tiga puluh dua

2.1K 67 2
                                    

"BOSAYANG! YUHUUUUUU, KAMU DIMANA? MAKAN YUK!"

Xena memasuki ruang kerja Vrans. Terlihat laki-laki itu sudah menutup daun telinganya kuat-kuat, membuat dirinya terkekeh. The power of teriakan melengking Xena.

"Tidak perlu berteriak, gadis pluto." Pinta Vrans sambil menghela napasnya, berada di dekat Xena sangat merusak alat pendengarannya. Namun ia sangat senang dengan sifat gadisnya yang seperti ini dibandingkan dengan Xena yang terus-menerus melamun masih memikirkan Chef Dion.

"Dion lagi apa ya disana?"

"Xena kangen masakan Dion!"

"Dion kangen tidak mengobrol sama Xena?"

"Temani Xena makan siang lagi jika Vrans belum pulang."

Kalimat itu terus-menerus di rapalkan oleh Xena membuat dirinya khawatir setengah mati.

"Makan yuk, Tuan tampan." Ucap Xena sambil tersenyum menggoda, lalu mendekati tubuh Vrans dan langsung saja memeluk lengan laki-laki tersebut.

Vrans terkekeh. Kalau dulu gadis itu bertindak seperti ini padanya, mungkin sudah ia dorong sambil berdecih. Namun kali ini tidak, ia benar-benar nyaman diperlakukan seperti ini oleh Xena. Astaga apa sebentar lagi ia akan bertindak seperti Niel? Atau bahkan lebih parah seperti Damian si laki-laki mesum?

"Mau makan apa kamu? Di kantin mau?"

Xena menggelengkan kepalanya. "Tidak mau, aku mau makan di luar. Bersama Tuan Vrans Moreo Luis yang sangat teramat aku cintai."

Xena bucin tingkat dewa.

"Iya deh, lepas dulu tapi ini jangan peluk-peluk. Aku ingin merapihkan meja kerjaku." Ucap Vrans sambil tersenyum manis membuat Xena langsung melepas pelukan di lengannya. Gadis itu perpaku melihat senyumannya, astaga Vrans manis sekali.

Setelah selesai merapihkan meja kerjanya, Vrans menggenggam erat telapak tangan Xena. Menggenggamnya dengan sangat erat seolah-olah takut jika gadis itu akan hilang. Jelas saja, tidak perlu ditanya, dada Xena sudah berdetak tidak karuan.

Mereka memang sudah dekat, namun rasanya untuk berpegangan tangan saja seperti dua remaja yang di mabuk asmara.

"Tangan aku kenapa di genggam erat sekali?" Tanya Xena dengan pipi yang sudah memerah, ia terus menerus menatap tangannya yang menyatu sempurna dengan tangan Vrans. Ini adalah hal yang sangat membahagiakan, menurutnya.

Vrans menyibak jambulnya sambil menatap Xena dengan tatapan bingungnya. "Memang kenapa? Tidak mau?"

Xena langsung menggeleng, ah ia tidak ingin Vrans melepaskan genggaman tangan ini. Dan tanpa Xena sadari, hati Vrans sedaritadi sudah menghangat. Ia tersenyum samar melihat wajah gugup yang di tampilkan gadis itu. Sebelumnya ia tidak pernah sedekat ini dengan gadis manapun, kecuali Klarisa. Baginya, Xena dan Klarisa adalah perpaduan yang pas. Ah baiklah, jangan mengingat Klarisa lagi, gadis itu pasti akan menghancurkan pertahanannya kembali. Biar saja ia ingin mencoba hal baru dengan gadis pluto ini.

"AHHHHHHH XENA SENENG BANGET IH! MAU PINGSAN TOLONGIN!" Jerit Xena dengan heboh sambil mengibaskan tangan kirinya yang bebas tidak terkena genggaman tangan Vrans, wajahnya terasa panas, mungkin sekarang terlihat seperti kepiting rebus. Sangat merah, astaga ia malu!

Vrans mencubit hidung Xena. "Berisik."

Bukannya kesakitan, Xena justru menyembunyikan kepalanya di dada bidang Vrans. Dengan tangan mereka yang masih menggenggam satu sama lain, gadis itu melingkarkan tangan kanannya ke leher Vrans. "Aku mencintaimu, Vrans. Sangat mencintaimu."

My Coldest CEO [TERSEDIA DI WEBNOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang