Memang berat untuk menyimpan duka sendiri, tapi berceritapun aku rasa percuma
-Shanaya
***
"Rumah lo?" tanya Naya melihat halaman depan rumah yang terlihat minimalis itu.
"Rumah sewa" Jawab Genta membuka pintu.
Naya mengikuti Genta memasuki rumah itu. Dia melihat-lihat keadaan di dalam rumah. Keadaan di dalam sangat berbeda dengan diluar.
Jika dilihat dari luar, rumah ini terlihat sempit. Tapi ketika masuk didalam, ternyata rumah ini cukup luas dan rapi dengan perabotan lengkap.
"Tunggu disini dulu. Gue ambilin hp lo, sekalian bikinin minum"
Naya tak menjawab. Ia duduk di sofa sambil terus mengamati rumah ini.
"Nih hp lo" ujar Genta mengembalikan ponsel Naya.
Naya mengambilnya lalu menghidupkannya. Sudah dua minggu ia tidak memakai ponsel.
Untungnya Naya bukan remaja yang bergantung dengan ponsel. Naya lebih suka membaca komik dan menonton film action/trailer/horor.
Ketika menghidupkan data selulernya, banyak notif yang masuk. Namun satupun, tak ada yang ia pedulikan.
"Nih minum dulu. Gue cuma punya itu." ujar Genta memberikan Naya jus jeruk.
Naya meminumnya lalu melirik ke arah luar.
Hari ini cuaca tak bersahabat. Langit yang tadi begitu cerah kini tertutupi awan hitam.
"Mendung" gumam Naya.
Genta ikut melihat keluar. Benar saja, cuaca diluar begitu mendung.
"Yang lain mana?" tanya Naya.
"Ha?"
"keluarga lo"
"Gue anak rantau, jadi tinggalnya jauh dari orang tua".
Naya hanyya mengangguk.
Drrrttt....drrrtt....
Naya melirik ponselnya.
Mama
Is calling....Dia melirik Genta.
"Mmm, gue ke kamar dulu yah. Mau ganti baju." ujar Genta yang paham kalau Naya butuh privasi.
Naya menggeser tombol hijau di layar ponselnya.
"Halo sayang"
Naya hanya diam.
"Mama sama papa kangen sama kamu" ujar seseorang diseberang sana.
"Pulang!"
"Nggak bisa sayang, papa sama mama lagi sibuk kerja disini. Ini juga buat masa depan kamu."
"Tiga tahun" ucapnya menahan tangis.
"Maafin mama sama papa sayang. Nanti kalau udah nggak terlalu sibuk, kita berdua bakalan pulang kok."
Naya tersenyum miris. Kata-kata itu sudah ratusan kali ia dengar. Namun nyatanya orang tuanya tak pernah pulang.
"Yaudah sayang, mama tutup dulu yah telponnya. Nanti mama telpon lagi. Oh iya, tadi papa udah transfer uang buat kamu. Kamu baik-baik ya dis---"
Naya memutus sambungan telponnya lalu melempar ponselnya ke sofa disebelahnya.
Ia kembali melihat keluar. Hujan sudah turun begitu derasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Are One
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM BACA!] JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK! "Menurut lo cinta itu apa?" tanya seorang gadis. "Perasaan sayang seseorang kepada lawan jenisnya. Misalnya kalo kita cinta sama seseorang, orang itu akan lebih sering ada di fikiran kita, ja...