Adela Aurora

7 3 0
                                    

Di meja makan Adela dan orang tuanya sedang menikmati makanannya. Adela menatap layar hpnya hanya melihat-lihat.

"Kalo lagi makan jangan main hp," Adela melirik ke arah ayahnya yang sedang berbicara. Adela menyengir dan menyimpan hpnya. "Kemarin, bibi bilang. Kamu masukin cowok, ya?"

Adela mengangguk santai sembari menyuapkan makanannya "Dia terluka, Adela paksa buat obatin,"

Ayahnya mengangguk "Berantem?"

Adela mengangguk sekali lagi.

"Kamu hati-hati sama cowok kayak gitu,"

Adela terperangah melihat mamanya. Adela mendehem pelan sebelum menjawab "Dia, berantem nyelamatin Adela. Emangnya pantes Adela jauhin?"

Mama Adela mengernyit "Bener?"

"Iyalah,"

"Cowok baik tuh, cocok buat kamu," ujar papa Adela membuat Adela memalingkan wajahnya.

"Apaansih, ah udah. Adela tunggu di depan ya, pah." mereka berdua tertawa melihat tingkah Adela yang lucu. Adela berjalan menuju teras dan duduk di salah satu kursi.

Suara deru motor terdengar membuat Adela menengadah. Adela melotot kaget saat mendapati Abrisam yang tersenyum di sana. "Boleh ngejemput?"

Adela menghampiri Abrisam "Lho, ngapain ke sini?"

"Berangkat bareng?" ok, itu seperti pertanyaan. Adela mengernyit.

"Oh, pah." Adela tersentak. Abrisam turun dari motor melewati Adela. Adela melihat mama dan papanya tertegun di sana.

"Kamu! Ngapain kamu di sini lagi?" Adela mengernyit dan menghampiri mama papanya.

"Mah, pa, kalian kenal Abri?" tanya Adela dilanda kebingungan.

"Jadi, dia? Beneran pacar kamu?" Adela melotot dan menggeleng cepat.

"Bukan mah ih!"

Mama Adela hanya mengabaikannya dan tersenyum ke arah Abrisam. "Mau jemput Adel, ya?" Abrisam mengangguk sumringah "Yaudah, jagain anak ibu ya," mama Adela menepuk kepala Abrisam. Abrisam mengangguk patuh.

"Yaudah sana berangkat," ujar papanya penuh arti membuat Adela canggung. Ini, tidak seperti yang mereka pikirkan.

"Boleh, pah, mah?" tanya Abrisam semangat.

Mama Adela mengangguk membuat Abrisam tersenyum lebar. Lagi-lagi, Adela tersenyum kecut.

"Yaudah, ayo," ujar Adela pasrah dan berjalan mendahului Abrisam.

"Gak salim dulu?" tanya Abrisam. Lebih tepatnya ke arah orang tua Adela. Abrisam menyalami orang tua Adela dengan sumringah.

"Gak papa, dia lagi kesel," ucap papa Adela "Hati-hati, nak," Abrisam segera menyusul Adela dan menaiki motornya. Adela hanya diam saja tidak menanggapi.

Di motor Adela menekuk wajahnya. Masih kesal dengan orang tuanya.

"Adel lucu, ya, kalo lagi kesel,"

"Apaansih,"

"Del?"

"Hm,"

"Aku sebenernya pengen jujur sama kamu," ujar Abrisam membuat Adela mempunyai perasaan tidak enak. "Aku sebenernya udah punya calon istri,"

Adela tersedak kaget "Hah? Serius?"

Abrisam mengangguk membuat Adela terdiam. "Terus lo ngapain masih deketin gue?!"

"Kita kan, temen?" tanya Abrisam. Adela terdiam sebentar. "Del? Kenapa?"

"Tapi kan, tetep aja lu harus jagain perasaan calon istri lo!" Adela benar benar sudah tidak mood hari ini. Pasalnya, apa Abrisam begini ke setiap teman ceweknya? Adela tidak sakit hati! Dia hanya kasihan dengan calon istrinya! Sungguh Adela tidak sakit hati.

ABRISAM AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang