°• BAGIAN KEDUAPULUHENAM •°

307 37 6
                                    

🌷PRINSIP PENULIS : MENULIS MERUPAKAN KEBUTUHAN, SEDANGKAN VOTE DAN KOMEN ADALAH BONUS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌷PRINSIP PENULIS : MENULIS MERUPAKAN KEBUTUHAN, SEDANGKAN VOTE DAN KOMEN ADALAH BONUS. TERIMA KASIH BONUSNYA❤️🌷

"Terkadang lebah hanya membutuhkan sebuah nektar dari bunga, daripada memperhatikan indahnya bunga itu."

-Arshel Sadhewa-

|~•~•~•~•~|

"Tante ambil snack dulu, ya?" pamit Anjani. Toples yang tadinya penuh dengan camilan kini kosong akibat ulah perempuan itu yang sedari tadi tak dapat menghentikan tangan dan mulutnya. Ia berdiri sembari menunggu balasan dari Hera.

Hera mengangguk seraya tersenyum tipis.

Sementara Anjani pergi ke dapur dan Hera juga sudah bosan melihat acara TV yang begitu-begitu saja, ia putuskan untuk beranjak dan melangkahkan kakinya keluar sebentar, menikmati udara dingin di luar.

"Loh, Hera kemana?" Bingung Anjani saat selesai kembali dari mengisi ulang toples, kemudian sorot mata Anjani tertuju pada pintu utama yang tengah terbuka. Ia menghela napas lega, duduk di posisinya semula lalu kembali memperhatikan TV. "Yaudah, aku makan sendiri."

"Oek! Oek!"

Sontak Anjani terpatung beberapa saat, segera berdiri gelagapan dengan wajah khawatir, meletakkan toplesnya di atas meja begitu saja tanpa peduli dengan TV yang masih menyala. Ia berlari secepat kilat menemui kamar tidur tamu sembari memekik.

"Bentar anakku tercinta! Mamah datang! Yuhuuu!"

***

Benar saja. Angin sepoi-sepoi di luar membuat Hera mengembangkan senyum manisnya. Ia duduk di atas tangga teras sembari terpejam, menikmati sepoi angin yang mulai terasa di setiap helai rambut. Langit hampir menjingga sedangkan senyum itu masih terasa hangat bak mentari pagi, yah, ia sungguh menikmati cuaca sore ini.

"Kayaknya langit lagi dukung aku buat sembuh ..." gumam Hera terus terpejam, pikirannya sedikit berimajinasi tentang sesuatu yang menyenangkan. Perasaannya sedang tenang sekaligus bahagia, yap, merasakan indahnya suasana sore membuat hati Hera diselimuti perasaan lega.

Ngeong!

Habis sudah ketenangan Hera kala suara itu muncul, padahal baru beberapa menit sepertinya. Spontan Hera membuka kelopak mata, membeliak ketakutan saat lagi-lagi seekor kucing bernama Jung selalu saja mengagetkannya. Ia segera berdiri menjauh sembari menutup hidung. Hera tersenyum kikuk pada Jung ketika tahu kucing itu hendak mendekat.

Ngeong!

Jung berhenti sekitar satu meter di depan Hera, menatap Hera dengan mata hitam bulatnya sambil terus mengeong.

Hera berjongkok di depan Jung, tersenyum karena melihat Jung semakin menggemaskan jika sedang menginginkan sesuatu. "Udah lama nggak ke sini, Jung. Arshel lagi nggak ngebolehin keluar, ya?"

A R S H E R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang