Kalau cinta pasti perhatian tapi perhatian belum tentu cinta
Happy reading 💜💜
"Udah sana pulang kak!!" Usir Bulan dengan gemas. Sejak tadi laki-laki ini belum pulang ke rumahnya. Katanya rumahnya sepi kayak pasar lah, kucingnya baru honeymoon lah.
"Apa si Bul? Nanti juga pulang" ucap laki-laki itu. Ia senang ada disini karena di rumahnya sangat sepi, tidak mungkin ia mengajak temannya, pasti teman-temannya itu capek.
"Nanti aja terus, aku mau bikin kue kalau kakak disini gak enak aku ninggalinnya" Bulan ingin belajar membuat kue yang enak, mungkin ia akan melakukan sampai ia mendapatkan pekerjaan.
"Kenapa gak bilang, ayo bikin bareng" entahlah sejak bertemu dengan Bulan bibir ini rasanya ingin berkata terus.
"Enggak!" Setelah itu Bulan meninggalkan laki-laki itu sendirian dengan gamenya.
"Dibantuin gak mau nanti kalau gak dibantu bilangnya 'kamu tuh peka dong' buset emang salah kaum cowok" ucap laki-laki sambil meneruskan kegiatan bermainnya.
Bulan yang berada di dapur menggerutu, ia sebal dengan laki-laki di depan. Menyesal dia menganggap laki-laki itu cuek, dingin.
"Heran deh sama itu cowok" Bulan langsung melakukan aktivitasnya membuat kue seperti yang diajarkan neneknya.
Cukup lama Bulan berada di dapur akhirnya kue bikinan dia telah jadi. Ia membawa beberapa ke depan untuk ia berikan pada laki-laki itu.
"Kok tidur si?" Bulan menaruh piring berisikan kue itu ke atas meja. Ia menghampiri laki-laki itu.
"Kak bangun kak..." Bulan mengusap rambut laki-laki itu. Laki-laki itu mulai terbangun saat ada yang menyentuh rambutnya.
"Bangun" Bulan duduk disamping laki-laki itu dan mengambil piring yang ada di meja.
"Nih kue nya kak,cobain ya" laki-laki itu yang masih setengah sadar mengambil kue itu dan memakannya sedikit.
"Gimana?" Tanya Bulan.
"Enak kok" ucap laki-laki itu.
"Yaudah bawa pulang ya, bentar" Bulan meninggalkan laki-laki itu untuk mengambil kotak makan.
"Nah ini bawa pulang, udah sana pulang" usir Bulan. Laki-laki itu mendengus kesal. Kenapa diusir terus si orang ganteng kok diusir, heran.
"Yaudah gue pulang" laki-laki itu berdiri sambil membawa kotak makan berisikan kue itu. Bulan mengantarkan laki-laki itu sampai depan rumahnya.
"Gue pulang ya hati-hati dirumah" ucap laki-laki itu sambil memeluk singkat Bulan. Bulan mengangguk sambil tersenyum. Bukankah ia sudah biasa hidup sendiri?
"Hati-hati kak" ucap Bulan sambil melambaikan tangannya. Mobil laki-laki itu mulai menjauh dari rumahnya dan ia segara masuk ke dalam rumah.
Jika laki-laki itu bahagia bertemu Bulannya maka berbeda dengan laki-laki yang sedang melamun menatap langit malam di balkonnya.
"Kenapa? Kenapa harus gini? ARGHHH!!" Laki-laki itu mengacak-acak rambutnya dengan frustasi.
"Dia punya sahabat lo! Sadar!" Ia berusaha meyakinkan dirinya. Ia berusaha membatasi dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
Teen FictionBumi membenci bulan Bumi tidak suka bulan Bumi tidak berharap adanya bulan Meski begitu Bulan tetap ada untuk Bumi Bulan memberi cahaya pada Bumi yang terselimuti kegelapan Bulan tetap memberikan senyuman pada semua meski hanya gelap yang menemaniny...