Pelarian

1.2K 145 4
                                    


Jam enam semua sudah siap, kecuali Jeno. Anak itu masih tegupuh-gupuh membereskan seragam. dilain sisi mark selesai makan sereal, jaemin masih minum susu, mama alias Taeyong sudah habis membaca tabloid minggu ini.

Jeno menyesal kalau bangun telat begini. Udah kebiasaan bawa kendaraan ia jadi punya jam berangkat sendiri.

"Pulang jam berapa kamu jen?"
Mamanya sudah mengintimidasi sejak jeno menjajakkan telapak kakinya ke anak tangga. Suaranya menggelegar buat goyah. Ia tambah dicap tidak sopan kalau meyahut dari atas, jadi jeno turun terburu-buru lengkap seragamnya yang belum rapi.

"Hng, jam sembilan kayaknya mah"
Baru saja mendudukkan pantat ia sudah mendengar mama menghela napas panjang.
Jeno jadi sangsi untuk memulai sarapan.

"Terus-terusin aja pulang malemnya baru sma bukannya belajar malah klayapan"
Jeno tetap jadi jeno. Mau sesering apa mamanya mengomentari hidup dia memilih untuk diam. Disini jeno memang salah kok, bukannya dia yang seharusnya minta maaf?

"Maaf mah"

"Apa kamu selama ini begini kalau ditinggal. Mau jadi apa kamu kalau belajar ga bener? Mau ngemis dijalan? Betah jadi orang ga guna? Inget nilai rapot kemarin dapet berapa"

"Harusnya dari awal papa kamu ngga manjain macem-macem kalau tau kelakuanmu kayak gini. Mama udah bilang kenapa kamu gabisa contoh kayak mark. Harusnya kamu malu jaemin bisa lebih baik daripada kamu"

Suasana ruang makan jadi berubah. Mama marah itu sudah wajar walaupun harga dirinya retak berkeping-keping dipermalukan didepan kakak adiknya. Walaupun tersinggung, Mark dan jaemin cuma bisa menonton nanar, tayangan seperti ini sudah seperti siaran setiap pagi setelah sarapan. Celana seragam jeno sudah diremas kuat-kuat. Tingkahnya jadi kikuk seperti ketahuan bersalah, tapi memang ia bersalah bukan?

Salah siapa kalau begini? Salahmu? Salah mama? Salahnya!

.

Seharian jeno cuma bisa bengong, perkataan mamanya terngiang-ngiang sampai isi pikirannya kosong. Insiden tadi pagi berakar kemana-mana sampai hilang konsentrasi belajar hilang.

"Jeno!"

"Hah apaan chan"

"Bengong mulu daritadi pagi jadi ga kerumah"

"Kerumah si-siapa?"

"Hahaha jung pikun jeno ya kerumahku lah, kemarin kan udah ngomong"

"Oh bunda ya"

"Kenapa lo jadi mikir bunda gue"

"Hah ng-ngga maksudnya kemarin katan—"

"Hih lucu banget sih lo, jadi ga hari ini?"
Haechan buka peluang jeno ada kesempatan, kesempatan buat kabur dari mamanya. Sudah jengah rasanya ia dicibir mulu toh juga pulang cepat tidak menghindarkan dari neraka buatan mamanya. macam-macam tapi mau gimana lagi. Setidaknya malam ini ia tidak harus semeja makan dengan keluarganya, lagian hari ini jumat, sabtu sekolahan mereka sudah mulai akhir pekan alias libur.

"Iya"
Jeno mempertaruhkan segalanya begitu yakin. Dia butuh pelarian malam ini.

.
Haechan jeno pulang sekitar jam enam setelah puas bermain di warnet. inisiatif jeno mau beli kudapan buat keluarga haechan sekalian untuk makan malam ya walaupun cuma terangbulan ukuran jumbo rasa coklat keju.

"Bunda, ada jenoo"

"Mana sini lihaat"
Taeil, Bunda haechan menyahut dari bagian belakang rumah sibuk dengan urusan dapur.

"Makanya kesini dong bun—loh dad udah pulang toh"

"Malam om tante, maaf ya cuma bisa bawain jajan kecil-kecilan"

Baru menyapa eh wajah jeno tiba-tiba ditangkup. Bunda haechan tersenyum begitu lebar menatap lekat jeno dengan tangan belepotan tepung. Kepala jeno digeleng-geleng gemas.

"Ih repot-repot, manis banget kamu. Ya ampun haechan, ini yang namanya jeno? Kamu ternyata ganteng banget ya. Kebanyakan temen-temen haechan dekil-dekil semua"

"Udah dong bun itu wajah jeno jadi kena tepung"

"Masih ganteng kok ga kayak kamu"

Haechan mendengus pelan. Jeno tersenyum canggung tapi ia terkesima. Bunda haechan ramah banget. Mana bisa disandingkan dengan mama dirumah. Johnny alias ayahnya haechan ikut berjalan menuju ruang makan, tangannya ia rangkul di pundak jeno. jeno menatap johnny dengan raut terkejut yang dibalas kekehan pelan oleh johnny.

"Santai aja kadang memang bundanya haechan suka gitu. Nak jeno ikut makan malam bareng yuk"

Sekarang semuanya sudah kumpul di ruang makan. Keluarga haechan senang berbincang disela makan malam, jeno juga bolak-balik ditanya yang dibalas seadanya sama jeno. Ia emang tipikal ga banyak bicara dengan orang baru. Walaupun keluarga haechan sangat ramah dan impresi pertama begitu terbuka ia tetap saja ia masih merasa sungkan.

"Kamu tau jen kenapa aku manggil pake Dad? Soalnya dad sok inggris!"

"Emang dad dari chicago kok, kuliah dulu juga tamat di California. Dad ini bukan sok inggris tapi emang inggris"

"Ewh yang papa sebutin itu dari amerika semua"

Jeno terkikik karena pertengkaran kecil antara anak dan bapak didepannya.

"Hehe jeno gausah malu-malu gitu lagian om familier banget sama wajah nak jeno persis sama temen lama om"

"Iya yah, persis temenmu yang namanya jeffrey"

Kegiatan makan jeno terhenti. jeffrey, california, jangan-jangan ayah haechan teman kuliah papa.

"Loh om kenal jung jaehyun?"

"Jeno ternyata anaknya Jung Jaehyun toh? Om baru inget anaknya jeffrey ada yang seumuran sama haechan. Titip salam ya sama papa kamu"

"Pantes! Gantengnya emang nurun sih"

Johnny pura-pura merengut. Haechan mendelik tidak suka sama omongan bundanya.

"Gih bunda daritadi puji-puji jeno segala. naksir sama jeno?"

"Kalo bunda jawab iya, haechan emang mau punya ayah baru temen kamu sendiri?"

Lalu seisi ruang makan tertawa terbahak-bahak.

.

"Jen"

Keduanya sudah tenggelam didalam buntalan selimut. Hari ini  jeno benar-benar  niat untuk menginap, toh kedua orangtua haechan tidak mempermasalahkan kok, haechan malah suka.
Seragamnya sudah dicuci bersih oleh bunda haechan jadi jeno cuma pakai kaos oblong hitam seadanya punya haechan.

"apa chan?"

"Tumben banget lo mau nginep"

"Ya apa ya..untung aja hari ini jumat jadi besok libur, lagian bunda lo sendiri yang tadi suruh"

"Haha lo ama bunda gue langsung nurut ya."

"bunda lo baik chan"

kini posisi mereka menghadap langit-langit didalam gelap kamar. sudah jam sebelas malam malam. haechan menguap lebar-lebar, tidak kuat diserang kantuk lebih lama lagi. dilihatnya jeno bergelung manja dengan selimutnya yang hangat yang sudah ke alam mimpi duluan.

"met bobok indah jen"

degup dada begitu kencang seiring sayup sayup suara parau mengayun indah ditelinga. dibalik memejamkan mata ternyata  jeno belum tertidur pulas. hanya karena ucapan selamat malam.


author note:

ga update klo ga stream ridin' cepats

Bahtera • jenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang