap Lisa dengan isakan yang memilukan.

-

-

-

-

Malam ini hujan sangat deras, gemuruh dan petirpun menyertai hujan. Lisa berlari membawa payung dan ingin membuka pintu untuk keluar.

“Kau mau kemana, Lisa?” tanya Ibunya.

“Kerumah Jungkook eomma, kemana lagi. Pasti dia sudah sangat ketakutan.’ Ucap Lisa.

Ibunya berjalan kearah Lisa dan memeluk anaknya itu.

“Sayang, Jungkook sudah tiada. Kau harus bisa menerimanya.” Ucap ibu Lisa sambil menepuk-nepuk lembut punggung Lisa. Lisa menangis pilu mendengar ucapan Ibunya. Dia menggeleng tak terima ucapan ibunya itu.

“Eomma, jangan ucapkan kata itu lagi. Rasanya terlalu sesak, kenapa hatiku tidak bisa menerima kenyataan pahit ini, eomma?” ucap Lisa dalam tangisnya.

“Kau akan bisa menerimanya seiring berjalannya waktu, sayang. Mari eomma antarkau kekamar.” Ibu Lisa mengantarkan putrinya itu kekamar.

Lisa sangat rapuh, dia bahkan menutupi semuanya didepan sahabatnya. Dia berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Hanya ibunya lah yang mengetahui keadaan Lisa sebenarnya.

“Tidurlah, eomma akan menemanimu. Hm?” ucap Ibu Lisa. Lisa mengangguk mengiyakan ucapan ibunya, lalu memejamkan matanya.

Why am I always late?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang