5. Aku berjanji.

61 14 1
                                    

Mita menundukkan kepala, sambil membiarkan Arka memeluknya memberi kekuatan.

Mita menangis, dia tidak bisa menghentikan itu bagaimana pun caranya. Dia baru saja kehilangan. Sosok yang sangat dia cintai, sosok yang menjadi keluarga dan juga sahabatnya, sosok yang selalu menjaga dan melindunginya.

Mira tidak pernah sekalipun menuntutnya untuk berubah, meskipun dalam diri Mita sama sekali tidak ada kebaikan.

Mita menggigit bibirnya, air matanya terus menetes dan membasahi pipi dan juga kerah bajunya. Dia menatap pusara Mira dengan isak tangis yang semakin terdengar menyayat hati.

"Maaf. Selama ini Mita cuma bisa susahin Kakak." Dia menundukkan kepala dengan hati penuh rasa sesal.

Arka mengelus bahu Mita dengan lembut. "Dia mencintaimu."

Mita menganggukkan kepala pelan. "Aku tahu. Dia wanita terhebat. Mencintaiku tanpa memikirkan dirinya sendiri. Harusnya dia berobat dan menjalani apa pun untuk kesembuhannya. Bukan malah begini."

Arka menghela napas tipis. "Karena itu aku jatuh cinta padanya." Dia tersenyum tipis dengan mata sayunya.

Keduanya kembali terdiam menatapvtempat yang sama. Tempat peristirahatan terakhir Mira.

Menurut dokter, Mira mengidap kanker darah sudah lama. Pihak rumah sakit selalu mengajurkan pengobatan dengan segera. Tapi, setelah itu Mira sama sekali tidak kembali ke rumah sakit.

Mira mewariskan uang pertanggungan asuransi, selain itu dia juga menyiapkan asuransi untuk Mita, apartemen yang sekarang dia tinggali, dan beberapa tabungan untuk gadis itu.

Rasa sesal Mita semakin besar kala mengetahui semua itu telah Mira siapkan semenjak dia tahu mengidap kanker darah. Kenapa tidak berobat? Kenapa tidak mengeluh? Kenapa tidak terbuka padaku? Banyak tanya
Qq1melintas di benak Mita yang hanya mampu dia jawab sendiri.

Pelayat berangsur meninggalkan lokasi makam. Tinggal Arka dan Mita yang ada di sana. Mita masih setia pada air matanya. Dia menatap hampa sambil sesekali mengusap air matanya.

Maaf. Karena Mita menjadi orang yang tidak berguna.

Maaf, karena Mita menyusahkan dan merepotkan selama ini.

Maaf, kata itu tidak mampu mewakili besarnya rasa sesal Mita.

Mita berterima kasih pada Kakak, sudah mau di bebani, sudah mau membesarkan layaknya sebuah keluarga utuh, sudah menjadi orang terkasih Mita selamanya.

Terima kasih Kak. Mita mencintai Kakak.

Mita berdiri. Dia membungkukkan badan sesaat. "Selamat jalan Kak. Bidadariku."

Arka ikut membungkuk. Dia mengikuti Mita kala gadis itu berjalan meninggalkan lokasi pemakaman.

Keduanya meninggalkan tempat itu dengan mobil pink milik Arka. Kembali terjebak dalan keheningan, dan juga suara tangisan Mita yang tidak berhenti.

Arka mengingat saat Mira meminta dia dan Mita tetap akur saat dia tidak ada. Mungkinkah, ini maksudnya. Arka menoleh menatap Mita untuk sesaat.

Mita mengusap air matanya untuk kesekian kali. Dia mencoba menahan diri tapi tidak bisa. Dia mencoba menegarkan hati tapi sulit. Kehilangan Mira seperti kehilangan seluruh hidupnya. Mira adalah segalanya, Mira adalah nyawanya. Bagaimana dia akan hidup setelah ini.

Arka menyerahkan tisyu untuk Mita. Gadis itu menyambutnya dan langsung memhuang ingus dan juga jejak air matanya. Dia menarik napas dalam, mencoba sekuat tenaga untuk tidak lagi menangis.

PINK ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang