Pertama

225 112 156
                                    

Aturan takdir sudah tertulis, bahkan sebelum kita saling mengenal

***


Ratusan siswa baru dengan atribut yang telah diperintahkan, tengah berbaris dilapangan outdoor untuk menerima arahan dari para osis.

Hari ini adalah hari pertama ospek untuk para siswa baru di SMA Bangsa.

Saat ketua osis tengah memberikan arahan kepada para siswa baru, seseorang dengan almamater osis berjalan ke arah mimbar sambil menyeret seorang wanita.

"Sin, lo ngapain narik-narik dia kaya gitu sih? Lo malah jadi pusat perhatian sekarang." tegur Arga, ketua osis.

"Lo liat aja nih. Dia nggak pake atribut apapun, sepatu warna putih, dan lo liat rambutnya di cat. Ini udah ngelanggar aturan sekolah." jelas Sindi dengan tak suka.

Sedangkan orang yang di tegur hanya sibuk memainkan ponselnya.

Karena merasa kesal, Sindi merebut ponsel gadis itu. "Lo tu nggak ada sopan santunnya yah."

"Ribet banget" Celutuk Naya itu.

"Gak usah berantem. Semua anak-anak nontonin kita" tegur Tari yang juga anak osis.

"Nama lo siapa?" Tanya Genta sebagai wakil Osis.

Gadis itu melirik sejenak ke arah Genta lalu melihat kukunya.

"Shanaya a.k.a Naya" jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari kukunya.

"Eh, lo tuh masih murid baru. Pake sopan santun dong." Tegur Arum, salah satu anak osis yang juga mulai geram dengan kelakuan siswa baru ini.

"Udah udah. Genta, tolong bawa dia ke ruang osis. Nggak enak sama yang lain. Setelah ini, kita baru ngurusin dia" tegas Arga.

Genta mengangguk lalu menarik Naya untuk ke ruang Osis.

"Eh, Hp gue." tahan Naya.

"Hp lo di tahan sampai acara ospek selesai." ujar Sindi.

"Lo nggak punya duit yah, sampai harus ngambil Hp milik adek kelas lo?" tanya Naya tersenyum miring.

"sombong banget lo jadi orang"

"Udah. Sin, siniin Hp dia"

Sindi menyerahkan ponsel itu ke Genta. Setelah itu, Genta menarik Naya ke ruang osis untuk menunggu anak osis yang lain.

***

"kenapa lo nggak pake atribut?" tanya Genta setelah sampai di ruang Osis.

"suka-suka gue" jawab Naya tanpa melihat ke arah Genta.

Genta mendengus melihat gadis didepannya ini.

Setelah beberapa lama menunggu, pintu ruang osis terbuka. Masuklah sekitar 5 orang anak osis.

"Baiklah, sekarang kita mulai aja" ujar Arga melihat Naya.

"Kalian mau main kroyokan? Oke, gue ladenin"

Naya memasang kuda-kuda, bersiap jika kakak kelasnya ini benar-benar ingin melakukan kroyokan terhadapnya.

"Nggak usah ngaco, kita cuma mau nanya-nanya." ujar Tari santai.

Mendengar itu, Naya melangkah ke meja yang tak jauh darinya untuk duduk.

We Are OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang