💙The Birth Of My Two Angels

794 136 125
                                    


Jisella telah sadar kembali pasca operasi sesar yang ia jalani beberapa jam yang lalu. Hampir saja nyawanya menghilang karena pendarahan yang luar biasa serta terdapat sedikit masalah di kandungannya. Namun, berkah dari tuhan membuat Jisella mampu melewati semuanya. Matanya fokus kepada dua box di sampingnya. Bayi kembarnya lahir dengan sehat dan tidak kurang dari satu apapun. Bayi kembar dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan itu sangat mewarisi wajah sang Ayah. Membicarakan sang ayah, membuat Jisella sangat sedih. Karena suaminya tidak ada bersamanya saat melahirkan putra putri mereka. Jisella kecewa karena Taevan tidak dapat dihubungi. Kemana perginya pria itu?

"Mau dikasih nama siapa?" Tanya Dara membuyarkan fokus Jisella.

"Tunggu Mas Taevan aja, Mah," jawabnya.

Dara menghela nafas panjang dengan raut wajah kecewa. Ibu mana yang tidak kecewa jika menantunya menghilang, tidak ada kabar sama sekali padahal istrinya sedang mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan anak-anaknya.

"Mama jangan marah sama, Mas Taevan. Mungkin lagi sibuk," kata Jisella saat melihat ekspresi Dara yang terlihat kesal saat dirinya menyebut Taevan. Sebenarnya Jisella juga tidak tahu apakah suaminya benar-benar sibuk atau tidak. Tapi yang ia yakini adalah suaminya orang baik dan tidak akan berbuat aneh-aneh diluar sana.

"Sibuk apa? Masa sih dia gak pegang HP dan liat notifikasi dari Mama? Taevan bukan karyawan yang harus lembur setiap malam. dia bos nya!" Kata Dara sedikit keras. Namun ia segera sadar atas ucapannya yang mungkin saja akan membuat Jisella sedih dan overthinking. Apalagi Jisella baru saja melahirkan, harus dijaga kesehatan nya dan jangan sampai stress.

"Maaf...mungkin dugaan kamu benar. Taevan lagi sibuk di kantor," imbuh Dara mengganti opininya.

Jisella tersenyum tipis dan segera mengganti topik lain. "Hm, Papa dimana, Mah?"

"Lagi cari makan."

Jisella mengangguk. "Jisella mau gendong mereka, Mah. Boleh?" Pasalnya, suster sempat melarang Jisella untuk menggendong anaknya dikarenakan kondisinya yang lemah. Daripada bayinya kenapa-kenapa, Jisella di minta istirahat terlebih dahulu.

"Boleh, Sayang. Sella udah gak pusing?" Tanya Dara sembari mengambil bayi laki-laki dari box bayinya.

"Gak begitu, Mah. Tapi Sella kuat kok."

Setelah menggendong bayi laki-lakinya. Jisella merasa takjub karena bayinya yang sangat menggemaskan. Bayi laki-lakinya terlihat sehat dan lebih berisi di bandingkan bayi perempuannya. Jisella menggeleng-geleng melihat wajah putranya yang mirip dengan sang suami. Gen suaminya lebih mendominasi daripada dirinya. Jisella iri, bisa-bisanya ia tidak diberi bagian pada wajah putranya.



Mama Dara🧟

P
P
P
Jawab telpon mama, Van!
Jisella masuk rumah sakit
Harus Opera sesar
*Opelasi
*Operadi
*Operasi
Hih!
Kamu kemana sih
Istri ditinggal sendiri
Gak bertanggung jawab
Kecewa...
Sampai gak cepetan kerumah sakit, mending kamu pisah sama Sella

Jisella

Mas
Dimana?
Perutku sakit banget
Mas pulang...
Sumpah ini sakit banget
Mas kamu dimana
Mas aku pendarahan, aku takut
Mas tolong pulang..


"Sialan!" Umpat Taevan. Membanting ponselnya ke kasur dan bergegas memakai bajunya. Taevan berhenti sejenak untuk mencium bau badannya. Taevan kembali berteriak kesal karena harus mandi terlebih dahulu, jangan sampai bau badannya ini mengganggu Jisella.

Setelah selesai mandi dan berpakaian Taevan bersiap berangkat kerumah sakit. Ia benar-benar menyesal karena tidak mengecek ponselnya. Jisella pasti kecewa dengannya. Taevan takut, takut Jisella marah.

"Mas, mau kemana?" Tanya Luna menggeliat seperti ulat bulu di balik selimut yang menutupi tubuh polosnya.

"Jisella melahirkan, tadi malam mama telpon beberapa kali tapi aku gak cek ponsel ku. Jisella juga chat aku tapi gak aku baca."

Raut khawatir Taevan membuat Luna kesal. Mengapa lebay sekali sih, Jisella hanya melahirkan bukan sekarat.

"Lun."

"Iya, Mas." Luna menatap Taevan dengan senyum hangat.

"Mas udah resmi jadi ayah sekarang. Mas punya bayi, punya malaikat kecil, Lun. Mas udah nunggu-nunggu ini sejak dulu." Taevan menyentuh dadanya yang berdetak lebih kencang.

"Selamat ya, Mas." Luna tersenyum paksa.

"Iya, terimakasih. Mas pergi dulu ya."

Tidak ada ciuman atau pesan agar luna menjaga diri dengan baik. Pria itu terlihat sangat bersemangat karena anaknya sudah lahir. Luna perlahan mengusap perutnya dengan harapan benih Taevan berkembang di rahimnya. Dengan begitu ia bisa lebih diprioritaskan dibanding kakaknya.








Tangan Taevan gemetar saat membuka pintu ruang rawat Jisella. Namun, meski begitu ia harus segera bertemu Jisella dan meminta maaf.

Ceklek

Jisella yang sedang mengobrol dengan ibu dan ayah mertuanya yang baru datang dari luar kota langsung mengalihkan pandangannya ketika mendengar suara pintu terbuka.

"Mas?" Kata Jisella sedikit kaget.

"Taevan..."ucap kedua orang tua Taevan bersamaan.

Taevan segera berjalan cepat menghampiri istrinya. Taevan memeluk Jisella dan mengucapkan permintaan maaf berkali-kali serta memberi alasan atas kebodohannya tidak menemani Jisella saat melahirkan.

"Maafin Mas ya, Sayang. Mas nyesel!"

Kedua orang tua Taevan memandang anaknya dengan kecewa. Bisa-bisanya Taevan ketiduran di kantor dan tidak mendengar notifikasi ponselnya.

"Gak apa-apa, Mas. Aku tahu kamu sibuk banget," jawab Jisella dengan lembut. Ia percaya kepada suaminya.

"Aku janji gak akan kayak gini lagi. Aku janji, Jisella. Maafin aku..." Taevan kembali mencium punggung tangan Jisella disertai isak tangis. Ia harap Jisella akan memaafkannya dan selalu percaya dengannya.

"Iya, Mas. Aku percaya kok."

"Terimakasih, Sayang." Taevan memeluk Jisella dengan perlahan karena ia tahu tubuh istrinya masih lemas.

"Ibu sama ayah kapan datang?" Kini Taevan bertanya kepada kedua orang tuanya.

"Baru sampai dan langsung kesini. Besok-besok jangan diulangi lagi. Tega banget biarin istri melahirkan sendirian. Untung aja ada Dara yang tolongin Jisella. Kalau enggak, anak dan istri kamu gimana!" Ucap Genta menasehati putra kandungnya.

"Iya, yah. Tae janji gak akan kayak gitu lagi."

"Awas aja kalau kamu bohong, Van. Sampai kamu ketahuan nyakitin Jisella, Ibu dan ayah gak akan mengakui kamu sebagai anak lagi," ujar Delima kepada putra keduanya. Delima benar-benar takut Taevan menjadi suami buruk bagi Jisella yang baik hati.

"Iya, Bu," jawab Taevan sedikit takut. Bagaimana jika mereka tahu dirinya berselingkuh dengan adik iparnya sendiri? 













LunTae ketar ketir😐

.

.

BETRAYAL✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang