°• BAGIAN KETIGA •°

1K 100 45
                                    

🌷PRINSIP PENULIS : MENULIS MERUPAKAN KEBUTUHAN, SEDANGKAN VOTE DAN KOMEN ADALAH BONUS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷PRINSIP PENULIS : MENULIS MERUPAKAN KEBUTUHAN, SEDANGKAN VOTE DAN KOMEN ADALAH BONUS. TERIMA KASIH BONUSNYA❤️🌷

"Sebenci-bencinya kamu terhadap suatu hal, suatu hari kamu akan menyesalinya, dan tak akan pernah bisa memperbaikinya lagi."

-Hera Alagna-

|~•~•~•~•~|

TAP! Hera menutup pintu kulkas sembari terus bergumam.

"Kenapa cowok satu itu selalu ada di pikiran aku, sih?"

Hera menuang segelas air dingin pada gelas kecil di atas meja, sembari terus menghela napas panjang seperti menunjukkan betapa beratnya hari ini. Setelah dirasa cukup, ia menaruh botol berisi setengah air dingin itu di samping gelas sedikit keras menunjukkan adanya ketidakterimaan dalam dirinya.

"Seharian muter-muter di kepala ...."

Sorot mata Hera seketika tertarik untuk memperhatikan adanya benda di samping botol minuman itu. Sebuah topi yang beberapa wakyu menjadi sejarah bagi Hera. Tangan Hera beralih mengambil topi itu, terus memerhatikannya, entah kenapa ia malah merasa kesal. Aneh memang menaruh topi di atas dapur, bagaimana lagi, Hera tak sempat menahan gejolak hausnya semalam saat sudah kembali dari taman, dan lupa jika ia sedang membawa topi pulang.

"Aku sakit, ya?"

"Tapi sakit apa aku kalau gejalanya kek gini?"

"Nggak, ah!" Ia memukul meja dapur sebagai bentuk luapan kesalnya. BRAKK! Kerutan di bibir Hera terasa natural begitu pula dengan rahangnya yang semakin tegas. Entahlah kenapa ia bisa sebodoh ini terhadap sebuah perasaan.

"Dia siapa, sih ..." Hera benar-benar gelisah. Ia menaruh topi itu kembali dan segera menghabiskan air minumnya, selesai dengan ritual sebelum tidur, gadis itu kemudian melanjutkan tujuan utama pergi menemui bantal tercinta. Dan begitulah, topi baseball tersebut tetap stay nyaman di atas meja dapur. Pfft, Hera terkadang memang ceroboh.

CKLEK

Ngeong!

Hera membuka pintu kamar, tapi tunggu ... ia menghentikan langkah dengan tangan yang masih menempel di atas kenop pintu. Dirinya mendengar sebuah suara dari arah pintu utama, seperti ... mengeong? Seketika ia terkejut, kemudian segera berjalan menemui pintu itu.

"Jangan-jangan ...."

Hera membuka pintu perlahan-lahan, terpampanglah seekor kucing imut bernama Jung sedang duduk manis di atas lap kaki rumahnya sembari mendongak menatap Hera begitu lama.

"Haciuuuh!"

Spontan gadis itu menutup hidung hingga mulutnya, kemudian berjongkok di hadapan Jung sembari tersenyum.

A R S H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang