Kelima

117 81 80
                                    

Jika hanya menganggap sebagai teman, maka perlakukan aku layaknya seorang teman. Jangan menganggapku teman tapi memperlakukanku layaknya pasangan.

***

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK READERSKU:*

Hari ini adalah hari senin. Kebanyakan orang cenderung membenci hari senin karena dianggap hari yang menyibukkan dan merampas kebahagiaan mereka setelah libur di hari minggu.

Hari senin adalah hari dimulainya kembali pelajaran yang menguras otak setelah berakhir pekan.

Berbeda halnya dengan Naya. Ia menganggap hari senin sama saja dengan hari-hari yang lain. Hampa.

Kriiiiinggg...

Bel berbunyi yang membuat seluruh siswa siswi berhamburan menuju ke lapangan untuk melaksanakan upacara.

Naya menunggu teman kelasnya keluar terlebih dahulu karena tidak mau berdesakan didepan pintu.

Setelah itu ia baru bergegas keluar. Dia melihat lapangan dibawah sana yang sudah ramai.

"Tapi?" tanyanya memegang kepalanya.

Dia lupa membawa topi. Kalau dia turun kebawah, dia pasti akan bergabung bersama anak yang tidak memakai atribut lengkap. Ah biarlah. Toh, dia sudah terbiasa.

Naya menuju ke lapangan. Dia berniat untuk berbaris di belakang tiang bendera bersama yang lain.

Namun seketika tangannya di tarik. Ketika dia berbalik, seseorang memasangkan topi dikepalanya.

"Pake aja" ujar Genta tersenyum.

Naya mendengus. Dia melepas topi itu lalu menyerahkannya kembali.

"Ngak perlu"

Genta mengambil topi itu lalu kembali memasangkannya ke Naya. Dia memukul pelan kepala gadis itu.

"Pake aja! Gue masih punya satu lagi." ujar Genta tersenyum lalu meninggalkan Naya.

"Apaan sih. Sok baik banget." komentar Naya lalu berbaris paling belakang di barisan kelasnya.

***

Saat jam istirahat, Naya berniat mengembalikan topi milik Genta. Ah, iya juga harus mengembalikan formulir ekskul miliknya.

Namun ia terlebih dahulu ingin mampir ke kantin untuk membeli susu. Sekalian mencari Genta, siapa tau anak itu juga sedang berada di kantin.

"Bu, susu kotaknya dua."

"Ini neng"

Naya membayar susu itu lalu melihat isi kantin. Tak ada.

Ia lalu menuju ke ruang osis, mungkin saja Genta ada disana.

Saat sampai di depan ruang osis, Naya langsung membuka pintu tanpa permisi.

"Lo ngak punya sopan santun apa? Main masuk-masuk segala" bentak Sindi.

Kini anak osis tengah mengadakan rapat, namun tiba-tiba saja pintu terbuka yang membuat mereka semua mengalihkan pandangannya ke arah pintu.

Naya tidak memperdulikan ucapan kakak kelasnya itu. Matanya hanya terfokus ke arah Genta.

"Gue mau ngomong" ucapnya melihat Genta.

We Are OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang