Praduga.

1.6K 113 13
                                    

Pukul enam pagi, pihak kepolisian sampai di kejadian perkara.

Jaehyun datang satu jam lebih telat setelah berpamitan ke taeyong dan anak-anak. Kondisinya sama-sama kacau seperti isi rumahnya. Rambutnya awut-awutan, kemeja putihnya masih tersisa noda darah dan tiga kancing atas tidak terpasang.

Bukan tanya kalau jaehyun bisa minta diusut cepat. Koneksi bukan masalah baginya, lagian ia harus ambil langkah daripada menunggu kejadian diproses besoknya.

Tentu hal ini menguntungkan Yuta, teman sepermain jaehyun pas sma yang sekarang menjabat jadi kepala polisi berserta timnya. Lama mereka tidak berjumpa hingga dipertemukan diwaktu yang tidak tepat.

"Sebagian besar hanya kerusakan properti, aset masih aman. Habis ini tim bakal cek interkom dan CCTV yang ada disekitar rumah. Secepatnya nanti kujadwalkan untuk introgasi"

"Kita masih pencarian barang bukti lainnya. Rumah sementara kita amankan kurang lebih satu minggu setelah kejadian perkara"

Jaehyun mendengarkan tapi pandangannya cuma kosong melihat sejumlah polisi menggeledah bolak-balik didepannya. Yuta seakan paham posisi jaehyun sedang terpukul.

"Posisi jeno kemarin dirumah sendirian?"

"Harusnya kemarin kita sekeularga gaada dirumah. Entah, aku juga gamau kalau ini kebetulan belaka."

"Turut berduka buat kondisi anak kamu, jef. Sama satu lagi, aku saranin buat lebih waspada sama anggota keluargamu"

Ucap yuta memperingatkan. Jaehyun cuma bisa mengangguk setuju, dari tadi rasanya mulutnya kelu. Sementara taeyong dan anak-anak ia tempatkan dahulu di apartemen lama pinggir kota. Setidaknya keluarganya masih aman dibawah pantauan kamera dua puluh empat jam.

Kasus jaehyun terdengar aneh bagi Yuta. Modus tersangka bukan terdengar seperti pencurian atau pembobolan biasa.

Pandangan jaehyun melihat ke arah rumahnya yang sudah dipasangi police line. Cepat maupun lambat kasus yang menimpa jaehyun akan menjadi perbincangan hangat dan berita terkini di televisi dan menyebar ke seluruh kota.

Sekali ini, Jaehyun mau mengusahakan yang terbaik untuk jeno.

"Aku minta tolong yuta, biar jeno jadi kasus tertutup" Yuta mengangguk. Kasusnya harus diusut sampai ketemu.

Jaehyun mengambil pilihan tepat demi kebaikan jeno.

.

Ia melirik bangku disebelah sanha, kosong.

Haechan tau kalau ia dan jeno masih belum berdamai, tapi kali ini aneh sampai jeno gamasuk sekolah. Jelas-jelas ada dua panggilan tak terjawab yang ia dapatkan kemarin, sekitar jam sepuluh malam dari jeno.

Haechan sengaja tidak angkat. Ia sebal perihal ucapannya pas itu seakan-akan nyudutin renjun, Entah dirinya menyangkal kalau ini semua berawal dari dirinya. Harusnya jeno mengerti dong, batinnya.

Tapi buat apa jeno repot-repot memanggilnya kemarin malam.

"Pak, saya izin kekamar mandi. Urusan perut"

Tinggal dua puluh menit sebelum istirahat, haechan memilih keluar duluan. Mending kekantin ngisi perut daripada ikut pelajaran biologi yang tidak masuk sama sekali ke otaknya, rasanya jenuh sejaman duduk diam didalam kelas.

Haechan sengaja puterin arah nglewatin kelas doi idamannya, itung-itung ngintipin dia belajar. Tapi haechan malah nyadar sama sesuatu yang janggal juga.

Jaemin juga ga ikutan masuk?

Bukan sebab kalau ia curiga, masalahnya jeno absen tanpa ada pemberitahuan kertas maupun dari ketua kelas. Sekarang saudaranya juga ikut gamasuk.

Bahtera • jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang