Kala itu langit berubah kelabu
Memupuk haru dan tak ada lagi harap untuk bertemu
Bertahun-tahun sudah aku terjerat dalam untaian sembiluKala itu bintang melintang
Menimbulkan remang dan meninggalkan kenang
Bertahun-tahun sudah aku lupa akan rasa senangKala itu juga kau menyapa
Menimbulkan asa dan aku tak cepat cepat berbicara soal rasa
Kau bangkitkan aku dari sesuatu bernama 'putus asa'Dengan rasa hati-hati,
Kau coba masuk dan mengetahui lebih dalam lagi
Kau mengetuk pintu hati tanpa sadar hati ini telah lama matiKau setia menunggu hingga aku dapat membuka lebih lebar lagi
Kukira kau lakukan dengan cuma-cuma,
Nyatanya kau harap balas budiSetelah mengoyak diri ini,
Kau sadar tak mendapatkan yang kau ingini
Kau pergi seolah sesuatu tak pernah terjadiMeninggalkan aku dengan tanda tanya besar yang enggan untuk ku tanya kejelasannya
Tak lama setelahnya kau kembali
Bukan lagi untuk menyuruh ku buka hati
Atau memberi sesuatu yang sejak awal kau cariMelainkan melayangkan permintaan maaf yang belum ku telan seutuhnya
Juga meminta bersikap seperti semula
Dan aku pun terpaksa pura pura.a.n.
Lebih panjang, ya? Tidak jelas juga. Sebenarnya ini sebuah ungkapan, sih. Tentang seseorang yang tiba tiba datang dan mengaku ingin selalu ada. Juga seseorang yang tidak bisa menghargainya, katanya. Sejak awal memang tidak ada pembicaraan soal perasaan, kan?Karena menghargai perasaan orang bukan berarti membalasnya, —kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
pilu
Poetry- semayamkan luka, dengan kata kata - • Sebuah kutipan perjalanan panjang yang lebih banyak jatuh, bangun, jatuh, sendirian. Rasanya sulit mendapatkan uluran tangan. Perjalanan panjang yang lebih sering menggoreskan luka, sampai lupa. Bahagia seben...