You're vote and comment are so precious for me.....
Sorry for typo
Happy Reading....
_
Senja adalah saat di mana matahari mulai terbenam. Meninggalkan seberkas cahaya yang begitu manabjubkan, memanjakan setiap mata yang melihatnya. Meninggalkan kesan romantis yang begitu syahdu bagi mereka yang paham maknanya, tapi sayangnya senja hanya bertahan sebentar saja sebelum di gantikan dengan malam pekat yang gelap gulita. Senja yang indah, namun hanya sebagai perantara sebelum datangnya sang malam.
_
Pagi ini hujan turun dengan gerimis, menciptakan sebuah nyanyian rintik yang berakhir rindu. Terkesan klise, namun itulah kebanyakan gambaran tentang hujan gerimis. Tak deras namun mampu membasahi tempat yang di singgahi , seperti tidak memiliki pedoman yang pasti. Namun, hujan gerimis bisa menjadi begitu bermakna. Contohnya untuk diriku yang saat ini masih betah bergelung dalam balutan selimut bad cover tebal nan lembut, semakin mengeratkan selimut dengan gambar karakter favorit ku guna menghalau dinginnya udara yang mendampingi gerimis.
Surga dunia. Namun, itu tak berlangsung lama. Karena sebuah lengkingan suara dengan diikuti oleh tarikan pada selimut yang membalut tubuh ku, sangking kencang nya tarikan itu membuat tubuh kecil ku ikut tertarik dan berakhir dengan jatuh mencium dinginnya lantai marmer di kamar ku .
"BANGUN, BAGAIMANA MUNGKIN ANAK GADIS JAM SEGINI MALAH BERMALAS-MALASAN DI TEMPAT TIDUR. MAU JADI APA NEGARA INI KEDEPANNYA, JIKA SEMUA GENERASI MUDA MEMILIKI SIFAT SEPERTI MU. "
Ok, itu adalah salah satu kalimat pedas andalan bunda saat membangun kan ku. Oh, apakah tidak ada cara lain yang lebih baik untuk membangunkanku ? Dengan usapan lembut misalnya. Ah lupakan, itu hanya ada di dalam novel.
Akhirnya akupun bangkit duduk, menatap wanita paruh baya yang saat ini berkacak pinggang dengan tatapan matanya yang khas. Wajah nya masih terlihat cantik di usianya yang sudah tak muda lagi, pantas saja dulu ayah jatuh hati pada bundanya ini . Karena memang wanita yang juga bundanya itu adalah seorang yang sangat menawan,
"Kapan kamu berubah Aira, kamu itu sudah besar, sudah tidak pantas lagi jika terus bermalasan di pagi hari layaknya anak kecil. "
Tambah bunda dengan suara yang lebih pelan. Selalu kata-kata ini yang keluar di setiap ceramah pagi hari, sampai-sampai aku hapal di luar kepala.
"Bun, aku baru menjadi seorang mahasiswa . Jadi wajar jika menikmati waktu indah di pagi yang gerimis ini, salahkan saja gerimis yang datang dan membuat ku jadi betah di atas kasur. " Ujarku dengan mulai bangkit berdiri dan merapikan selimut bergambar kartun kesukaan ku.
Plakkk....
"AWWWHHH.."
Suara tepukan keras tangan bunda di pantatku membuat ku ingin mengumpat, namun masih bisa ku tahan karena aku tak mau sampai mendapatkan lontaran ceramah yang panjang dan jangan lupakan dengan beberapa tepukan serta cubitan maut bundaku jika aku mengeluarkan kata-kata mutiara andalan anak muda zaman now, dan alhasil hanya pekiikan yang aku keluarkan .
"Jangan menyalahkan cuaca, dasarnya malas ya tetap malas. Oh Aira, kapan kamu berubah. Bunda sudah bosan mengingatkan kamu, ingat kamu itu sudah dua puluh tahun, dan kamu juga seorang mahasiswa. Malu dengan gelar maha yang kamu sandang saat ini, kalo kelakuan kamu masih sama bahkan lebih parah dari seorang siswa, kembali jadi siswa SD saja sana. "
Ok, itu menyakitkan. Oh darimana kata-kata pedas bundaku ini dapatkan, bukankah dia seorang ahli gizi yang seharusnya ramah, tapi kenapa malah kata-katanya begitu pedas seperti seorang pengritik politik di negara ini. Ok, lupakan . Lagi pula enak saja kembali jadi anak SD yang terkesan masih bocah ingusan, susah payah aku menyandang gelar maha di depan kata siswa. Aku harus belajar dan mengikuti tes yang rumit untuk bisa lulus masuk perguruan tinggi negeri yang aku impikan, belum lagi setelah itu aku harus berhadapan dengan para senior yang mengospek ku saat aku di nyatakan lulus, sebelum aku sah mendapatkan gelar mahasiswa dan juga jas kebanggaan yaitu almamater kampus. Uh, dasar bunda ku ini kalo ngomong gak suka asal jeplak tanpa pertimbangan untuk gadis berhati lembut seperti ku ini, untung aku sayang Bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nightfall
Teen Fictionsemua berawal dari tragedi di suatu senja, mempertemukan dua orang anak Adam dan Hawa dalam keadaan yang kurang baik. Si gadis dengan rasa kecewanya dan si lelaki dengan kegagalannya, hingga akhirnya cerita tentang mereka pun terus mengalir, seperti...