Untukmu, Shaquena
Pertama,,Belajarlah menjadi perempuan kuat, agar bisa berdiri tanpa sebuah tongkat.
Kedua,,Tetaplah tersenyum meski badai tak akan pernah berhenti berhembus.
Ketiga,,Teruslah melangkah dengan tenang walau jalanmu penuh rintangan.
Hidup tidak selamanya lurus Sha, adakalanya ia berkelok ataupun terjal penuh bebatuan. Tetapi Kak Lulu' percaya, Sha selalu bisa melewatinya. Sha harus jadi dewasa, tidak selamanya kan Sha akan jadi childish? Sha, jadilah istri yang baik dan taat buat suami. Ingatlah untuk selalu izin padanya jika hendak pergi,-surgamu ada padanya sekarang. Yang terakhir.. teruslah memperbaiki diri. In Syaa Allah, Allah akan permudah jalanmu.
Shaquena melipat surat dari Lulu' dan menyimpannya di nakas.
"lagi baca apa?" tanya Gus Izam tiba-tiba.
"surat dari kak Lulu'"
Sha menarik Gus Izam untuk berdiri.
"cobain deh.. ini dari Kak Lulu', couple sama punya Sha" ucap Sha yang telah menempelkan koko itu ke tubuh Gus Izam.
"Lulu' ternyata pandai soal pakaian ya"
Shaquena mengangguk.
"mungkin kalau Kak Lulu' gak mondok, Kak Lulu' ambil jurusan designer"
"terus kenapa sekarang mau ke Turki?"
"ih, Gus! kan itu semua skenario Allah"
"iya tau" balas Gus Izam seraya mengelus puncak kepala Shaquena.
<<>>
Lulu' menghela napas. Tangannya meraih buku tebal diatas lemari. Ia mulai membukanya. Membaca kalimat per kalimat yang tertulis rapi disana.
Terkadang ia menutupnya sejenak. Mengalihkan pandang ke jendela luar. Ia harus giat belajar mulai sekarang. Karena mempertahankan prestasi itu tidak mudah.
Lebih mudah meningkatkan dibanding mempertahankan bukan?"Astaghfirullah.." gumamnya seraya mengusap wajah.
Lulu' sampai ketiduran karena belajar terlalu maksa. Maklum, banyak ilmu yang belum ia ketahui untuk menunjang akademiknya di Turki nanti.
Perlahan Lulu' melangkahkan kakinya ke Masjid Asrama yang telah ditempatinya hampir 3 bulan ini. Dilaksanakannya tahajud dengan khusyuk.
Setelah usai, tangannya meraih Al Qur'an disudut ruangan. Namun gerakannya terhenti karena mendengar sebuah lantunan Ayat Al Qur'an yang dibacakan dengan sangat merdu.
Entah siapa itu, namun ia sudah membuat Lulu' jatuh cinta dengan suara indahnya.
"Ya Allah, jika Engkau berkehendak, berilah hamba pasangan yang seperti dia Ya Allah. Yang mampu membuatku jatuh cinta kepada-Mu berkali-kali lipat hanya dengan mendengar lantunannya" do'a Lulu' dalam hati.
Ini adalah sepertiga malam, para Hamba-Nya berlomba mendekati Sang Pencipta,-berharap do'anya akan segera dikabulkan, keinginannya diijabah.
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdo'a apabila dia berdo'a kepada-ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka memperoleh kebenaran" [QS. ALBAQARAH : 186]
<<>>
"Lulu' ayo! 5 menit lagi kelas tambahan dimulai" teriak Hanifa yang sudah tidak sabar.
Lulu' hanya geleng-geleng melihat tingkah teman satu kamarnya itu.
"Ayo tuan putri kita berangkat!"
Ruangan 4x6 itu sudah ramai saat Hanifa dan Lulu' masuk.
"Bima, hari ini siapa yang mengajar?" tanya Hanifa pada sepupunya.
"Setahu saya, hari ini ada alumni yang datang, mungkin mereka" ucap Bima seraya menunjuk ke arah pintu masuk.
Lulu' mengikuti arah tangan Bima, dan seketika jantungnya berdetak lebih cepat.
"Ning Khania?" gumamnya.
Mata Lulu' tak lepas mengikuti pergerakan Ning Khania. Sejak beliau masuk hingga duduk bersama jajaran pengajar lainnya. Allah, apa ini skenario untukku??
<<>>
Akhirnya, setelah sekian lama gak update..
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir pun Berkata Lain
Teen FictionPernahkan kalian merencanakan sesuatu? Memikirkan ini itu, membayangkan segala kemungkinan? Namun pada akhirnya, semua itu gagal? Sering mungkin. Terkadang ada rasa kecewa yang muncul setelah itu. Namun kamu tak perlu khawatir, Allah punya skena...