OMGGGGG AKU LAMA BGT GA UPDATE🫨
Ada yang kangen gak siiii????? Aku penulisnya pun kangen sama Shea Garaaaaaa 🫣
Jangan lupa vote dan komentar yaa fwends.
Jangan lupa follow instagram :
asriaci13
Sagaramiller
Sheakanaka
Selamat Membaca Cerita Sagara
***
Now Playing | Gentle Bones - Dear Me
Bagian Dua Puluh Empat | Kgn Kcl
Biasanya seperti itu, saat sesuatu itu selalu ada terkadang kita menganggapnya berlebihan dan tak nyaman, sehingga menyepelekan. Tapi, saat sesuatu itu menghilang, kita akan merindukannya dan selau merasa ada yang kurang.
***
Cukup lama Shea berada di restoran itu, bahkan setelah selesai makan siangnya pun dia masih berada di sana untuk sementara. Rasanya kosong dan lelah. Entah sudah berapa kali dia menyela air matanya, dan air mata itu kembali turun.
Pesan-pesan yang dikirimkan oleh Ayahnya tidak berani ia buka. Shea sudah tahu isi pesan itu, pasti Ayahnya menanyakan tentang pengumuman seleksi itu.
Selalu dituntut menjadi yang sempurna, kalau dia gagal satu kali saja, akan dianggap produk gagal. Shea pikir, Ayahnya akan berbeda memperlakukannya dibandingkan saat Shea di SMA.
Karena kuliah di sini adalah pilihan Shea begitupula jurusannya, membuat Ayahnya menunutut Shea agar bisa membuktikan bahwa pilihannya adalah hal yang benar. Sedikit saja melakukan kesalahan, pasti Ayahnya akan mengatakan.
"Harusnya kamu ikutin kata orang tua, orang tua tau yang terbaik untuk anaknya."
Sekarang justru Ayahnya malah berlebihan. Terkadang beliau lebih dulu menanyakan nilai akademis Shea dibanding kabarnya.
"Nyerah sekarang bisa gak sih?" keluhnya, ini sudah setengah jalan, kalau memutar arah dia membuang waktunya selama ini.
Shea membuka ponselnya, Sagara belum mengirimkan pesan padanya, bahkan pesan yang semalam Shea kirimkan pun belum Sagara baca. Rasanya kesal, meski dia baru saja bertemu dengan Sagara.
Sesibuk itu kah?
Ini juga salahnya, Shea selalu mengomeli Sagara kalau dia tidak fokus akan kerjaannya, atau lebih mementingkannya. Memang perempuan selalu seperti itu.
"Kangen juga ya direcokin Sagara." Shea kembali menenggelamkan dirinya dalam lamunan panjang. "Lucu juga kalau dipikir-pikir gue bisa berakhir dan sebucin ini ama dia, padahal dulu gue najis banget kalau harus pacaran ama dia."
***
Beberapa hari setelahnya tak ada kabar yang intens antara dia dan Sagara, keduanya hanya bertukar kabar setelah melakukan aktivitas seharian saja. Shea pun kembali menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswi, dan Sagara masih menyelesaikan pekerjaannya.
Seharusnya semua itu cukup.
Tapi karena Shea tak ada jadwal latihan sepadat saat dia menjadi kandidat, dia menjadi lebih sering merasa bosan karena tak bisa bermain atau sekadar bertukar kabar kapan pun dia mau dengan Sagara.
"Gini kali ya perasaan Gara waktu gue tinggal latihan mulu waktu itu."
"Andai aja gue lolos seleksi dan jadi perwakilan, pasti gue ngga bakal sebosen ini. Latihan mandiri juga bikin gue ngga mood," keluhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA
Teen FictionSaat musik bukan lagi alasan untuk kita terus bersama. *** Kita, musik dan New York. Sagara dan Shea yang salah mengira bahwa cinta saja cukup untuk menjadi alasan keduanya bertahan. Semakin mereka dewasa, permasalahan yang ada di dalam hubungan ked...