Goresan Kelima : Ternyata..

4 2 0
                                    

"khey...,ayo dong bangun...!", liyana menggoyang goyangkan tubuh
kheyra yang masih tertidur diatas meja.

"ngg.. Ah liyana... Bukankah ini jamkos?",tanya kheyra yang belum mau membuka matanya.

"sstt.. Itu loh ustadz datang..!",

"mmmhh...",kheyra pun menegakkan duduknya sementara matanya masih tertutup. Derap langkah kaki terdengar di seisi ruangan, seorang ustadz muda datang memasuki kelas.

" assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh", ucap ustadz baru itu mengawali pertemuan.

Seluruh santriwati yang berada disana pun menjawabnya dengan serentak.

Kheyra yang mendengar salam itu pun spontan langsung membuka matanya, ia menelan ludahnya dan menatap ustadz itu tak percaya.

"ngg..na,serius nih yang menjadi pengampu pelajaran nahwu kak, eh..ustadz arkan?", bisiknya pada liyana yang duduk di sebelahnya.

"iya, terus?, kan tadi aku dah bilang",

"hmpffh... ", kheyra menghembuskan nafasnya cepat, ia pikir akan seperti apa nantinya kalau kakak kelas yang menurutnya paling galak menjadi ustadz nya, uuhh...!,

Setelah basa basi sedikit, arkan pun langsung to the point ke pelajaran, sementara itu kheyra menanggapinya dengan ogah ogahan.

"tinggal tiga puluh menit lagi, silakan mengerjakan tadrib setelahnya, satu sampai tiga", perintah arkan sambil melirik jam tangan hitamnya.

"ck, huuff..., apalah ustadz ini, menyebalkan..", gerutu kheyra pada dirinya sendiri.

"ehem, lebih cepat lebih baik!", ucap arkan sambil menatap tajam kheyra yang duduk beberapa bangku didepannya.

Mendapat tatapan elang dari ustadznya, kheyra hanya menahan nafas nya sambil menunduk dan pura pura mengerjakan,
Aarrgghh.. Menyebalkan!, batinnya.

Arkan terus diam menanti dering bel sambil sesekali melirik jam tangannya, sesaat kemudian ia berdiri,

"saya ingin keluar sebentar, tolong nanti bagi ketua kelas untuk mengumpulkannya ke meja saya",

Kheyra yang kebetulan menjadi ketua kelas XII ipa putri itu pun hanya mengangguk , "ya tadz..",

Arkan pun berjalan keluar kelas sementara santriwati lainnya fokus mengerjakan tugas tersebut termasuk kheyra. Beberapa menit berlalu dan bel pergantian pelajaran pun berdering.

Seperti yang tadi diperintahkan arkan, kheyra pun berkeliling kelas mengumpulkan buku buku tugas
lantas berjalan menuju kantor ustadz di lantai bawah.

Satu persatu anak tangga ia lewati, namun ia terjatuh karena kurang hati hati saat menginjak anak tangga terakhir didepan kantor ustaukan Ali, pemuda itu pun tersenyum pada ustadz nya tersebut lantas berbalik pergi.

Arkan pun mengalihkan pandangannya kepada kheyra,

"mana bukunya?", tanyanya.

Kheyra pun menyerahkan tumpukan buku di tangannya kepada arkan.

"sudah, terimakasih.., kamu boleh kembali kekelas", ucap arkan datar lantas berbalik pergi.

_#_#_#_

Langit sore terlihat begitu indah dengan warna oranye dari sang matahari yang semakin merendah menuju cakrawala.

Disaat yang sama seorang pemuda bermain main dengan sebuah bola basket di sebuah lapangan sendirian.

Sesekali ia memantul mantulkan bola Oranye di tangannya tersebut dan melemparkannya menuju ring yang berada tak jauh darinya.

Arkan kembali menangkap bola yang terjatuh dari ring tersebut dan menatapnya sesaat. Tiba tiba ia teringat dengan sahabatnya, zhafran.

Mi Infancia Mi Futuro (Proses Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang