(5). la guerre a commencé

185 27 70
                                    

"ARLIOS!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"ARLIOS!"

Teriakan Sang Ayah memenuhi kastil megah itu.

"Apalagi sih Pa?"

"Sejak kapan kamu berhubungan sama si Pure Blood?"

"Hah? Bunga?"

"Marcell sialan, emang nggak pernah main main ya sama omongannya,"

"Arlios ngaku Pa, Arlios udah jatuh hati sama Pure Blood itu. Tapi dia bukan orang jahat Pa—"

"KITA YANG JAHAT ARLIOS! KITA YANG MENGAMBIL NYAWA MEREKA DEMI KEHIDUPAN KITA!" Potong sang Ayah.

Ia tidak salah. Arlios memang harus mengakui, yang jahat disini adalah dirinya dan keluarganya.

"Arlios bisa bikin Papa setuju sama perasaan Arlios,"

"Arlios, jangan bilang kamu—"

"Kalo Arlios jahat, Bunga juga seharusnya bisa Arlios bikin jahat. Biar nggak ada yang dirugikan,"

"Arlios bodoh," Rutuk Echa yang mendengar pembicaraan sang saudara dan ayahnya.

—•—

"Lo tau kan, lo harus apa?"

"Santai, gue awasin terus,"

"Ini saatnya mahkota diserahin ke gue,"

"Serakah, kita juga bantuin lo anjing,"

"Bubar bubar!"

—•—

"Nave!" Panggil Daichi.

"Eh, yo bro?"

"Ngga, lo mau masuk kelas kan? Ayo barengan," Ajak Daichi.

Nave, Arlios, dan Daichi terlihat semakin dekat. Walaupun, Radea dan Fidel sudah melarang agar tidak terlalu dekat dengan Pure Blood.

"Kantin kuy? Gue kenalin ke temen temen gue, Arden, Hanca, sama Yasa,"

"Kuy kuy,"

"Daichi!" Panggil Hanca dari kejauhan.

"Bacot gausah teriak teriak, diliatin satu sekolah ga malu?" Tanya Daichi kesal.

"Ya elah, emang Hanca punya urat malu?" Tanya Arden.

"Oh iya lupa, gak punya,"

Metanoia - 00-04LTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang