4# Trauma

40 5 0
                                    


Ketika kita memiliki kenangan indah yang  menjadi kenangan buruk disuatu tempat, Jangan jauhi tempat itu!  Datangilah selalu! Sebab, untuk kembali ke kondisi semula yang perlu kita lakukan adalah merutinkan kebiasaan.

~Ayyas Habibullah~

«««»»»

Happy reading..

Ting! Notifikasi masuk dari grup Tim Konsep Acara. Lulu' yang sedang bersiap itu menghentikan aktivitas nya. Ia beralih ke handphone pipihnya.

·Amiruddin
Titik kumpul, gerbang utama.

Lokasi pertama kemana?

·Gus Ayyas
Hotel Gold Generation

Lulu' mengusap wajahnya. Kenapa harus Gold Generation? Tempat itu hanya mengundang luka bagi lulu'.

Disaat kegundahannya memikirkan lokasi acara, diena mencoba membantu lulu'.

·Farahdiena
Afwan gus, lulu' punya trauma dengan hotel itu.

Tak ada balasan lagi. Lulu' sudah ingin mengajukan izin jika nanti tujuannya benar-benar Hotel Gold Generation. Namun niatnya gagal karena sebuah pesan dari gus ayyas.

·Gus Ayyas

Ketika kita memiliki kenangan indah yang menjadi kenangan buruk disuatu tempat, Jangan jauhi tempat itu! Datangilah selalu! Sebab, untuk kembali ke kondisi semula yang perlu kita lakukan adalah merutinkan kebiasaan.

Kalau sudah seperti ini, lulu' tidak bisa apa-apa. Toh, lulu' tidak punya wewenang untuk menolak. Hanya sami'na wa atho'na yang bisa lulu' lakukan.

Entah apa yang terjadi nanti disana, ia pasrahkan semua pada Allah. Semoga semuanya baik-baik saja. Itu doa lulu'.

«««»»»

"Bismillah ya lu', semoga gak terjadi apa-apa" ucap Diena sebelum mereka berempat masuk.

Gus Ayyas melirik ke arah keduanya saat mendengar ucapan Diena. Sejujurnya ia sedikit penasaran mengenai trauma lulu'. Kejadian apa yang membuatnya trauma mengunjungi hotel berbintang seperti Gold Generation.

"Mir, apakah sebelumnya Mas Izam pernah ngadain acara disini?" Tanya Gus Ayyas setelah Lulu' dan Diena menjauh.

"Sepertinya belum pernah gus"

Gus Ayyas pun tidak melanjutkan keinginannya untuk bertanya. Toh, tidak ada yang indikator penyebab trauma Lulu' karena acara pondok.

«««»»»

Setelah melihat ballroom yang akan digunakan untuk haflah, Keempatnya memutuskan untuk membooking tempat.

Mereka tidak langsung kembali ke pondok, mereka menyempatkan makan terlebih dahulu. Gus Ayyas langsung meninggalkan mereka setelah mendapat meja. Kata beliau, beliau hendak menemui Manajer Hotel.

"Amir, Lulu' sama Diena pamit ke toilet dulu"

Amir hanya mengangguk dan melanjutkan aktivitasnya membuat proposal.

"Aku tunggu diluar dien"

Lulu' memasang earphone dan memutar nasyid favoritnya. Mulutnya beberapa kali ikut menggumamkan lirik nasyid tersebut.

"Lulu'?"

Suara khas laki-laki terdengar ditelinganya. Ia melepas salah satu earphone dan mendongak. Dada lulu' tiba-tiba saja sesak. Laki-laki yang sudah dihindarinya hampir 2 tahun ini, muncul dihadapannya.

"K-kak n-nash" ucap lulu' terbata.

Pemuda yang dipanggil Kak Nash oleh Lulu' itu tersenyum. Mungkin bagi sebagian perempuan, senyum itu sangat menawan. Namun berbeda dengan Lulu', ia menganggap senyum itu sebagai senyum pembunuhan.

"Kamu masih mau menolak khitbahku lu'?" Tanya kak nash datar.

Lulu' diam, tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan kak nash. Tatapan sendu Lulu' mengarah pada sepasang fantofel yang berjarak 2 langkah darinya.

"Jawab Lulu'!!" Bentaknya.

Badan Lulu' sudah mulai bergetar. Tangannya dingin tidak karuan. Bentakan itulah yang membuatnya trauma.

"Tidak punya mulut, hah!" Suara kak nash naik satu oktaf lagi.

Tiba-tiba tangan besar kak nash meraih dagu Lulu'. Mencengkramnya kuat. Lulu' tak bisa melawan. Hanya air mata yang mewakili perasaannya saat ini.

"Rupanya kamu sudah lupa dengan ucapanku kala itu. Atau seorang Lulu' sudah siap dengan konsekuensinya?"

Cengkraman kak nash memaksa Lulu' untuk menatapnya. Dada Lulu' semakin naik turun seiring dengan air mata yang terus mengalir.

"Ku peringatkan sekali lagi. Pikirkan khitbahku padamu kali ini. Aku tidak segan-segan untuk menyakitimu. Paham?" Ucap kak nash dengan penuh penekanan.

"Paham!?!" Bentaknya lagi. Lulu' sampai memejamkan mata mendengarnya.

"Lepaskan Lulu'!" Tegas seseorang.

Lulu' tidak berani membuka matanya. Ketakutannya tak bisa dikondisikan.

"Lepaskan Lulu'!! Tidak punya telinga, hah!" Ucap seseorang itu seperti hendak menyindir kata-kata yang dilontarkan kak nash kepada Lulu' tadi.

"Punya hak apa anda menyuruh saya?" Balas kak nash dengan nada merendahkan.

"Lepaskan Lulu' atau saya panggilkan aparat!" Ancam seseorang itu.

Dengan keras kak nash melepas cengkraman Lulu' hingga membuatnya terjatuh. Tanpa aba-aba pemuda itu langsung membantu Lulu' untuk bangkit.

"Gus Ayyas" gumam Lulu'.

Tanpa izin Lulu' sudah menggenggam kemeja Gus Ayyas. Wajah Lulu' pun pucat pasi. Lulu' menyembunyikan tubuhnya dibelakang tubuh kekar Gus Ayyas.

"Saya tegaskan kepada anda, jangan pernah ganggu Lulu' sedikit pun. Urusan anda dengan saya! Bukan Lulu'!!" Ucap Gus Ayyas dengan penuh penekanan.

"Saya tidak akan diam, tunggu pembalasan saya!"

"Dan untuk kamu Lulu', saya tidak akan segan-segan menyakitimu!"

Tangan Kak nash mengepal kuat. Terlihat sekali ia sedang menahan amarah. Ia menatap tajam Gus Ayyas. Yang ditatap hanya tersenyum sinis.

Dengan segala amarahnya kak nash menjauh.

«««»»»






Takdir pun Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang