💙He Lied Back

814 135 115
                                    

2 bulan telah berlalu. Kini Taevan sedang menggendong putri kecilnya yang ia beri nama Bella. Sedangkan sang putra yang di gendong oleh Jisella ia beri nama Aleano. Kehadiran sang buah hati membuat hidup Taevan dan Jisella semakin berwarna. Meskipun terkadang mereka lelah menenangkan si kembar yang rewel secara bersamaan. Tapi itu semua adalah momen berharga bagi para orang tua. Taevan pun sering pulang lebih cepat karena ingin membantu Jisella mengurus si kembar. Jisella merasa sangat beruntung. Selain menjadi suami yang baik, Taevan juga menjalankan perannya sebagai ayah yang baik juga.

Setelah menidurkan si kembar, Jisella kembali menjalankan aktivitasnya sebagai istri. Ia harus pintar-pintar membagi waktu untuk beres-beres, masak, mencuci, mandi, mengurus anak dan mengurus suami. Saat melihat Jisella yang sedang sibuk di dapur, Taevan mencuri kesempatan untuk menelpon Luna. Wanita itu beberapa kali menelponnya namun tidak Taevan angkat karena ada Jisella.

Belum sempat menelpon, tiba-tiba saja Luna mengirim pesan kepadanya.

My Luna❤️
Mas, kita harus ketemu malam ini.

Taevan
Aku usahain. Soalnya si kembar pada rewel. Apalagi Bella, dia demam.

My Luna❤️
Kamu udah gak peduli sama aku.
Setelah anak kamu lahir, aku di cuekin.

Taevan
Oke, nanti malem ketemu ditempat biasa.

Waktu bergulir dengan cepat hingga malam pun menampakkan dirinya. Taevan mondar mandir di ruang keluarga sembari menggaruk belakang telinganya yang tak begitu gatal. Taevan merasa berat untuk meninggalkan Jisella yang sedang kerepotan mengurus si kembar. Apabila malam tiba pasti bayi-bayi itu jauh lebih aktif, terlebih Bella yang sedang demam membuat putrinya itu kesulitan untuk tidur dan terus menangis.

Tapi, bagaimana dengan Luna nya? Taevan sadar beberapa hari ini ia kurang perhatian dengan Luna dikarenakan sibuk mengurus pekerjaan dan anak kembarnya. Taevan berusaha bersikap adil, maka dari itu ia sedang mencoba mencari alasan yang tepat agar Jisella mengizinkannya untuk keluar rumah.

"Jisella," panggil Taevan. Berjalan sedikit cepat kearah Jisella.

"Iya, Mas." Jawabnya, menoleh kepada suaminya.

"Mas harus ke kantor malem ini. Karena ada beberapa pencuri yang masuk kedalam kantor, Mas takut surat-surat penting kantor di bawa mereka." bohong Taevan dengan wajah yang dibuat panik.

"Ya tuhan. Ya udah Mas ke kantor aja," ujar Jisella ikut perihatin atas musibah yang menimpa suaminya.

"Tapi, kamu repot banget ya urus si kembar?"

Jisella tersenyum, berusaha tidak membuat suaminya khawatir. Meskipun nyatanya ia kerepotan jika tidak dibantu suaminya.

"Enggak, Mas. Ya udah Mas cepetan ke kantor. Tapi, kalau udah kelar langsung pulang ke rumah ya."

Taevan tersentuh. Jisella benar-benar mempercayainya.

"Ya udah. aku berangkat dulu ya," pamit Taevan, masih mempertahankan aktingnya yang terlihat panik dan buru-buru. 

"Iya, Mas. Hati-hati!"

Taevan tersenyum dan mengangguk pelan. Matanya melirik bella yang sedang di gendong oleh Jisella.

"Bella, cepet sembuh ya sayang. Ayah pergi kerja dulu ya... Nanti kalau udah selesai, ayah pulang kok. Tungguin ayah ya, nanti kita mainan lagi," kata Taevan di dekat bella, lalu mencium pipi Bella.

"Iya, Ayah," balas Jisella membuat suara seperti anak kecil.














Luna sedang duduk menunggu Taevan di tempat biasa mereka berkencan. Luna memeriksa jam tangannya beberapa kali. Ia menghela nafas panjang saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 20.15 wib. Itu artinya Taevan sudah terlambat 15 menit, pria itu tidak konsisten dengan waktu janjian mereka.

Hampir bosan dan ingin beranjak pergi, akhirnya Taevan datang dengan raut wajah lelah. Luna mengerucutkan bibirnya kesal, pasti Taevan kelelahan mengurus anak-anaknya dirumah. Memangnya Jisella sendiri tidak mampu mengurus anaknya?

"Maaf ya...Mas telat." Taevan segera duduk di hadapan Luna sembari menyeka keringat yang keluar dari keningnya.

Luna mengangguk singkat. "Kok keringetan, Mas?"

"Iya, Nih. Buru-buru soalnya," jawab Taevan namun masih sibuk mengelap keringatnya dengan tisu yang ada di atas meja.

"Mas, aku mau ngomong sesuatu."

Taevan mengangguk. Pria itu memfokuskan pandangannya kepada Luna yang terlihat serius.

"Mas, aku hamil."

Luna begitu lega karena telah memberi tahu kabar bahagia ini kepada Taevan. Ia baru memeriksanya dua hari yang lalu, kini usia janinnya sudah menginjak 6 minggu.
Berbeda dengan Luna yang merasa bahagia, Taevan sendiri sangat terkejut dan tidak percaya dengan ucapan Luna.

"Kamu bohong kan?"

Senyum Luna segera menipis ketika mendengar ucapan Taevan yang terlihat tidak senang. Jangan sampai pria itu tidak bertanggung jawab atas perbuatannya.

"Aku serius. Memangnya Mas gak senang?"

"Katanya kamu minum pil pencegah kehamilan. Kok bisa hamil?" Tanya Taevan, sedikit menaikkan volume suaranya.

"A-aku bohong waktu itu. Tapi aku ngelakuin ini karena ingin punya anak, Mas. Bukanya Mas juga seneng ya punya anak lagi? Mas kan suka anak-anak," jawab Luna enteng. Tanpa memikirkan dampak kedepannya.

"Astaga Luna! Kamu tahu gak sih perbuatan kamu bikin masalah! Aku memang cinta sama kamu, tapi untuk memiliki anak dengan mu, Mas belum siap. Kamu sadar gak sama hubungan gelap kita? Kalau sampai keluarga ku dan keluarga mu tahu gimana?"

Taevan berucap panjang lebar dengan nada sedikit tinggi tidak seperti biasanya. Pria itu terlihat kesal dan kecewa dengan Luna yang ternyata membohonginya. Luna sendiri tidak peduli dengan ke khawatiran Taevan. Bahkan Luna siap memberitahu keluarganya jika ia dan Taevan berselingkuh dibelakang Jisella dan saat ini Luna sedang mengandung anak Taevan.








Disisi lain, Jisella sedang panik lantaran suhu tubuh Bella meningkat drastis. Entah apa sebabnya, tiba-tiba saja demam Bella kembali tinggi membuat Jisella ketakutan dan segera menghubungi Taevan.

"Angkat dong, Mas!"

Jisella sibuk menunggu Taevan menjawab telponnya sembari menenangkan Bella.

"Ya tuhan, gimana ini." Jisella tidak ada pilihan lain lagi. Dirinya harus pergi kerumah sakit segera sebelum kondisi bella semakin parah.

"Aduh, Aleano gimana ya?" Bella teringat dengan putranya. Tidak mungkin kan ia membawa dua bayi sekaligus. Mau tidak mau Bella menelpon mamanya agar dapat membantunya. Meski rasanya tidak enak karena sudah malam, tapi mau bagaimana lagi?

"Kenapa, Sella?" Jawab Dara dari seberang.

"Mama, bisa kerumah aku gak? Bella sakit Ma, sella mau bawa kerumah sakit. Tapi bingung siapa yang jagain Ale."

"Suami kamu mana?"

"Ke kantor katanya," jawab Sella.

"Oke-oke. Mama otw sama papa kamu."

Beberapa menit berlalu akhirnya Mama dan Papanya datang kerumahnya. Untung saja jarak rumah Jisella dan rumah Orangtuanya tidak begitu jauh. Jisella akhirnya membawa Bella kerumah sakit, diantar oleh papanya, sedangkan Dara menjaga Ale dirumah. saat di perjalanan pun Jisella tetap menghubungi nomor suaminya namun tidak ada respon sama sekali. Di chat pun tidak di balas padahal suaminya online. Jangan sampai Taevan mengulangi kesalahan seperti dulu. Jisella akan sangat kecewa.















Alohaaaa
Jangan lupa follow akun ku AnayuraNiluh
Jangan lupa vote komen ya.
Huhu bentar lagi ending....beberapa part lagi sih.

.

BETRAYAL✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang