“Makasih ya!” Adela memberikan helm kepada Abrisam. Abrisam mengambilnya dan tersenyum
“Gak usah terimakasih,” ujar Abrisam. Adela tersenyum kaku menunggu Abrisam berbalik. Karena tidak sopan jika ia pergi begitu saja tanpa menunggu Abrisam pergi. Bagaimanapun Abrisam sudah mengantarkannya.
“Enggak, gue makasih banget,” ujar Adel menggaruk tengkuknya.
“Yakin, mau bilang makasih?” Adela mengernyit tidak mengerti apa yang dikatakan Abrisam. Oh ayolah, apakah dia sangat susah untuk menerima ucapan terimakasih sepele dari orang lain?
“Iya.” Adela mengangguk singkat.
“Kalo kamu emang bener-bener mau bilang makasih, jadi istri Abri aja, setahun lagi kan kita lulus, gimana?” Abrisam mengulum senyumnya sengaja menggoda Adela. Karena, dia sangat suka melihat Adela malu, Abrisam ingin sekali mengarungi dia dan membawa pulang.
“Hmph, istri?” tanya Adela kaget. Adela memutar bola mata kesal.
“Iya, calon istri. Nanti aku kasih promosi berupa antar jemput tiap hari, sama traktir makan, jadi babu di rumah kamu, boleh, jadi pesuruh, ngebantu kamu ngalihin perhatian guru saat kamu males belajar, atau sekedar nyemangatin kamu pas lagi ujian,” ujar Abrisam tersenyum semangat. Ya Abri rela menjadi babu, asal Adela menjadi calon istri-nya.
“Apaan, sih.” Adela sudah benar-benar seperti kepiting rebus dan berbalik dengan setengah berlari ke rumahnya. Abrisam lagi-lagi terkekeh, melihat kebiasaan Adela yang selalu kabur jika ia digoda Abri.
“Gue padahal ngelamar dia, lho. Ditolak mentah-mentah,” Abrisam masih terkekeh saat hendak melajukan motornya sebuah mobil datang dan berhenti tepat di depan Abrisam. Abrisam mau tidak mau menunggu mobil itu dan melihat seseorang turun dari mobilnya.
Seorang lelaki dewasa keluar dan melirik Abrisam. “Nyari, siapa, ya?” tanya lelaki itu.
Abrisam mengernyit dan mendehem pelan “Bapak, siapa ya?” Abrisam bertanya balik karena penasaran.
“Saya yang punya rumah.” Abrisam tertegun dan senyum merekah muncul di bibirnya. Ia turun dari mobil dan bersalaman.
“Eh, pah,” celetuk Abrisam membuat lelaki itu melotot.
Seorang wanita turun menyusul dan melotot marah pada lelaki itu “Papah! Apa maksudnya ini!” tanya wanita itu. Bagaimana anak ini menyebut suaminya papah? Bukankah itu berarti suaminya bermain api di belakangnya?
Lelaki itu melotot pada Abrisam karena dia dalang dari kemarahan istrinya “Siapa kamu!”
Abrisam hanya tertegun dan tidak menjawab pertanyaan. “Mah.” Abrisam lagi-lagi menyalami wanita itu membuat keduanya melotot.
“Abrisam calon menantu mamah, sama papa.” Keduanya melotot dan lelaki itu menyeret istrinya secara paksa untuk masuk. Dia mengabaikan Abrisam yang aneh. Calon menantu bagaimana? Maksudnya Calon suami Adela? Mustahil!
Abrisam mengangkat alisnya lalu pergi melajukan motornya “Cyaelah, istri nolak, mertua nolak.” Abrisam menghela nafas.
Tanpa sadar Abrisam menganggap ini serius, padahal, caranya saja terlalu biasa. Seperti dia sedang tidak bersungguh-sungguh dalam mengucapkannya membuat orang lain tidak mungkin mempercayainya. Tentu saja hanya Abrisam sendiri yang tahu arti dari kata-katanya seserius apa.
*
“Pergi gak lo, dari sini!” teriak Abrisam kesal, saat ia sampai di rumah, ia mendapati Sandra berada di rumahnya sedang menonton tv.
“Kenapa, sih, Sam? Gue udah biasa juga, 'kan main di rumah lo?” jawab Sandra santai. “Lagian inceran lo yang baru gak ada di sini, 'kan?”
“Sandra, gue tegasin. Lo, pergi dari rumah gue. Sekarang!” kesal Abrisam penuh penekanan.
“Kita seneng-seneng dulu lah sam,” ujar Sandra membuat Abrisam kesal. Ia mengeratkan tinjunya dan pergi meninggalkan Sandra.
“Terserah lu,” teriak Abrisam.
Abrisam pergi ke kamarnya dan membanting pintu. Ia tidak tahu, setelah bertemu Adela dengan jelas. Ia tidak mau berhubungan dengan gadis lain, bahkan Abrisam jijik melihatnya.
Abrisam membaringkan dirinya di ranjang hitam putih. Ia menghela napas dan memandang langit-langit. Sekelebat bayangan Adela melewati pikirannya membuat Abrisam mengerucutkan bibirnya menjadi cemberut.
“Adel, emang sengaja dikirim buat gue agar gue berhenti mainin cewek,”
“Adel, besok gue jemput, ya?”
“Eh, enggak deh. Pasti Adel gak mau. Lagian bapak Adel jahat banget sih sama Abri,”
Abrisam terkekeh menertawakan dirinya sendiri yang sudah gila. Bahkan ia lupa ada gadis lain di rumahnya.
“Sial! Bener kata Anton. Gue lembek banget!”
Abrisam menoleh ke arah pintu ketika pintu mendadak terbuka mendapati Sandra berjalan ke arahnya. Abrisam mendengus kesal dan turun dari ranjangnya.
“Lo, ngapain ke kamar gue!” kesal Abrisam terhadap tingkah laku Sandra yang semena-mena.
“Sam, gue 'kan kesayangan lo?” jawab Sandra lalu duduk di sofa, di kamar Abrisam.
“Lo keluar! Jalang!” teriak Abrisam menahan emosi dari tadi.
Sandra tersenyum miring dan merangkul leher Abrisam “Gue cuma mau pamit pulang, lain kali gue datang lagi, bye.” Sandra melambai lalu pergi meninggalkan Abrisam yang sudah merah padam karena marah.
“Gak perlu, ada lain kali, brengsek!” teriak Abri membanting pintu kamarnya.
============
Love
-Abrisam Lesmana♡
Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
ABRISAM AURORA
Teen FictionAbrisam Lesmana, anggota geng prahara yang suka menyalah gunakan kekuasaannya. Ia melirik Adela Aurora, gadis pemalu yang bergantung pada sahabatnya. Dari sekian banyak cewek di SMA Bintang, Abrisam lebih memilih si gadis pemalu dengan pancaran Aur...