Buat para kaum cewek jadi orang yang jelas dikit napa? Ditanya kenapa jawabnya gak papa, ditanya mau apa jawabnya terserah, nanti kalau salah kaum cowok yang kena omel. Mau kalian tuh apaan si?! -Abang Bara yang tersakiti
Happy reading 💜💜
Pagi adalah pagi dimana mereka, murid SMA Galaxsi akan melakukan camping akhir tahun. Halaman sekolah mulai ramai dengan murid-murid. Bumi dkk sudah tiba sejak tadi.
"Asek dah kita camping, nanti gue mau nyanyi ah" ucap Bara.
"Sip dah nanti gue main gitarnya" saut Bintang menyetujui ucapan Bara.
"Sip nanti lorang tampil gue mau jualan kopi, satu cup 30 ribu murah meriah" ujar Gempa. 30 ribu murah? Iya murah pala bapak lo Gem!
"Murah dari mananya painem! Gue mah ogah beli" ucap Bara. Gila aja kopi 30 ribu, rugi badar dia.
"Gini ya gue tuh mau jadi pengusaha yang sukses ya harus belajar sejak dini lah" bela Gempa.
"Nenek lo dini! Yang ada lo rugi bangsat!" Sarkas Bintang. Secara dia orang kaya makanya dia tau gimana biar cepet kaca. Jual ginjal lo! :v
"Sutt Bambang diem aje!" Perintah Gempa. Gempa sedang menyiapkan alat-alat yang akan ia gunakan saat camping.
Angkasa menatap sekitar yang mulai ramai. Ia mencari sosok Bulan. Apakah Bulan akan ikut camping? Harusnya kemarin ia bertanya kepada Bulan.
"Lo nyari dia? Ck Ang inget Mentari! Gue gak bakal diem kalau lo nyakitin Mentari!" Bisik Bumi dengan nada mengancam. Angkasa hanya mengangguk. Ya ia tidak boleh melupakan Mentari dalam hidupnya.
"Inget ya Ang, gue gak mau nanti lo bakal ada di sebuah pilihan. Karena pada nyatanya lo gak boleh milih" Bumi tak ingin Angkasa bersifat labil. Ada Mentari yang menunggu Angkasa. Meski dia dan Angkasa tidak tau keberadaan Mentari tapi hatinya berkata bahwa Mentari masih ada bersama mereka. Mentari pergi mungkin karena dirinya tapi tolonglah izinkan dia mengembalikan apa yang pernah ia rebut.
"Iya gue tau, gue cuma bantu dia Bum gak lebih" Angkasa jengah jika harus dituduh bila ia akan melupakan Mentari. Apa salah jika ia ingin membantu orang lain? Ia hanya ingin berguna menjadi orang.
"Gak lebihnya lo itu lebih bagi dia!" Bumi hanya takut jika Mentari datang dan Angkasa terjebak dengan Bulan kelak. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
"Halo neng Pelangi. Indah ya hari ini, cerah gitu langitnya kayak kamu neng Pelangi, cerah" gombal Bara. Pelangi menoleh ke arah atas, langitnya agak mendung gak cerah.
"Maaf kak, kakak gak lihat kalau langitnya mendung ya?" Tanya Pelangi polos. Bara mengaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Anjir ngakak, Bar kalau mau gombal lihat sikon dulu dong. Kayak gini ya.. neng Pelangi lihat deh sekitar sangat sepi kayak hati abang kalau gak ada neng Pelangi" gombal Gempa. Pelangi melihat sekitar juga.
"Maaf kak, ini sekitar rame lho. Sepi dari mananya ya? Yaudah kak saya pamit dulu" setelah Pelangi segera berlari meninggalkan Bara dkk.
"WOY NGAKAK ELAH! Kalau gombal tuh liat-liat lah. Malu gue punya teman kayak kalian" tawa Bintang melihat wajah Bara dan Gempa yang menahan malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
Teen FictionBumi membenci bulan Bumi tidak suka bulan Bumi tidak berharap adanya bulan Meski begitu Bulan tetap ada untuk Bumi Bulan memberi cahaya pada Bumi yang terselimuti kegelapan Bulan tetap memberikan senyuman pada semua meski hanya gelap yang menemaniny...