°• BAGIAN KETIGAPULUHSEMBILAN •°

265 31 0
                                    

🌷DI VOTE ALHAMDULILLAH🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷DI VOTE ALHAMDULILLAH🌷

"Kalau kamu perlahan merubah diri kamu, segalanya akan mengikuti perubahan itu."

-Hera Alagna-

|~•~•~•~•~|

'Voice note uploaded.'
.
.
.
.
.

"Ini beneran Sukma?"

"Anak itu ternyata nggak seperti yang kita tahu."

"Gue nggak nyangka, sih."

"Gue udah tahu di emang kek gitu."

"Ternyata."

***

Brakk

Sukma menendang sebuah meja di depannya dengan begitu keras. Sebuah emosi yang betul-betul tak bisa lagi tertahankan. Kakinya tak dapat berhenti mondar-mandir, memikirkan berbagai cara untuk bisa menghindari semua orang. Terlanjur, Sukma tetap tidak bisa berbuat apapun.

"Lo keterlaluan emang," geram Sukma pada Rio yang sekarang tengah duduk di atas sofa seperti biasa kemudian memandangnya dingin.

"Apa bedanya sama lo?" Tampik Rio final.

Sukma menghela napas panjang. Otaknya benar-benar dibuat kacau hingga memikirkan hal positif saja seakan sulit. Ia duduk di samping Rio, lalu menatapnya khawatir. "Tapi kenapa lo harus bilang secepat ini! Gue ... Gue ngga bisa terima begitu aja! Apa yang harus gue jelasin nanti kalau Hera tahu itu gue!"

"Lo yang harus akhiri ini, gue nggak mau memperpanjang masalah." Sekali lagi Rio menampik. "Sekarang ini jadi urusan lo ... Bukan gue."

"Tapi ...." Sukma menunduk, merasakan penyesalan yang teramat dalam ketika menyadari sejauh ini ia hanya mengandalkan pikiran pendeknya untuk membalaskan dendam, harusnya ia tahu jika yang ia hadapi sekarang adalah Danu. Sial, mustahil jika harus mengelak. "Voice note itu udah kesebar ... Gara-gara lo yang selalu seenak jidat memutuskan suatu hal!"

"Gue udah bilang ... Gue nggak mau ikut campur lagi," balas Rio secepatnya.

Spontan kedua telapak Sukma mengepal hebat bersama emosinya yang semakin merebah. "Harga diri gue, Rio ... Nggak ada yang bisa balikin harga diri gue."

Rio menghela napas panjang. "Lo pikir sekarang gue lagi seneng-seneng, gitu? Seharusnya lo mikirin resikonya juga, harga diri gue juga kena kalau gini jadinya."

"Lo juga bodoh malah ngomongin semuanya, kalau lo mau berhenti, tinggal bilang aja, nggak usah ngungkit-ngungkit, repot, kan jadinya," cetus Sukma.

"Lo tahu, kan, biasanya juga berjalan lancar," tampik Rio menopang tubuhnya semakin lemas. Ia menunduk khawatir tak kala mengingat tentang masalahnya sekarang. "Gue nggak nyangka akan separah ini."

A R S H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang