S&F | 11

22 0 0
                                    

"Menurut lo gimana?"

"Lo bego."

"Kok lo jadi ngegas si Nu."

Danu menghela nafas, "Minta saran, tapi gak mau nerima." kesal sekali melihat tingkah orang yang selalu meminta pendapat tapi tidak mau menerima jawaban lawan bicaranya.

"Pusing gue, butuh dokter cantik."

"Alesan lo klasik banget, dikit dikit pusing. Alay." Danu mengusap kepala nya dengan kasar, "semua keputusan ada di diri lo sendiri, Jar." lanjut Danu

Fajar tidak mengerti, kenapa semua teman temannya selalu menyuruh dia untuk melupakan pujaan hatinya, Reina. Semua hal yang ada pada Reina terlihat sempurna, susah sekali mengalihkan pandangan darinya. Danu benar, semua keputusan ada pada dirinya. Haruskah Fajar melupakan Reina? entahlah dia sendiri masih bingung dengan perasaannya.

Di sisi lain Fajar masih sangat mencintai perempuannya, dan menyayanginya. Tapi entah mengapa hati Fajar selalu menolak dengan kehadiran Reina. Keduanya sudah saling mengenal sejak lama, bahkan menjalin hubungan walau hanya sementara. Sangat disayangkan jika Reina hanya melihat sisi materi yang ada pada Fajar.

Fajar melamun, pikirannya berkecamuk menjadi satu. Guru yang sedari tadi menjelaskan di depan papan tulis pun tak dihiraukan olehnya. Ah biar sajalah. "Kalau Senja gimana ya." gumam Fajar

Danu yang sedang fokus memperhatikan kedepan tiba-tiba saja menoleh ke samping, "Gila, lo bener-bener gila sekarang." ujar Danu sambil menggelengkan kepalanya. Wajahnya menampakkan tanda heran. Bagaimana bisa Fajar beralih begitu saja, ke Senja sekali pun.

"Diem lo ah!"

"Secepat itu bisa berpaling Jar?" Danu masih tidak menyangka, Fajar mulai menampilkan perilaku fakboy sekarang. dia kira semuanya sudah berakhir, ternyata terulang lagi.

Fajar hanya menampilkan wajah kusutnya. "Nih ya," dia membenarkan posisi duduknya menjadi tegak, "Sebenernya gue udah ngerasain ini lama banget, cuman gue nya aja yang labil." lanjut Fajar

Kedua alis Danu mengkerut, dia tidak mengerti. "To the point, please!"

"Gue selalu ngerasa seneng banget kalau deket sama Reina, entah itu saat dia cuekin gue ataupun lagi baik. Tapi, degupan jantung gue beda ga-" belum selesai Fajar cerita, Danu memotongnya.

"Beda gimana? ilang gitu?"

"Tolol! diem dulu kek, gue selesain dulu," Danu hanya mengangguk patuh, "Degupan jantung gue beda, ga ada respon apapun kalau lagi deket sama Reina."

"Terus?"

Fajar terlihat bepikir sebentar, dengan rasa ragu dia melanjutkan. "Senja, kalau lagi deket sama dia gue tuh selalu ngerasa hidup, Nu. Padahal selama ini gak terlalu deket sih. Degupan jantung gue beda banget, geter terus." ceritanya sambil memegang dada

Danu menampilkan tatapan jijik, "hape kali geter." sejak kapan Fajar mulai memperhatikan Senja, ada sedikit perasaan yang menganggu saat Fajar mengatakan hal itu. "Gue tebak sih, lo suka keduanya Jar."

Shit! bahkan Fajar tidak mengerti bahwa dia menyukai keduanya. Sepolos itukah Fajar. secara tidak langsung Fajar membuat keduanya berada di ambang perasaan. "Reina selalu nolak gu-"

Brakk!

"Aw! allahu akbar!" Jerit Fajar yang sedang mengusap kepalanya, terlihat penghapus yang sudah kotor jatuh tepat berada di depannya.

Melihat seisi kelas, hanya penuh dengan tawa. "Mampus lo Jar." ledek Raka sambil tertawa puas. Tio yang berada di sebelahnya pun tak kalah seru melihat pertengkaran keduanya.

SENJA & FAJARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang