9# Lembaran Baru

35 5 0
                                    

Kesibukannya mengurus Haflah membuat Lulu' sedikit lupa dengan Gus Zaid. Lulu' tidak ingin ada waktunya yang luang begitu saja. Karena itu dapat memicu munculnya memori tentang Gus Zaid.

Hanya tinggal 2 minggu haflah akan segera diadakan. Berulang kali Lulu' dan tim mengecek persiapan haflah. Mulai dari tempat, pesanan makanan, pengisi acara, dsb.

Ting!

·Gus Ayyas
Jangan lupa cek bagian konsumsi, kemarin ada tambahan lagi dari umi

Nggih gus.

Tidak usah menunggu lama, ia langsung menghubungi tim konsumsi. Mengecek persiapan, tidak lupa mengkonfirmasi jumlah pesanan kepada pemilik katering.

Baru saja Lulu' merebahkan diri dikasur. Namun handphone nya sudah berdering kembali.

"Iya, pesanannya ditambah 6 porsi. Jadi totalnya 876"

Terdengar tawa dari seberang. Bukan suara pemilik katering, tapi suara bunda.

[Ini bunda, bukan bagian katering]

"Hehe, maaf bunda. Lulu' tadi sibuk ngurus katering buat haflah, jadi kebawa deh"

Bunda menghentikan tawanya. Beberapa detik hening membuat Lulu' was-was. Apa yang ingin bunda bicarakan?

[Abang Dzikri otw jemput adek, adek siap-siap ya?]

Kalau saja Lulu' tidak ingat ia dimana, ia sudah berteriak kegirangan saat ini.

"Kapan Abang pulang? Kok gak bilang adek bun?"

Bunda terkekeh.

[Katanya biar surprise, tapi bunda ngotot bilang ke adek, gak tega sama anak perempuan bunda yang super bawel]

Suara panggilan terdengar dari speaker asrama. Menggema disetiap ruangan.

"Panggilan kepada Saudari Lu'lua Luthfa ditunggu keluarganya diruang tunggu"

"Sekali lagi, panggilan kepada Saudari Lu'lua Luthfa ditunggu keluarganya diruang tunggu. Terima kasih"

Lulu' membenahi jilbabnya sedikit, kemudian berlari menuruni anak tangga. Ia sampai lupa belum menutup telfon bunda.

Seorang laki-laki berpostur tubuh gagah berdiri disana. Hidungnya mancung sama seperti Lulu'. Tanpa izin Lulu' langsung memeluknya dari belakang.

"Abang jahat! Abang gak pernah ngabarin Lulu' kalo pulang" keluh Lulu'.

Dzikri memutar badan agar dapat melihat wajah manis sang adik. Bertahun-tahun ia tidak bertemu dengan gadis kecilnya itu.

"Udahlah, masa' ketemu abang malah nangis" ucap dzikri seraya mengusap air mata Lulu' yang entah sejak kapan sudah menganak dipipi.

"Abisnya abang pulang gak bilang" gerutunya.

Terdengar langkah seseorang yang mendekat. Suara pantofel nya beradu dengan lantai.

"Ma Syaa Allah, Ustadz Dzikri!"

"Ayyas? Kapan balik ke Indonesia?" Tanya Dizkri.

Dzikri memeluk Gus Ayyas, menepuk pundaknya pelan.

"Cukup lama tadz, sudah saatnya mengamalkan ilmu disini"

Lulu' yang merasa dicuekkin menarik-narik lengan kemeja Dzikri. Perasaan, Lulu' deh adeknya, kenapa kangen-kangenan nya sama Gus Ayyas,- batin Lulu'.

"Sebentar dek, Abang mau ngobrol sama temen abang"

Lulu' menekuk wajah. Kalau kayak gini, mulai deh manjanya.

"Maaf yas, ini adek saya ngambek, jadi gak bisa ngobrol lama-lama"

Gus Ayyas tertawa. Matanya menatap ke arah Lulu'.

"Baru sadar kalau ada kemiripan diantara kalian" ceplos Gus Ayyas.

"Kalau mau ngobrol bisa digazebo sebelah rumah abah. Disana lebih nyaman tadz. Abah pasti senang kalau tau ustadz ada disini" lanjutnya.

Dzikri mengangguk. Setuju dengan tawaran Gus Ayyas.

««»»

"Apa kabar hati? Masih bertahan pada orang yang sama?"

Lulu' terdiam. Kalau jujur, pasti Abangnya akan marah.

"Sudah beranjak move on, ustadz. Alhamdulillah beberapa hari yang lalu Gus Zaid melangsungkan akad"

Itu bukan jawaban dari Lulu', kalimat itu meluncur dari bibir Gus Ayyas. Lulu' menatap Gus Ayyas tajam. Apakah Gus Ayyas tidak bisa diam sedikit? Ini masalah pribadinya, kenapa ia harus ikut campur?.

Dzikri menoleh ke arah Lulu', meminta jawaban. Lulu' menghembuskan napas perlahan.

"Lulu' masih belajar mengikhlaskan" gumamnya.

Dzikri tersenyum. Ia menarik Lulu' ke dalam pelukannya.

"Suatu saat seseorang akan datang menemui Ayah, mengambilmu dari Ayah dan Abang. Ia sholih dan lebih baik dari Gusmu itu. Abang yakin. Gak usah sedih, laki-laki didunia ini gak cuma gusmu itu."

"Kalau yang kayak Abang ada gak?"

Dzikri tertawa. Tangannya tergerak mengacak jilbab maroon Lulu'.

"Ini disebelah Abang"

Lulu' mendorong Dzikri dan membuang muka ke arah lain.

"Gak mau"

Gus Ayyas? Abang Dzikri pasti sedang bercanda. Mana mungkin Gus Ayyas bisa seperti Abang. Model dingin dan cuek kayak gitu mana bisa.

"Gak boleh gitu. Gus Ayyas itu anak dari gurunya Lulu', gak sopan namanya"

Lulu' cemberut. Tuh, kan. Gus Ayyas yang dibela.

««»»

Takdir pun Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang