EXTRA PART 1

51 3 0
                                    

"Saya turut senang mendengar kabar pertunangan Anda. Tapi, satu hal yang saya ingin tanyakan. Bagaimana dengan penggemar? Tentu tidak mungkin mereka semua menyetujui keputusan Anda. Saya dengar ada yang menolak, protes, bahkan menteror."

"Saya tidak bisa memaksa orang untuk setuju atau tidak. Suka atau tidak suka. Yang saya tahu, keputusan saya ambil untuk kebahagiaan saya, masa depan saya, tanpa merugikan orang lain. Saya minta maaf jika saya mengecewakan banyak pihak. Saya percaya, mereka akan mengerti keputusan saya ini. Meski bukan sekarang." Arka tersenyum sambil menghela napas tipis. "Dan terima kasih, untuk semua orang yang memberi kami dukungan, dan semangat. Itu semua sangat berarti. Terlebih dia, karena dia bukan dari intertain. Kami berjanji akan bahagia, dan melakukan yang terbaik untuk semua."

Di dalam ruang ganti, Mita yang sedang menunggu Arka selesai syuting, memainkan remot sambil terus menatap dan mendengar apa yang mereka bicarakan di layar kaca. Jujur, Mita rasanya tidak sanggup menjadi pasangan selebriti, cobaan yang harus dia hadapi sangat banyak dan terkadang mengerikan.

Mita ingin meminta Arka berhenti dari dunia yang membesarkan namanya. Tapi, siapa dirinya hingga memiliki hak seperti itu?

Mita menggelengkan kepala. Dia akan tetap membebaskan apa pun pilihan Arka. Dia tidak ingin berubah menjadi sosok pengekang, yang membatasi pergerakan pasangannya.

Selang beberapa puluh menit, pintu terbuka. Mita menoleh, Arka masuk. Dia menutup pintu dan menghampiri tunangannya. "Ayo."

Mita tersenyum, menyambut uluran tangan Arka dan mengikutinya keluar.

Hari ini mereka telah menghadapi banyak hal, dari ke kantor polisi melaporkan teror pembunuhan, hingga ke tempat ini. Lelah itu pasti. Tapi, keduanya menjalani dengan bahagia.

"Mau makan apa?" Arka membuka pembicaaraan begitu mereka sudah ada di dalam mobil, perjalanan pulang.

Mita menatap Arka sesaat. "Apa saja. Jangan yang terlalu berat. Ini sudah malam."

"Kamu kembali menjadi asistenku?" Arka memicingkan mata sesaat.

"Nggak. Sudah sangat melelahkan menjadi pasanganmu, apa mungkin aku akan jadi asistenmu juga?" Mita tersenyum.

Arka menggenggam tangan Mita dan menciumnya. "Maaf, denganku justru membuat hidupmu semakin berat."

Mita tersenyum. "Kamu tahu, bukan itu maksudku."

Arka mengangguk. "Aku tahu. Terima kasih karena tidak menyesalinya." Arka mengelus kepala Mita sesaat. "Jadi, kita makan apa? Kamu yang pilih."

"Oke." Mita tampak sedang berfikir. "Bagaimana jika kita pulang saja. Aku akan membuatkan susu hangat untukmu. Makan sedikit salad buah aku rasa tidak masalah."

Arka tersenyum. "Apakah sekarang kamu memang seperti ini?"

"Makanan sehat yang terbaik." Mita tersenyum manis sambil melepas genggaman tangan Arka. Dia menautkan tangannya di lengan Arka dan bersandar di bahu pria itu.

Arka tersenyum. Dia mengecup dahi Mita sesaat. "Kita pulang, Pak." Imbuhnya pada sang supir.

Supir melajukan mobil ke alamat rumah Arka. Arka dan Mita kembali ke pembicaraan dan gurauan kecil yang mampu membuat kisah mereka semakin manis dan menyenangkan.

Tiga puluh menit sudah, mobil pada akhirnya memasuki halaman rumah Arka dan membawa mereka ke depan pintu utama.

Keduanya masuk. Mita menuju dapur dan mengambil bahan yang akan dia olah, dia mendapat bantuan dari pelayan Arka. Sedang Arka memilih duduk dan memeriksa beberapa surel yang masuk. Beberapa ada penawaran, beberapa ada yang berasal dari managernya.

Arka menoleh menatap Mita sesaat. Tunangannya itu sudah mengenakan apron di tubuh kecilnya, lalu dia kembali pada layar tab untuk kembali membaca surel yang ada.

Ting ... tong ....

Arka dan Mita menoleh ke pintu secara bersamaan. Pelayan Arka seketika berlari ke arah pintu dan melihat siapa yang datang.

"Tuan." Suara gemetar pelayan Arka, membuat Arka menoleh. Dia berdiri lalu menghampiri sang pelayan.

Pelayannya menerima sebuah paket, dia membukanya ternyata isinya adalah tikus mati beserta dengan foto Mita di sana. Arka menghela napas. Dia menoleh menatap Mita yang juga menatapnya. Arka tersenyum pada gadis itu.

"Buang. Jika dia bertanya. Katakan itu paket milikmu." Ucap Arka tampa mengalihkan tatapannya.

"Baik, Tuan." Sang pelayan berlari kecil keluar dan meninggalkan rumah.

Arka kembali duduk di sofa ruang tengah. Dia masih memikirkan paket tadi. Malam-malam begini, kenapa masih ada yangmengirimkan hal seperti itu. Membuatnya takut.

Arka memeriksa CCTV depan rumahnya, hingga di pintu utama. Arka mengirimkan rekaman itu ke kantor polisi, sebagai tambahan atas bukti dari laporannya.

Ini sudah kelewat batas untuk Arka dan Mita. Mereka tidak melakukan kesalahan, mereka tidak merugikan siapa-siapa. Tapi, kenapa ada saja yang semarah ini? Jika mereka mencintai Arka, bukankah lebih menyenangkan saat melihat idola kita bahagia?

Mita selesai. Dia datang dengan dua gelas susu hangat dan juga salad. Dia meletakkannya di meja. "Apa tadi?" Mita membicarakan paket yang sempat dilihatnya dari jauh.

"Milik Bibi. Aku juga tidak tahu." Jawab Arka singkat.

Mita mengangguk mengerti. Dia menatap Arrka seperti meneliti sesuatu. "Bukan untukku?" Mita merasa Arka menyembunyikan sesuatu darinya.

Arka menggelengkan kepala. Dia mengecup pipi Mita sesaat lalu menyantap salad yang sudah Mita siapkan.

"Malam ini. Menginaplah." Arka melirik sesaat.

Mita menatap Arka. "Sebentar lagi, akubjuga akan tinggal di sini."

"Lalu, karena itu kamu selalu menolak menginap?" Arka menghentikan makannya dan menatap Mita. "Apa salah jika aku juga sangat ingin menghabiskan malam bersamamu?"

Mita tersenyum. "Apa yang akan kamu lakukan padaku? Aku tidak mau menginap." Mita menyantap sendokan pertamanya.

"Aku akan membuatmu menginap." Arka yakin dengan perkataannya.

"Caranya?" Mita menoleh dan membalas tatapan Arka.

"Begini." Arka maju dan mendaratkan ciuman di bibir Mita.

Mita masih menguyah makanannya, yang kemuadian Arka rebut dengan lidahnya. Arka memakan semua apa yang ada dalam mulut Mita, lalu tinggal menikmati bibir tunangannya itu tanpa hambatan.

Arka mendekatkan tubuhnya, dengan kedua tangan yang mulai menyentuh rahang Mita dengan lembut.

Mita terkejut? Tidak. Arka cukup sering melakukan ciuman seperti ini semenjak mereka bertunangan. Sejujurnya, Mita sangat takut jika dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri.

Ciuman panas Arka membuatnya menginginkan lebih dari sekedar ciuman. Dia ingin sesuatu yang lebih hangat, dan juga akan mendidihkan darahnya.

Arka terus memainkan lidahnya tanpa berhenti. Bahkan kini dia melepaskan ciuman sesaat lalu berdiri, dia menarik tubuh Mita dan kembali menciumnya dengan posisi berdiri.

Arka memeluk Mita dan mengangkat tubuh gadis itu. Mita reglek melinglarkan kakinya di pinggang Arka.

Apakah akan terjadi malam ini?

Hati Mita mulai mempertanyakan tentang apa yang dia inginkan.

Arka berjalan menuju kamarnya, dia membawa Mita masuk dan menutup pintu kamar dengan tendangan dari kaki panjangnya.

Arka menjatuhkan Mita di atas ranjang, yang memaksa ciuman itu terlepas untuk sesaat. Arka kembali mencium gadisnya itu, dengan tambahan tangannya yang mulai merayap menyibak kaos merah yang Mita kenakan.

Tangan Arka mengelus perut Mita pelan. Hingga Mita mengerutkan alis menikmati perasaannya. Ciuman dan sentuhan itu berlanjut. Ke arah yang pasti sudah di tebak oleh siapa pun yg melihatnya.

Mereka telah mulai mengukir malam, menciptakan rasa, yang akan bernaung selamanya dalam ingatan.

***

PINK ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang