💙Punishment For Them

934 154 91
                                    


Dara menutup telinganya ketika mendengar suara teriakan Luna. Anak bungsunya itu mengamuk setelah mengetahui jika dirinya keguguran. Akibat kecelakaan yang ia alami membuat janinnya tidak bisa diselamatkan dan kakinya mengalami keretakan yang cukup parah sehingga Luna tidak bisa berjalan normal kembali.

Luna mengamuk, membanting semua benda yang bisa ia gapai. Ia berteriak memanggil nama Taevan dan juga Jisella. Sedangkan di luar ruangan Jisella hanya fokus menatap lantai dengan wajah datar. Ia mendengar suara adiknya, tapi tidak berniat sama sekali untuk masuk kedalam. Jika bukan dipaksa mamanya, maka Jisella tidak akan mau menjenguk Luna dirumah sakit. Jujur, Jisella masih sakit hati dan sulit untuk memaafkan adiknya.

"Semuanya gara-gara Kak Jisella!" Teriak Luna marah. Nafasnya naik turun tidak beraturan dengan wajah yang memerah. Baginya, Jisella adalah biang masalah dari semua ini. Taevan memang mendorongnya, tapi Taevan melakukan itu karena sedang emosi dengan Jisella yang akan menceraikannya.

"Masih aja kamu nyalahin kakak kamu. Jelas-jelas kamu yang salah!" Dara berusaha menyadarkan putrinya.

"Bayi ku udah gak ada, aku gak bisa berjalan normal lagi dan sekarang Taevan pergi entah kemana. Kenapa, Mah! Kenapa tuhan gak adil. Luna mau Taevan!" Luna kembali berteriak, kali ini ia menjambak rambutnya dengan keras.

"Luna!" Dara berteriak, berusaha menghentikan Luna yang menyakiti dirinya sendiri.

"Aaaaa!! Mas Taevan dimana, Mah. Aku butuh dia!"

"Luna! Lepasin tangan kamu, jangan sakitin diri kamu sendiri!" Dara bersikeras melepaskan tangan Luna yang menjambak rambutnya.

"Semua ini gara-gara Kak Jisella! Kenapa sih aku punya kakak kayak dia, kenapa Kak Jisella egois dan gak mau mengalah!" Luna menangis cukup keras, membuat darah kewalahan.

"Luna! Sadar, Nak. Kamu salah, yang kamu lakuin itu salah. Seharusnya dari awal kamu gak selingkuh dengan Taevan. Kamu kan tahu dia suami kakak kamu. Sadar!"

Luna tahu. Tapi ia tidak mau disalahkan. Lagipula, cinta itu datang tiba-tiba dan mencintai Taevan tidak salah kan?

BRAK

Pintu kamar rawat Luna di buka keras oleh Jisella, membuat Luna yang awalnya menangis tiba-tiba diam dan menatap kakaknya penuh amarah.

"Ngapain kakak kes-"

PLAK

Pipi Luna ditampar keras oleh Jisella. Salahkan Luna yang tadi menyalahkan Jisella, padahal sudah jelas Luna lah yang bersalah.

"Kakak denger omongan kamu tadi. Kamu nyalahin kakak atas semua ini?" Tanya Jisella dengan penuh tekanan. "Sadar, Hey! Kamu yang salah, kamu yang menggoda suami orang. Kamu yang rebut suamiku! Dan sekarang nikmati karmanya. Kalian berdua pantes dapetin itu, bahkan ini belum seberapa. Rasa sakit ku jauh lebih menyakitkan!" Imbuh Jisella, matanya menatap tajam Luna.

Luna tertawa kecil. "Aku gak sepenuhnya salah karena Taevan juga membalas perasaanku. Dia lebih mencintaiku, bahkan Taevan terang-terangan menghina kakak. Kakak gak tahu kan? Taevan bilang, aku jauh lebih hebat dan memuaskan daripada kakak. Memang dasarnya kakak yang lemah, bodoh dan gak becus jadi istri!"

"LUNA!" belum sempat Jisella menjawab sudah di sela lebih dulu oleh Dara. Ia benar-benar kecewa dengan perilaku Luna yang semakin menjadi-jadi.

"Kenapa, Mah? Bela aja kakak terus! Aku memang gak pernah di sayang, selalu kakak yang di utamain."

Dara sudah habis kesabaran menghadapi Luna. Anak nya itu selalu saja merasa kurang, padahal di banding Jisella, Luna lah yang sering di perhatikan dan di sayang. Jisella sendiri sosok anak yang mandiri dan tidak manja, berbeda jauh dengan Luna.

BETRAYAL✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang