8. Hai

58 12 0
                                    

Kejar target. 😭😭 Tanggal 31 harus sudah selesai.

Selamat membaca. Jangan lupa Vote ya. Makasih.
💋💋

***

Mita menghela napas tipis. Entah di mana pikirannya saat itu, hingga dia mendaftar dan di terima. Tuan Koki akan mulai syuting sebentar lagi.

Mita tidak berpikir jauh saat mengajukan diri. Bagaimana jika Arka melihatnya di layarkaca, dia membuka jalan untuk Arka menemukan dirinya.

Beruntung. Dia diperbolehkan mengenakan masker untuk menutupi wajahnya. Alasannya, dia Koki yang misterius, menyembunyikan identitas.

"Mbak. Sepuluh menit lagi syuting di mulai."

Sebuah suara berasal dari pintu, memaksa Mita menoleh dan menatap sang pemilik suara. Mita mengangguk dan tersenyum singkat.

Seperginya orang itu. Mita kembali menghela napas panjang, lalu memakai masker pink miliknya, yang senada dengan apron pink, bermotif abstrak yang sedang dia kenakan.

Mita keluar dari ruangan, dia menuju tempat di mana syuting akan berlangsung.

Mita menuju mejanya, meja yang akan di jadikan sebagai tempat memasak dan menghidangkan hasil olahan tangannya.

Mita menatap sekeliling. Semua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Di sampingnya, meja-meja pesaing berjajar rapi. Lampu-lampu mulai menyala, dan acara pun di mulai.

Pembawa acara membuka acara dan memenuhi acara dengan suara renyahnya. Hingga tiba saatnya menyambuy juri tamu malam ini.

Mita dan yang lainnya menoleh ke arah pintu masuk yang akan menampilkan juri tamu nanti.

"Arka Mandala Putra."

Seketika itu juga, rasanya jantung Mita berhenti berdetak untuk beberapa detik. Matanya melebar, napasnya tercekat.

Pria tampan yang dulu mengisi hari Mita, yang Mita hindari sampai hari ini, yang Mita sayangi sedalam ini, muncul dan menampilkan senyumnya yang menawan.

Tiuh tepuk tangan dari penonton bayaran meramaikan suasana.

Mita menunduk, dia takut jika sampai bertatap muka dengan Arka, Mita takut Arka mengenalinya meski dalam kondisi yang tertutup seperti ini.

Arka berbincang sejenak dengan pembawa acara. Membahas beberapa hal yang menyangkut pekerjaan yang Arka jalani.

Hingga akhirnya, Mita dan peserta lainnya mulai memasak.

Mita larut dangan bahan dan proses yang dilaluinya. Dia lupa pada Arka yang tampa sengaja berjalan mendekat.

Arka berhenti di depan Mita, mengamati koki yang berbalut apron dan masker pink itu. Tampak menarik, tapi dia berjanji tidak akan terlena dengan warna pink lagi.

Selain itu, nama koki di depannya ini sangat menarik. Akra Atim. Entah apa artinya, tapi nama itu sempat menarik perhatian Arka.

Mita terus menundukkan mata, dia menghindar, menjauh dan terus berdoa untuk keselamatannya hari ini.

"Dia koki youtube."

Salah satu juri membisik pada Arka. Arka tersenyum lalu mengangguk mengerti.

Arka melewati koki itu dengan ragu. Ekormatanya menangkap jika koki itu sedang melihat dirinya. Arka menoleh, tapi koki itu seketika berpaling dan meneruskan kesibukanmya.

Proses panjang dan melelahkan itu terlalui. Hingga tiba waktunya penilaian. Arka sama sekali tidak bisa fokus pada pekerjaannya. Dia merasa Akra Atim adalah sosok yang tak asing baginya. Dia terus menatap dan mengamati wanita itu.

Mita menghindari tatapan Arka, dalam hatinya terus berdoa agar acara ini selesai dan memungkinkan dia untk segera pergi.

Begitu acara berakhir, Mita melenggang keluar tanpa berpamitan pada kru atau peserta lain. Yang dia tahu, dia harus secepatnya pergi dari lokasi di mana Aeka berada.

Beruntung, Mita bukan pemenang utama. Dia masuk lima terbaik dari semua peserta, danyang harus tetap di sana hanya tiga terbaik saja.

Mita memasuki ruang ganti dan mengemasi barangnya dengan cepat. Dia merutuki dirinya sendiri yang dengan bodohnya mengajukan diri dalam acara ini. Yang mana, itu pasti membuka jalan untuknya bertemu Arka. Dan secara kebetulan pria itu menjadi juri tamunya.

Mita menghela napas. Dia tidak dapat memungkiri jika dia juga bahagia, terselip sedikit rasa lega di hatinua bisa melihat Arka secara langsung, di depan mata.

Tapi, tidak begini. Arka tampak terus menatapnya. Bagaimana jika Arka mengenalinya meski dengan masker seperti ini.

Mita selesai. Dia memakai jas panjang miliknya, danmenautkan tas ransel lalu keluar.

Mita berjalan dengan cepat. Meninggalkan stasiun televisi ini, dan kembali ke tempatnya. Tempat di mana dia hanya menganati tanpa ditemukan.

"Mita."

Suara parau menghentikan langkah Mita. Sedetik kemudian Mita meneruskan langkah dengan lebih cepat.

Mita tahu itu suara Arka sekalipun dia tidak menoleh. Yang dia sesali, kenapa harus berhenti sesaat. Itu menegaskan bahwa dirinya memang benar-benar Mita.

Arka tahu, dia sangat yakin koki itu adalah Mita. Arka mengejar gadis itu dengan mata berkaca-kaca.

Rasa rindu yang telah mencapai ubun-ubun, bergejolak ketika tahu jika pengobat rindu ada di dekatnya.

"Mita. Jangan lari." Teriak Arka ketika gadis itu berlari dan semakin menjauh.

Mita meneteskan air mata. Dia tidak akan menoleh sedikit pun. Tidak akan.

Sebauh tautan tangan di tangan kirinya, menghancurkan semua pertahanan diri yang dia bangun sedemikian rupa. Arka menyentuhnya, menggenggam tangannya dengan rasa hangat yang masih sangat dia ingat.

Mita memalingkan wajah. Arka menarik Mita tidak perduli seberapa keras Mita menjauh dan menghindarinya.

Arka memeluk gadis itu dan mengobati kerinduannya. "Hai, Mit." Dia mengeratkan pelukannya, sekalipun tidak ada balasan dari gadis itu.

"Aku tahu semuanya. Micel mengatakan hal yang tidak menyenangkan padamu, hingga membuatmu menjauhiku. Iya kan?" Arka mencium kepala Mita. Dia tidak ingin melepas pelukannya sama sekali.

Mita mengeraskan rahang. Dia berusaha untuk tidak menangis dan larut dalam adegan melo itu. Dia masih diam tanpa berucap apa-apa, begitu juga dengan tubuhnya, membeku.

Pertahanan Mita hancur. Dia meneteskan air matanya. Dia menghirup dalam aroma Arka. Aroma yang menenangkannya saat itu, saat dia hancur, saat dia terpuruk.

Perlahan, Mita membalas pelukan Arka. Dia menautkan tangannya di pinggang Arka dengan sangat erat. Seperti hatinya yang sedang merasa lega dan juga bahagia.

Atka tersenyum. Dia menemukan cahayanya, dia menemukan cintanya. "Jangan pergi lagi. Aku justru akan lemah, lalu mati saat kamu pergi."

Mita tidak menjawab. Dia masih ragu dan takut pada diri sendiri. "Bagaimana jika aku memang pembawa sial?"

"Siapa yang peduli?" Arka membenamkan wajahnya di leher Mita. "Jauh lebih penting hatiku, sangat bahagia melihatmu. Jadi jangan pergi lagi, jangan bunuh aku dengan meninggalkanku. Hmm."

Mita kembali diam. Dia menghela napas panjang. Apakah ini akhir dari pelariannya? Ataukah awal dari petualangannya?

Mita mengeratkan pelukannya. Bolehkan aku menjadi egois? Menginginkannya hanya untukku sendiri. Bolehkan aku menjadi egois? Mencintainya tanpa peduli apa yang akan menimpanya nanti.

"Tidak akan terjadi apa-apa padaku. Justru aku akan baik-baik saja jika denganmu." Arka merenggangkan pelukannya. "Percayalah." Dia menatap Mita yang masih menundukkan kepala.

PINK ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang