Chapter 1

69 12 9
                                    

"Feeling like i did too much.."
"I'm feeling like i did too much.. "
"well let's get naughtier, i mean naughtier.. "
"i'm feeling like.... "

Annabel terbangun dan langsung mematikan benda pipih yang terletak di samping bantalnya. Ia pun meregangkan otot-otot tubuhnya. Matanya masih terpejam. Jujur saja, Annabel masih sangat mengantuk. Ia ingin kembali tidur, tapi tidak bisa. Liburan telah berakhir. Tahun ajaran baru dimulai hari ini. Dia harus sekolah hari ini.

Annabel memaksakan dirinya untuk turun dari kasur kesayangan nya itu dan segera menuju kamar mandi.Rasa tidak ikhlas terselip di hati kecil Annabel,kenapa?karena menurut nya kasur nya itulah yang menemani hari-hari libur nya. Di tambah dengan cuaca yang selalu mendung dan hujan, membuat annabel susah terpisahkan dari kasur dan handphone nya.

***

Sambil menuruni anak tangga, Annabel melihat Rania yang sedang menata meja makan untuk sarapan.

"Good morning bun"

"Good morning juga honey" balas Rania yang sibuk menata meja makan.

Gadis itu pun langsung duduk dan mengambil roti yang sudah di baluri selai stroberi kesukaan nya. Annabel benar-benar-benar-benar-benar sangat menyukai stroberi,tidak bisa di ungkapkan dengan kata-kata.

Rania tersenyum melihat anak perempuan nya itu makan dengan lahap. Tiba-tiba mimik wajah Rania berubah seketika menjadi bingung.
Kepalanya celingak celinguk memperhatikan anak tangga, seseorang yang di tunggu nya dari waktu Annabel turun kebawah sampai Annabel selesai sarapan ,belum juga muncul.

"Bel, bang Adit mana?"tatap Rania kepada gadisnya dengadenganaung.

"Gatau"Jawab Annabel singkat.

Ya, begitulah Annabel, berbicara dengan seperlunya saja dengan semua orang. Bahkan dengan bunda dan abangnya sendiri.

Mungkin memang sikap bawaan dari lahir dia begitu, jadi bunda dan abang nya itu sudah terbiasa dengan cara bicaranya Annabel.

"shdhshshsha arghh kenapa sih bunda sama ade gak bangunin abang?!" protes Adit sambil menuruni anak tangga dengan gelagapan dengan seragam dan rambut yang masih acak-acakan.

Rania pun menatap bingung putranya sekaligus abang bagi Annabel.
Sedangkan Annabel? Dia tidak peduli dan menatap cuek dengan abangnya itu sembari mengangkat kedua bahunya.

"aishh udahlah, abang sama ade berangkat dulu bun" ucap Adit sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Usai berpamitan, tanpa babibu,Adit dan Annabel berlari menuju garasi,memasuki mobil merah peninggalan ayahnya,menyalakan mesin, dan menginjak pedal gas.

Bersama kakak beradik itu, si merah melesat cepat menyisakan asap tipis.

"bang hati-hati, ntar ketabrak orang"

Kata Annabel yang sedikit khawatir dengan abangnya yang tergesa-gesa membawa mobil.

"Ck, ini semua gara-gara lu juga,ngapa lu gak bangunin gua?"

Balas Adit yang fokus ke depan sambil menyetir dengan sebelah tangannya, sedangkan sebelah tangannya lagi sibuk memasang dasi sekolahnya yang dari tadi gak berhasil dia pasang dengan rapi.

Annabel mendengus kesal, ia menatap abangnya dengan tatapan tajam khasnya.

Adit menoleh sebentar kepada gadis yang ada di sebelahnya itu.

"I-iya bukan s-salah ade"

Jika Annabel sudah seperti ini padanya, Adit benar-benar tidak berani dengan gadis kesayangan nya itu. 

Adit kembali fokus menyetir.
Begitu juga dengan Annabel yang kembali menatap ke luar jendela.

"Gak ada senyum-senyum nya lu jadi cewe"

Annabel kembali menatap sebentar kepada Adit dan mendengus pelan.

"Senyum gua udah ilang sejak ayah meninggal."

























Too Hard See Your Smile (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang