°• BAGIAN KE-ENAM •°

805 84 45
                                    

🌷PRINSIP PENULIS : MENULIS MERUPAKAN KEBUTUHAN, SEDANGKAN VOTE DAN KOMEN ADALAH BONUS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷PRINSIP PENULIS : MENULIS MERUPAKAN KEBUTUHAN, SEDANGKAN VOTE DAN KOMEN ADALAH BONUS. TERIMA KASIH BONUSNYA❤️🌷

"Gue nggak akan bisa lama buat benci sama orang, tapi, nggak tahu kenapa selalu lama lupain kesalahan mereka."

-Arshel Sadhewa-

|~•~•~•~•~|

HWEEK!

Hera segera mengambil tisu toilet untuk mengusap sisa muntahan di mulutnya. Porsi makan siangnya kini terbuang sia-sia hanya karena menghadapi penyakit gila ini. Ia menunduk berkunang-kunang, perlahan kakinya menegang namun Hera tetap paksakan untuk berdiri. Rasa mual itu masih samar-samar menghampiri perut, entah bagaimana harus menghadapi ini hanya saja ia sedang tak bisa berbuat apapun bahkan untuk menggerakan tubuhnya.

Di dalam kamar mandi sekolah, Hera berdiri tak berdaya di samping closet sendirian selama setengah jam, mendengar celotehan bodoh orang-orang di luar yang terkadang membuatnya berpikir bahwa mereka tengah membicarakannya. Padahal itu bukanlah suatu hal yang mesti dicemaskan sebenarnya.

"Kenapa aku harus ketemu orang kek dia ..," gumam Hera begitu kesal.

"Kalau lo mau keluar dari diri lo yang kek gini ... samperin gue di taman."

***

CKLEK

Hera keluar dari kamar mandi sembari membungkus rambut dengan handuk setelah selesai melangsungkan kegiatan keramas. Ia berjalan menuju kamar tidur dengan santai namun, sebelum itu ia harus mampir ke dapur untuk mengambil air minum yang sekarang tengah berada di tangan kanannya.

CKLEK

Ia mengambil handphone-nya di atas nakas, duduk di ranjang kemudian mulai membuka pesan chat. Sepi, seperti biasa. Sudahlah, membuka layar handphone hanya akan menambah bosan saja. Hera menaruh benda pipi itu kembali ke atas nakas lalu segera minum karena sedari tadi ia benar-benar hanya dapat menahan haus saat di kamar mandi, mana mungkin akan meneguk air bak mandi, kan?

Hera berjalan menghampiri jendela yang posisinya tepat menghadap jalanan. Bahkan suasana diluar juga sepi. Sepertinya malam ini ia akan tidur lebih cepat.

"Yang namanya sepi juga ngebosenin ...."

Kelopak mata Hera menyipit ketika melihat ada seseorang tengah duduk di atas teras beton rumah. Kemudian ia mengernyit saat tahu kalau orang itu seperti menunggu sesuatu dari dalam rumahnya. Pikiran Hera sontak penuh dengan terka-an buruk.

Hera segera mengudarkan gulungan handuk itu tanpa peduli sebagaimana berantakan rambutnya saat ini. Ia berjalan cepat keluar dari kamar tidur kemudian berhenti tepat di depan pintu utama. Entah kenapa ada sedikit keraguan untuknya membuka pintu itu.

A R S H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang