Tatapan Paula saat ini sangat kosong. Ia tidak mempunyai semangat hidup lagi, bayangkan saja ia di tendang keluar dari rumah sang Grandpa yang sangat ia sayangi. Resiko cemburu ternyata seburuk ini ya?
Ia menghela napas kasar kala jemari tangannya sudah sibuk menari-nari di atas keyboard ponsel. Satu tetes air mata, meluncur begitu saja, dan disusul dengan kristal bening lainnya yang mulai semakin deras.
Bayangkan saja, sahabat mu sendiri kecewa berat padamu. Percayalah, sakitnya tidak sebanding dengan kamu kehilangan seorang kekasih. Ini jauh lebih menyakitkan dari yang kalian bayangkan.
Kini, tidak ada lagi Klarisa dan Paula. Hanya dirinya saja seorang diri, menyusun hidupnya yang sudah teramat berantakan. Kenapa semuanya terjadi seperti ini? Ternyata jejak iblis Valleri melekat di dalam tubuhnya.
Hawa dingin menerpa permukaan wajahnya yang kali ini tidak terpoles make up apapun. Dinginnya malam tidak membuat tubuhnya merasakan dingin, padahal ia hanya mengenakan crop sweater dan celana jeans panjang. Seolah-olah udara malam ini hal yang sama sekali tidak perlu ia hindari.
Cukup, ia menghapus jejak air mata yang meluncur mulus di pipinya. Dengan seulas senyuman manis, ia memandang langit malam yang memang lebih gelap dari biasanya, mendung.
Harusnya ia tidak perlu bersedih. Vrans membebaskan dirinya dari pihak kepolisian dan menutupi semua kebusukannya di mata publik, dengan syarat dirinya harus berjanji tidak bertindak seperti itu lagi. Ditambah satu perjanjian yang membuat dirinya menangis seperti ini, laki-laki itu menyuruhnya untuk mengakui semua kebohongan tentang penyakitnya pada Klarisa.
Dan ya, terimakasih banyak, Vrans. Hidupnya kini benar-benar monoton dan datar.
"Aku harus kemana?"
...
"BERARTI KAMU PECAT AKU, VRANS?!"
Vrans terkekeh melihat wajah memerah padam dengan pipi yang menggembung milik Xena. Gadis itu menatapnya tajam, namun justru terlihat menggemaskan.
"Apa?" Ucapnya meminta pengulangan, seolah-olah lupa dan tidak tahu.
Xena mengangkat selembar kertas tinggi-tinggi ke udara. "SURAT PERJANJIAN INI! SEBENTAR LAGI AKU KELUAR DARI LUIS COMPANY??" Teriaknya dengan sorot mata yang berubah sendu. Sungguh, dirinya baru mengingat tentang perjanjian itu setelah dirinya dengan Vrans yang sudah sedekat ini.
(Surat perjanjian ada di part dua.)
Dengan cepat, Vrans menarik Xena ke dalam pangkuannya. Ia segera mengacak lembut rambut gadis itu dengan sayang. "Siapa yang bilang?"
"Kamu, di surat ini." Ucap Xena sambil menunjuk kertas yang masih sangat bersih -- karena ia selalu jaga dan di simpan sebagai kenang-kenangan terindah, katanya --.
Vrans mengambil alih kertas tersebut dari tangan Xena. "Saya tidak menerima karyawan yang hanya menang di otak, tapi buruk di attitude." Ia membaca dengan lantang apa yang tertulis di kertas itu.
"Maaf, Vrans."
"Tidak, berhubung kamu sudah berubah, perjanjian ini tidak berlaku lagi."
Sedetik itu juga, Xena yang memang berhadapan dengan Vrans -- duduk di pangkuan laki-laki itu -- langsung memeluk tubuh kekasihnya dengan erat. Kekasih? Kalian pasti tidak tau ya bagaimana Vrans menembak Xena? Diam-diam saja, yang penting nanti sebar undangan pernikahan, hihi.
Vrans tersenyum hangat, lalu membalas pelukan Xena dengan sayang. Semenjak dirinya selalu menemani gadis ini di saat amnesia, ia menjadi tahu jika gadis pluto ini adalah seseorang yang suka sekali dengan refleks memeluk seseorang yang berada di dekatnya ketika merasakan perasaan senang. Tidak berlaku bagi untuk orang asing, ya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Coldest CEO [TERSEDIA DI WEBNOVEL]
Romantik#1 IN ASSASSIN [27/06/2020] [#2 LUIS SERIES] VERSI LENGKAP REVISI TERDAPAT DI WEBNOVEL‼️ Vrans Moreo Luis. Salah satu pengusaha muda yang sukses diusianya. Paras yang tidak dapat diragukan membuat semua gadis bertekuk lutut padanya. Namun tidak ada...