💙confession

1K 172 167
                                    

"Anak gak tahu malu!"

Plak

Wajah Luna tertoleh kekiri akibat tamparan dari sang Papa. Bahkan tamparan pun tidak akan sebanding dengan luka yang Luna berikan kepada Jisella.
Dara melempar baju-baju Luna, menyuruh anak bungsunya itu untuk angkat kaki dari rumahnya.

Jisella sedang menatap lurus kearah Luna. Menyaksikan sang adik yang sedang di marahi habis-habisan oleh orang tuanya.

"Maafin, Luna..."

Mereka bertiga menghela nafas mendengar luna meminta maaf. Kata maaf sangat tidak berguna bagi Jisella. Rumah tangganya sudah hancur karena ulah Luna.
Adik nya itu sudah jujur kepadanya bahwa ia lah yang menggoda Taevan lebih dulu, hingga pada akhirnya Taevan pun membalas perasaan Luna hingga berakhir seperti ini.

"Apa salah kakak sama kamu, Lun? Kenapa harus suamiku yang kamu rebut? Apa stok laki-laki di negara ini habis?" Jisella berucap dengan nada dingin, serta tatapan tajam kearah Luna.

Luna tak menyangka jika kakaknya bisa sedingin es dan sangat menyeramkan. Ia pikir Jisella perempuan yang lemah dan hanya bisa menangis, lalu sukarela memberikan Taevan kepadanya.

"Kenapa kamu semurah itu, Luna? Apa kamu merasa hebat karena sudah merebut suami orang dan menghancurkan rumah tangganya?" Sarkas Jisella, lalu menertawai kebodohan adiknya.

"Kamu menginginkan Taevan? Silahkan ambil. Kakak gak butuh laki-laki pengkhianat dan tukang selingkuh seperti Taevan. Kalau kamu mau, ambil aja sana. Itung-itung kamu mendapat predikat Pelakor terbaik karena mampu menghancurkan hati istri Sah dan membuat anak sekecil Aleano merasakan broken home. Dan jangan lupakan Bella, dia korban atas perbuatan kamu. Seharusnya Taevan ada disamping Bella, tapi ternyata malam itu dia ada disamping jalangnya,"

"Kak Sella!" Luna berteriak marah. Dirinya merasa di hina dan dipermalukan oleh Jisella di depan orang tuanya.

"Apa? Kesindir? Malu, gak terima? Memang kenyataannya kayak gitu kan?" Balas Jisella dengan berani.

Dara dan Reno hanya diam mendengarkan ucapan Jisella. Mereka tahu betapa sakitnya hati Jisella saat ini, maka dari itu Jisella tampak lebih berbeda dari sebelumnya. Tidak ada wajah ramah dan lembut. Yang ada hanya wajah penuh kekecewaan.

"Aku lagi hamil, Kak!" teriak Luna dengan air mata bercucuran.

"Terus?" Jisella menaikan satu alisnya. Jisella bahkan tidak peduli dengan kondisi Luna saat ini.

"Kakak jangan menekan aku kayak gini! Kata dokter aku gak boleh stress!"

Menekan? Jisella tertawa kecil dan mengalihkan pandangannya kearah lain. Bisa-bisanya ia di tuduh menekan Luna. Selama ini Jisella lah yang tertekan, dan tersakiti.

"Luna," panggil Dara. Wanita itu maju beberapa langkah untuk mendekati putrinya. "jangan pernah merasa tersakiti. Kamu lah sumber masalahnya. Kamu yang membuat rumah tangga kakak kamu hancur, dan kami selaku orang tua kamu sangat kecewa. Apa Mama dan Papa pernah mendidik kamu seperti itu? Apa mama dan papa pernah berlaku tidak adil dengan mu? Kamu di besarkan oleh cinta dan kasih sayang, lalu kenapa sekarang seperti ini?"
Dara tidak sanggup menahan air matanya lagi, ia menangis pilu atas perbuatan Luna yang sangat memalukan. Reno segera datang dan menenangkan istrinya. Sedangkan Jisella enggan menatap Luna lagi, ia terlanjur kecewa dan rasa kecewanya ini akan sangat sulit disembuhkan.

BETRAYAL✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang