Cerita 7 - Mata Batin

17 1 0
                                    

Panggil aku pemberani, khususnya untuk hal non-sense seperti hantu atau segala sesuatu yang berbau gaib. Sungguh, aku tidak percaya akan hal itu. Bukan sekali dua kali aku menantang, sebutlah sompral. Namun, tidak pernah terjadi apa-apa padaku. Karena hal seperti itu memang tidak ada. Setidaknya itu yang aku percaya.

Hingga aku mengenal adik iparku. Yang juga menjadi teman baikku, karena kami seumuran. Dia orang Kalimantan, dan pernah klaim bahwa keluarganya memiliki garis keturunan yang tidak biasa, sehingga bisa melihat sesuatu yang tak kasat mata. Jelas, aku tak membeli omongan itu. Tapi dia malah menertawaiku, dan menantangku untuk membuka mata batinku, hanya jika aku cukup berani.

"Apa yang harus aku takutkan?" Kubilang. "Mata batin, apa bedanya? Aneh-aneh saja."

Malam ini kami akan membuktikannya. Kami pergi ke salah satu lapangan olahraga umum di kota Bandung. Terlihat masih banyak orang yang datang ke tempat kuliner yang ada di trotoar dekat lapangan. Namun, di lapangan ini cukup sepi. Hanya ada beberapa orang yang berolahraga. Aku pergi dengan dua temanku, adik iparku, dan adik kandungnya. Adik dari iparku inilah yang akan melakukan prosesi pembukaan mata batinku, katanya dia lebih bisa dan mengerti. Kami berhadapan, dia memejamkan matanya. Lalu tangannya menutup mataku. Entah apa yang dia lakukan.

"Ya, buka." Dia bilang sambil melepaskan tangannya dari mataku.

Aku membuka mataku, pandanganku masih kabur karena efek mata yang ditutup tadi. Sedikit demi sedikit aku mendapatkan fokusku kembali. Tapi, semuanya sama saja, lapangan ini masih seperti yang tadi.

"Apanya yang mata batin? Gak ada apa-apa kok sama aja. Haha." Ucapku mengolok-ngolok iparku dan adiknya, dilanjut dengan tertawaku yang menganggap mereka konyol.

Namun tiba-tiba, hanya beberapa detik setelah aku mengolok-ngolok mereka. Seiring dengan kedipan mataku, sekarang lapangan ini penuh dengan sosok yang datangnya entah dari mana. Dari yang bentuknya seperti manusia hingga yang bentuknya tidak karuan. Mereka ada dimana-mana, hampir berdempet-dempetan.

Sontak aku berteriak, aku bilang aku tidak mau melihat hal semacam itu lagi. Sekarang mereka yang mengolok-ngolokku sambil tertawa.

"Banyak kan? Makanya jangan sompral. Haha." Sahut dua temanku, seakan-akan mereka bisa lihat padahal aku tahu mereka tidak.

Aku menangis sejadi-jadinya, sampai akhirnya adik iparku menutup kembali mata batinku. Sialnya, adik iparku bilang jika mata batin sudah pernah dibuka, tidak akan bisa ditutup sepenuhnya. Pasti menyisakan sedikit kebocoran.

Setelah kejadian itu, aku menjadi orang yang sangat penakut. Aku menjadi terbiasa melihat sosok aneh di tempat yang sepi. Bahkan, di tempat ramai sekalipun. Mereka ada, dengan wujud yang sesuai dengan nama yang sering aku dengar sebelumnya. Terbiasa tidak membuatku jadi berani.

Namun, aku masih suka wisata malam. Dengan teman-temanku tidak masalah, asal tidak sendiri.

Malam ini, aku dan teman-temanku pergi ke sebuah tempat di dataran tinggi untuk menikmati udara malam sambil melihat pemandangan cahaya lampu kota dari atas. Kami berangkat habis shalat maghrib menggunakan dua mobil. Temanku yang mengendarai mobil sudah hafal betul jalan menuju kesana. Aku berada di mobil pertama, yang menunjukan jalan. Perjalanan normalnya ditempuh paling lama dua jam, dengan asumsi macet di beberapa titik. Sekarang hampir tengah malam tapi kami belum juga sampai ke tujuan, padahal jalanan terbilang lancar.

"Kayaknya kita dibecandain deh, jadi jalannya gak kelihatan." Ucap temanku yang mengendarai mobil, karena dia yakin dia sudah lewat jalan yang benar.

Setelah perkataan temanku, kami jadi sadar kalau kami hanya berputar-putar di jalan yang sama. Anehnya, jalan yang kami lewati itu samping kanannya adalah jurang. Dan seingatku, di daerah sini tidak ada jurang. Hingga akhirnya mobil ini menginjak lubang yang cukup besar dan tersangkut.

Kami semua turun dari mobil, para laki-laki berkumpul dan mendorong mobil pertama agar bisa keluar dari lubang itu. Para perempuan menunggu di depan mobil kedua, kami membahas tentang keanehan yang sedang kami alami. Tidak sengaja, pandanganku melihat ke arah atas mobil pertama. Ternyata, kami diikuti oleh sosok kuntilanak yang terbang persis di atas mobil pertama. Dengan kain putih lusuh yang berkibar seperti terbawa angin, dan rambutnya yang mengembang dan panjang.

"Guys, ternyata emang ada yang ngebecandain kita. Dia ada persis di atas mobil." Ucapku ragu-ragu sambil menunjuk ke arah atas mobil, aku memejamkan mata dan menundukan kepala.

Mendengar itu, salah satu dari para laki-laki langsung mengambil tindakan dengan membaca ayat-ayat suci untuk mengusir sosok itu, beberapa laki-laki lainnya bilang "Maaf jangan ganggu kami, kami juga di sini tidak ganggu."

Perlahan sosok itu menghilang seperti memudar. Mobil pertama berhasil didorong hingga keluar dari lubang. Aku pindah ke mobil kedua, karena aku masih takut setelah apa yang kulihat tadi. Kami lanjut jalan. Anehnya, kali ini kami hanya butuh waktu sekitar 15 menit untuk sampai ke tujuan.

Narasumber: pnovenaa

GHOSTBUMPSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang