Gue belum pernah jatuh cinta dan buat lo yang udah bikin gue jatuh cinta, selamat -bang Bumi.
Happy reading💜💜
Setelah acara api unggun semua siswa kembali ke tenda masing-masing tapi tidak dengan Bulan. Bulan duduk di pinggir danau yang sama dengan Bumi dan Angkasa berbincang.
"Apa kabar kalian? Aku tidak pernah melihat kalian. Apa kalian tidak merindukan aku?" Ujar Bulan pada langit malam. Sejak kecil ia tidak pernah melihat kedua orangtuanya. Kemana mereka?
"Nenek sudah pergi, aku mohon kembalilah" hanya itu yang kini Bulan harapkan. Ia ingin berjumpa dengan kedua orangtuanya. Ia sangat merindukan mereka berdua. Meski ia tidak pernah melihat, merasakan kehangatan mereka tetap rasa sayang itu ada.
"Gak usah berharap!" Bulan menoleh kearah belakang melihat siapa yang ada di belakangnya.
"Jangan berharap apapun kepada hal yang gak pasti cuma bikin lo sakit" laki-laki itu duduk disamping Bulan menatap danau.
"Jangan pernah berharap" apa yang salah dari berharap si? Bisa aja kan nanti jadi kenyataan.
"Kenapa?" Tanya Bulan. Ia menatap lekat laki-laki yang ada disampingnya ini. Tampan,satu kata yang mungkin menggambarkan ia malam ini.
"Gue gak suka liat lo luka" apa? Apa kata dia? Takut ia terluka? Ia sudah terluka.
"Aku udah terluka kak, biarin luka itu dateng aja" ucap Bulan dengan senyuman yang menyiratkan kesedihan.
"Kalau lo terluka bilang sama gue" ujar laki-laki itu. Bulan menaikkan alisnya heran.
"Karena gak boleh ada yang bikin lo luka..." Ujar laki-laki itu.
Selain gue lanjut laki-laki itu dalam batinnya. Jahat? Silahkan katakan dia jahat yang terpenting orang yang ia sayang tidak terluka.
Bulan tersipu malu. Apa laki-laki ini akan menjadi pahlawannya? Apa ia akan menyembuhkan luka yang dunia berikan padanya? Tolong beri Bulan kepastian.
"Gue pernah terluka, kehilangan orang yang gue sayang maka dari itu gue tau rasanya terluka dan berharap semua bakal kembali. Tapi kenyataan? Semua jadi mimpi bagi gue" ujar laki-laki itu. Bulan bisa mendengar nada kesedihan disana. Kesedihan yang mungkin lebih sedih dari apa yang kini ia rasakan.
"Kakak yang sabar ya" Bulan tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk menghibur laki-laki dihadapannya ini.
"Gue kuat kalau lo kuat Bul" tolong dong ini baru mellow gak usah bikin terbang bisa? Bulan hanya mengangguk.
"Bulan kuat kok, karena Bulan ditakdirkan untuk tetap bersinar meski kegelapan disekitarnya" Laki-laki itu mengangguk.
Dan lo ditakdirin buat gue batin laki-laki itu. Tidak jauh dari tempat itu berdiri seorang laki-laki melihat kedekatan Bulan dengan laki-laki itu. Tangannya mengepal menahan rasa aneh di dalam hatinya.
Jadi gini? Kenapa lo gak bilang kalau lo suka Bulan? Kek anak kecil lo!" Batin laki-laki yang berdiri tidak jauh dari Bulan. Akhirnya ia memutuskan untuk pergi dari sana.
"Gue pergi dulu" pamit laki-laki itu pada Bulan. Bulan mengangguk dan ia masih ingin berada disana melihat bintang dan bulan yang indah di langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUMI
Teen FictionBumi membenci bulan Bumi tidak suka bulan Bumi tidak berharap adanya bulan Meski begitu Bulan tetap ada untuk Bumi Bulan memberi cahaya pada Bumi yang terselimuti kegelapan Bulan tetap memberikan senyuman pada semua meski hanya gelap yang menemaniny...