Chapter 2

458 48 2
                                    

Destiny

命運線

歌詞

Chapter 2

"Tidak boleh menyentuh apapun?"

Kyuhyun mengangguk kecil. Ia dengan nyaman bersandar di kepala tempat tidurnya..

"Tapi, niga eomma bilang..."

"Nae eomma yang bilang, bukan aku. Aku tidak mau berteman denganmu. Jadi, kau tak boleh menyentuh apapun, arra?"

Anak lelaki itu terdiam, memandang Kyuhyun yang bersandar nyaman dengan bantal di balik punggungnya. Meski terlihat santai, sepasang mata hitam itu mengawasinya dengan tajam. Akhirnya, anak lelaki itu memilih mengamati seisi kamar.

Selain kasur, Kyuhyun memiliki sebuah meja belajar, beberapa rak buku, dan sangat sedikit mainan anak-anak. Hanya ada sederetan kaset game.

"Kau suka main PS?" tanya anak itu bersemangat.

Kyuhyun melirik sejenak dan mendengus. Namun kepalanya mengangguk kecil.

"Aku juga suka."

"Bukan urusanku," kata Kyuhyun ketus. Ia meletakkan tongkat baseball-nya dan meraih buku yang ada di atas nakas.

"Wow! Kau punya kaset Dragon Ball Limited Edition! Cool!" Anak lelaki itu melompat kegirangan dan menepuk kedua tangannya.

"Biasa saja." Kyuhyun melirik dengan wajah bosan.

"Apanya yang biasa? Ini benar-benar hebat! Boleh aku memegangnya?" Tanpa menunggu persetujuan Kyuhyun, anak itu meraih kaset tadi.

"Ya! Jangan sentuh itu!" Kyuhyun meraih tongkat baseballnya. Dengan kesal ia turun dari tempat tidur. Namun langkahnya terhenti. Anak lelaki itu memandangnya dengan mata berbinar dan senyum lebar.

"Kau benar-benar beruntung punya kaset game ini. Aku tidak tahu apa nae appa akan mau membelikannya."

Kyuhyun tertegun. Ia menatap anak lelaki itu dengan seksama. Tak ada perasaan iri atau pun sedih. Hanya ada perasaan ikut bergembira atas keberuntungannya.

Anak yang aneh. Kyuhyun bergumam di dalam hati. Baru kali ini ia menemukan anak setulus anak lelaki itu. "Kalau kita berteman, kau boleh meminjamnya."

"Mwo?"

Anak lelaki itu mengalihkan pandangannya dari kaset kepada Kyuhyun, Namun Kyuhyun sudah kembali ke tempat tidurnya.

"Kau bilang sesuatu tadi?"

"AKU TIDAK BILANG APA-APA!" teriak Kyuhyun kesal.

"Kau baik-baik saja?" Mata anak itu mengerjap dengan cemas melihat wajah Kyuhyun yang chubby sudah memerah. "Kau demam?"

"Aigoo..."

Kyuhyun menelungkupkan wajahnya di bantal dengan perasaan kesal. Namun sedetik kemudian ia mengangkat wajahnya. Seperti yang Kyuhyun duga, anak lelaki itu sudah mendekat, tanpa menghiraukan larangannya.

"Berhenti di situ!" seru Kyuhyun.

Ia kini duduk di atas kasur dengan kedua tangan dilipat di dada dan memasang wajah yang menurutnya akan membuat anak lelaki itu takut. Namun anak lelaki itu tetap saja memasang wajah tersenyum.

"Berapa umurmu?"

"Tujuh tahun."

"Sama."

"Jeongmal?" Mata anak itu berbinar.

"Aku tidak senang seumuran denganmu," dengus Kyuhyun.

Bukannya tersinggung, anak lelaki itu justru meringis. Baginya, wajah Kyuhyun yang mendengus sambil memajukan bibirnya, terlihat sangat lucu.

"Bagaimana rasanya punya appa seorang guru?"

"Menyenangkan," jawab anak lelaki itu. "Aku jadi punya banyak buku."

"Aku suka buku."

"Aku juga."

"Ya! Itu aku sudah tahu! Kau sudah menyebutnya tadi." Kyuhyun kini menggembungkan pipinya.

"Bisa ajari aku itu?"

"Ajari apa?" Kyuhyun memandang dengan heran.

"Ajari cara membulatkan pipimu. Itu menarik. Teman-temanku pasti akan menyukainya."

Kyuhyun hanya bisa ternganga melihat anak lelaki itu tertawa begitu senang.

Aku ini galak. Kenapa dia malah sesenang itu? Kyuhyun merutuk dalam hati. Jangan-jangan ada yang salah dengan otaknya. Itu sebabnya sang appa ingin bertukar pikiran...

.

"Kyuhyun-ah, ada kue dan minuman untuk kalian." Kim Hanna, eomma Kyuhyun, muncul dengan tangan membawa nampan. Di atasnya terdapat sepiring kue dan dua gelas minuman.

Melihat keduanya berada berdekatan, Kim Hanna merasa lega. Ia sempat khawatir Kyuhyun yang lebih menyukai bermain sendiri akan berlaku tidak sopan kepada tamu kecilnya. Namun anak lelaki itu tampak senang, jadi rasa khawatirnya lenyap seketika.

"Ah, kalian sudah berteman? Itu bagus."

"Dia lucu," celetuk anak lelaki itu sambil tertawa, membuat mata Kyuhyun terbelalak.

"Jangan mendekat!" Kyuhyun mengacungkan tongkat baseball-nya ketika anak lelaki itu hendak melangkah maju.

Alis Kim Hanna langsung bertaut. Ia memandang Kyuhyun yang gugup dengan penuh selidik.

"Kami sedang bermain tebak kata, Eomma," jelas Kyuhyun. "Jika jawabannya benar, dia boleh maju satu langkah. Tapi kalau jawabannya salah, dia harus mundur satu langkah. Jika ia mundur hingga keluar pintu, itu berarti aku yang menang."

Kim Hanna memandang dengan rasa tidak percaya. Namun tamu kecilnya tersenyum gembira.

"Ah, ternyata kita sedang bermain itu? Asyik, ini benar-benar menyenangkan!" Anak lelaki itu kembali melonjak-lonjak.

Kyuhyun diam-diam mempoutkan mulutnya. Kim Hanna mau tak mau tersenyum melihat hal itu.

"Kyuhyunie memang anak baik."

Meski tahu yang sebenarnya, Kim Hanna tetap menepuk kepala Kyuhyun untuk memujinya dan tersenyum. Mendapatkan pujian itu, Kyuhyun tertunduk.

"Nah, eomma kembali ke depan. Baik-baiklah di sini, arra?"

Sebelum menutup pintu, sang eomma melemparkan senyuman-awas-kalau-dia-menangis. Kyuhyun menggaruk kepalanya yang tidak gatal menerima senyuman peringatan itu.

"Jadi, kalau jawabanku membuatmu senang, aku boleh mendekat. Jika tidak, aku harus mundur. Aku mengerti." Kepala anak itu mengangguk-angguk penuh semangat. "Apa pertanyaan selanjutnya?"

Kalau saja tak ada senyum peringatan eomma, kalau saja ini bukan di rumahnya... Kyuhyun benar-benar ingin mencekik anak lelaki yang selalu tersenyum itu.

.

TBC

IG : iyagi7154

Whooa, asli deg-degan bikin ff ini
Sepanjang hari sengaja tidak berpikir mau apa
Baru berpikir saat siap mulai menulis di twitter
Ini seperti bermain kejar-kejaran dengan pikiran sendiri hehehe
Selamat menikmati cemilan hari ini
Gomawo buat semua yang sudah membaca dan mereview

Kamsahamnida

DESTINY (Side story of Falling Star & Rising Star)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang