13# Shaquena Zahra

35 6 1
                                    

Sha pernah membaca tulisan dalam novel.

Menangislah. Hingga kamu merasa satu lubang  luka dihidupmu terasa lega. Memang, menangis tidak akan menyelesaikan apapun.

Tapi, setidaknya, menangis akan membantu kita untuk bertahan dan terus berjuang. Hingga kita siap menerima apa yang terjadi pada kita.

Maafkan Sha yang tidak menepati ucapan kakak. Sha akan menumpahkan semua air mata Sha saat kakak sudah pergi.

Sha tidak hanya menangisi kepergian Kak Lulu', Sha menangisi semua yang terjadi pada Sha.

Sejak dulu, Sha bukan anak yang penurut. Meskipun Sha sudah menginjak Madrasah Aliyah, itu tidak mengurangi sifat kekanakan Sha.

Namun berbeda saat Kakak mulai mengabdikan diri menjadi pengurus. Sha sedikit demi sedikit mulai berubah. Intensitas kekanakan Sha mulai turun.

Sha selalu iri melihat kakak tumbuh dengan segala kelebihan kakak. Tanpa kakak sadari, kakak punya daya tarik tersendiri bagi para santri. Sha ingin menjadi seperti kakak.

Sha perlahan luluh oleh kecerdasan dan ketegasan kakak. Sha tidak pernah menceritakan kisah Sha pada siapapun,- Sha tidak mudah percaya pada orang lain.

Namun, entah apa yang membuat Sha berani bercerita panjang lebar saat bersama kakak. Hanya dengan kakak, Sha bisa mengeluarkan segala isi hati Sha.

2 hari yang lalu, Sha mendengar kabar tentang Kakak yang mendapat beasiswa itu. Dan dihari yang sama, Sha juga mendapat kabar dari umma,- ibunya Sha.

Sha ingin bercerita kepada kakak. Namun sepertinya kakak sibuk. Hingga perpisahan ini terjadi, Sha belum sempat bercerita pada kakak.

Sha hanya bisa menulis ini, hanya kakak yang bisa menjadi tempat Sha berbagi.

Kak, Sha ingin sekali mengikuti jejak kakak. Mengambil kuliah di Turki. Banyak ustadz dan ustadzah yang mengatakan bahwa Sha mampu.

Namun, Sha harus mengubur dalam-dalam cita-cita Sha. Ada seseorang yang mengkhitbah Sha. Sha tidak bisa menolaknya,- ia seseorang yang sangat baik.

Meskipun Sha baru lulus Madrasah Aliyah, namun itu bukan masalah bagi laki-laki itu. Terkadang Sha merasa tidak pantas bersanding dengannya. Tapi, berkali-kali laki-laki itu meyakinkan Sha.

Ia siap menerima kelebihan dan kekurangan Sha. Dan akan membimbing Sha.

Setelah kakak menyelesaikan pelatihan kakak, Sha akan melangsungkan akad. Sha harap, kakak bisa hadir menemani Sha.

Terima kasih atas motivasinya selama ini. Sha hanya tinggal menghitung minggu, dan  status Sha akan berubah.

Doakan Sha kak.. semoga, ini yang terbaik untuk Sha. Sha akan merindukan semua tentang kakak.

Ma'an najah kak!

Salam rindu,

Shaquena Naafisa Zahra

««»»

Lulu' melipat surat itu seperti semula. Hampir satu bulan ia mengikuti pelatihan, dan baru hari ini ia menemukan surat itu diranselnya.

Tangan kanannya mengusap sudut matanya yang basah. Sejak dulu ia tau, Shaquena adalah anak yang baik. Nilai akademiknya terbilang sangat bagus.

Tapi satu kekurangannya, ia sangat kekanakan diwaktu tertentu. Ah, Lulu' jadi rindu akan kekanakan Shaquena.

Lulu' meraih handphone dinakas. Menekan beberapa angka disana. Dan memanggilnya.

[Ada perlu dengan siapa ukhty?] Tanya seseorang diseberang sana setelah mereka bertukar salam.

"Bisa bicara dengan Shaquena Naafisa?"

[Sebentar ukhty, saya panggilkan]

Beberapa menit kemudian suara Shaquena terdengar.

[Siapa ya?]

"Apa kabar Sha?"

[Kakak!] Pekiknya.

Tidak ada sahutan dari seberang, yang ada hanya isak tangis Shaquena.

"Sha, minggu depan kakak pulang. Kakak akan menemani Sha"

[Syukron kak, Sha sudah sangat merindukan kakak]

"Sabar ya.. sebentar lagi. Laa tahzan, Sha! Innallah ma'ana" ucapku pada Shaquena.

Setelah beberapa kalimat lagi, Lulu' menutup telepon.

««»»


Takdir pun Berkata LainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang