°• BAGIAN KE-EMPATPULUHSATU •°

301 32 0
                                    

🌷DI VOTE ALHAMDULILLAH🌷

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷DI VOTE ALHAMDULILLAH🌷

"Sebuah perasaan itu nggak bisa disesatin, kalau lo suka, itu berarti lo beneran suka, tapi kalau lo benci, itu masih bisa dipertimbangkan."

-Arshel Sadhewa-

|~•~•~•~•~|

"Halo?"

Apa yang mesti dilakukannya sekarang? Danu benar-benar kalang kabut harus memberitahukan Arshel dari mana saat ini. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja saking bingungnya menjawab apa. Pertanyaan paling mengerikan bagi Danu saat ini adalah di saat Arshel tengah menanyakan keadaan adiknya. Entahlah, ia sungguh sudah menyangka akan jadi seperti ini.

Danu menghela napas sejenak, kemudian mulai membalas. "Dia nggak apa-apa."

"Bener?"

"Iya."

"Tapi kenapa dia nggak pernah balas chat gue?"

Telapak tangan Danu yang sedari tadi berada di atas meja, kini mengepal keras. Ia menunduk meratapi kegugupannya sekarang. Melipat kedua sudut bibirnya karena tahu ini tidak akan mudah.

"Lo bohong?"

Danu tertegun. Ia menanap menatap layar handphone-nya. Memencet tombol merah untuk mengakhiri panggilan itu sepihak. Ia kembali menghela napas lega. Tangan menggenggam handphone itu beranjak ke atas kening. Mendongak menatap langit-langit sembari berfikir. Laki-laki dingin itu terlihat kebingungan walau dari luar terlihat sangat-sangat santai.

"Apa yang harus gue lakuin?" Gumam Danu cemas.

Drrt Drrt

Handphone Danu kembali bergetar. Ia menghadap depan seraya melihat layar handphone kembali. Danu mengernyit ketika dirinya tengah mendapatkan suatu pesan dari mamahnya.

 Danu mengernyit ketika dirinya tengah mendapatkan suatu pesan dari mamahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sh*t!!!" Danu spontan membanting handphonenya di atas meja. PRAKK! Sungguh tidak dapat dipercaya jika keadaannya akan separah ini. Kalau bukan karena Danu yang lengah mungkin Zia akan baik-baik saja saat ini. Dan begitulah ketika dirinya terus menyalahkan diri sendiri. Dada Danu terlihat kembang kempis serta helaan napasnya yang berat. Kedua tangannya memijat pelipis untuk menenangkan benaknya sekarang.

A R S H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang