°• BAGIAN KE-EMPATBELAS •°

446 60 19
                                    

🌷PRISIP PENULIS : MENULIS MERUPAKAN KEBUTUHAN, SEDANGKAN VOTE DAN KOMEN ADALAH BONUS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷PRISIP PENULIS : MENULIS MERUPAKAN KEBUTUHAN, SEDANGKAN VOTE DAN KOMEN ADALAH BONUS. TERIMA KASIH BONUSNYA❤️🌷


"Cemburu itu nggak ngenal siapa posisi dia di kehidupan lo, bahkan abang siomay aja bisa dicemburuin, dan kalau udah seberlebihan itu, berarti dia beneran sayang."

-J O M B L O-

|~•~•~•~•~|

"Namanya siapa?" tanya Zia setelah selesai mendengarkan cerita singkat yang barusan terucap dari mulut Arshel. Ia menyeruput kopi Americano yang baru saja di taruh mbak pelayan di atas meja, kemudian mengunci tatap Arshel sembari tersenyum tipis.

"Hera," balas Arshel ikut tersenyum.

Zia mengangguk-angguk sembari meletakkan kembali cangkir itu di atas meja. Ia menyiahkan rambut sisi kanannya ke belakang telinga, menunduk menatap cangkir kopi, sesekali menghela napas panjang karena perasannya sedang racau kali ini. Bukan apa-apa, tidak masalah jika Arshel membahas tentang seorang teman di depannya, hanya saja ... entah kenapa peristiwa-peristiwa yang barusan Arshel ceritakan begitu menarik dan terdengar nyaman, walau ia memang tak mau mendengarkan semuanya. Dan hal itu seketika membuat Zia merasa gelisah.

Sedari tadi Arshel memandangi gelagat aneh Zia setelah gadisnya ini mulai mendengarkan cerita tentang teman barunya di sekolah. Dalam benak Arshel, tertanam sebuah pemikiran bahwa Zia tengah menyembunyikan sesuatu. Arshel mendekat menuju wajah cantik Zia sembari tersenyum hangat, menampakkan gigi putihnya bermaksud sedikit menambah kesan berkharisma, hahah, tampan sialan.

"Ada apa?" tanya Arshel begitu lembut, hingga membuat Zia mau mendongak menatapnya dengan raut cemberut seperti menunjukkan kalau dirinya tengah ngambek.

Zia menggeleng, masih dengan raut cemberutnya. "Pasti Hera cantik, ya?"

Seketika Arshel tertawa kecil, tangan kanannya beranjak mengelus rambut halus Zia, beralih mencubit kecil pangkal hidung gadis itu kemudian menatapnya dengan lekat. Senyum tampan Arshel masih saja tertanam segar.

"Cantik," jawab Arshel tanpa berpikir panjang.

Zia segera mengerutkan kening, mulutnya semakin mengerucut hingga ia menunduk sembari menampik, "ih, dasar ...."

Sekali lagi Arshel tertawa kecil, tangannya lagi-lagi mengacak-acak rambut Zia, kemudian ia menjauh dan duduk dengan normal. "Tukang cemburuannya dateng, nih."

Zia memutar bola matanya jengkel.

"Gini, ya, Zia. Secantik-cantiknya temen aku, dia cuman temen," ucap Arshel. "Kamu juga gitu. Kamu cantik, Zia, dan kamu cuma satu-satunya milik Arshel ...."

A R S H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang